close

es

Perubahan IklimRagam

Perubahan Iklim Akibatkan Perubahan Radikal Antartika

Para peneliti mengatakan perubahan iklim menyebabkan modifikasi laut secara luas dimasa mendatang. Perubahan ini membuat wilayah terbuka bebas es yang lebih besar dan mempengaruhi siklus hidup dari semua komponen ekosistem. Hasil penelitian ditulis dalam sebuah makalah yang diterbitkan dan didanai oleh National Science Foundation  NSF). Para peneliti menarik informasi dengan memakai Regional Ocean Modeling System, sebuah pemodelan komputer yang mengevaluasi lautan es, laut dan atmosfer.

Peneliti menyatakan bahwa ” memprediksi perubahan masa depan dalam ekosistem adalah sangat menantang , ” dalam makalah yang diterbitkan dalam Geophysical Research Letters. Perubahan diprediksi oleh model komputer memiliki potensi untuk menciptakan ” dampak penting tapi tak terduga pada ekosistem laut paling murni “.

Peneliti mencatat, angin dan perubahan suhu, akan mempengaruhi keseimbangan ekologi di dasar rantai makanan Antartika – termasuk perubahan dalam distribusi ganggang seperti udang krill dan gegat Antartika – yang pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan di bagian atas rantai makanan termasuk penguin, anjing laut dan ikan paus, yang tergantung pada spesies sumber makanan tersebut.

Sebuah tim dari empat peneliti dari Virginia Institute of Marine Science ( VIMS ) di College of William and Mary dan the Center for Coastal Physical Oceanography at Old Dominion University in Norfolk, bersama-sama melakukan penelitian ini.

Seorang profesor di VIMS, Walker O. Smith  Jr dan penulis utama riset tersebut mengatakan pemodelan ini menunjukkan bahwa perubahan substansial dalam pengaturan fisik dari samudera akan menyebabkan perubahan besar dalam rantai makanan, perubahan yang didorong oleh perubahan iklim global. Disebutkan, samudera 100 tahun dari sekarang akan menjadi sistem yang sama sekali berbeda dari yang kita kenal sekarang.

The U.S. Antarctic Program (USAP), mengkoordinasikan semua penelitian AS di Benua paling selatan dan di Samudra bagian Selatan serta menyediakan dukungan logistik yang diperlukan peneliti.

Para peneliti mencatat bahwa selama 50 tahun terakhir distribusi dan tingkat es laut Antartika atau es yang mengapung di atas permukaan laut telah berubah secara drastis. Di antara perubahan-perubahan ini adalah penurunan es laut di sektor Bellingshausen – Amundsen, namun juga terjadi peningkatan es laut di Laut Ross Antartika.

Sumber: enn.com

read more
Perubahan Iklim

Ini yang Terjadi di Indonesia bila Es Kutub Meleleh

Es di kutub utara dan selatan mencakup 10 persen dari permukaan Bumi. Jumlah es diperkirakan mencapai 5 miliar kubik. Apa yang terjadi pada dunia, khususnya Indonesia, bila seluruh es tersebut meleleh?

National Geographic membuat sebuah peta interaktif. Peta memperlihatkan bahwa ketika seluruh es meleleh, permukaan laut akan semakin tinggi, banyak daratan hilang, pegunungan jadi pulau, dan manusia bakal merugi.

Di peta wilayah Asia, bisa dilihat dampak melelehnya es kutub pada Indonesia. Terlihat, garis pantai lebih menjorok ke
dalam. Artinya, daratan Indonesia akan berkurang secara signifikan dan berubah menjadi lautan. Dapat dilihat pula, wilayah laut Indonesia menjadi lebih “bersih”. Artinya, banyak pulau-pulau di Indonesia yang akan hilang tenggelam. Wilayah Kalimantan sendiri akan kehilangan banyak daratan, membuat Indonesia kehilangan banyak wilayah hutan.

Dampak yang bisa dibayangkan, banyak spesies eksotik di Indonesia, seperti harimau sumatera, orangutan sumatera dan Kalimantan, serta banyak lagi, akan terganggu. Banyak masyarakat adat yang bergantung pada hutan akan semakin sulit untuk hidup.

Peta juga memperkirakan apa yang akan terjadi pada wilayah Asia lain. Delta Sungai Mekong akan tergenang. Dampaknya, wilayah China, India, dan Banglades akan banjir. Sebanyak 760 juta populasi, berdasarkan hitungan saat ini, akan dirugikan.

Di wilayah Eropa, diperlihatkan bahwa dengan melelehnya seluruh es, London hanya akan menjadi kenangan. Begitu juga dengan Venesia, Belanda, dan Denmark. Di Amerika Utara, dampaknya ialah wilayah San Francisco yang akan menjadi kluster pulau.

Ilmuwan memperkirakan, mungkin butuh waktu lebih dari 5.000 tahun bagi semua es untuk meleleh. Namun, bila manusia terus memakai bahan bakar fosil dan beraktivitas seperti biasa hingga menambahkan triliunan ton karbon ke atmosfer, Bumi akan makin panas dan es meleleh cepat.

Bumi terakhir mengalami masa yang sangat panas dan bebas es pada 34 juta tahun lalu, zaman Eocene. Jika gas rumah kaca di atmosfer terus bertambah, bukan tidak mungkin masa itu terulang kembali.

Untuk wilayah Antartika Barat saja, sejak tahun 1992, es sudah meleleh. Laporan National Geographic menyatakan bahwa jumlah es yang meleleh sekitar 65 juta metrik ton. Es di Greenland juga dilaporkan meleleh signifikan.

Sumber : National Geographic

read more