close

haka

Green Style

HAkA Tampilkan Keindahan Leuser Melalui Google Voyager

LSM Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh (HAkA) bekerja sama dengan Google Earth ntuk mempromosikan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL), kawasan hutan konservasi seluas 2,6 juta hektar di Aceh dan Sumatra Utara, sebagai tujuan wisata semua orang yang terhubung secara digital di Dunia. Proyek Ekosistem Leuser ini diluncurkan Kamis (2/8/2018) di Voyager.

Voyager adalah fitur Google Earth yang “memberikan kesempatan untuk menjelajahi” tempat-tempat di seluruh dunia melalui video, gambar dan teks.

Manajer program penjangkauan Google Earth Tomomi Matsuoka mengatakan pada hari Rabu, bahwa Google Earth memilih HAkA karena LSM ini berpartisipasi dalam KTT pengguna tahunan Google setiap tahun sejak 2015. Dia juga menyoroti bahwa Leuser Ekosistem adalah tempat terakhir di planet ini di mana gajah, harimau, badak dan orangutan langka yang terancam punah hidup berdampingan di alam liar. .

Staf media sosial HAkA Irham Hudaya Yunardi mengatakan Ekosistem Leuser adalah rumah bagi 8.500 spesies tanaman, 382 spesies burung dan lebih dari 105 spesies mamalia. Ini juga merupakan sistem pendukung kehidupan yang menyediakan sumber daya dan fungsi, seperti air bersih dan pengendalian banjir, untuk jutaan orang di Aceh. Ekosistem juga membantu mengurangi perubahan iklim dengan hutan rawa gambutnya.

KEL kaya dengan keragamanan hayati namun terancam akibat perambahan, perburuan, pembukaan jalan, dan lain-lain.Untuk memperlihatkan betapa kaya dan pentingnya Ekosistem Leuser, Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) bersama Google Earth, pun menarasikan sekaligus memvisualisasikan KEL melalui fitur Voyager.

”Kami mau mengenalkan pentingnya KEL ini bagi masyarakat, khusus masyarakat Aceh, Indonesia dan dunia,” kata Agung Dwi Nurcahyo, Manajer Sistem Informasi Geografi Yayasan HAkA, pekan lalu di Jakarta. Agung berharap, makin banyak yang mengenal KEL, menumbuhkan kesadaran mencintai, dan keinginan menjaga.

Di dalam KEL ini, ada Taman Nasional Gunung Leuser.  Meski demikian, ekosistem Leuser, katanya, kian terancam berbagai aktivitas manusia, antara lain perburuan, pembalakan liar, perluasan perkebunan sawit sampai konflik manusia-satwa.

Hasil pemantauan terakhir, Januari-Juli 2018, kerusakan ekosistem Leuser mencapai 3.290 hektar. Paling parah terjadi di Kabupaten Nagan Raya seluas 627 hektar, Aceh Timur (559 hektar) dan Gayo Lues (507 hektar).

Sejak 2015, HAkA mengumpulkan data bersama mitra jejaring LSM pencinta Leuser terus diperbaharui hingga April 2018 dan jadi data digital yang disajikan dalam Google Earth. Cerita yang kami kirim ke Google Earth menggunakan data hingga April 2018.

Saat memasuki laman interaktif KEL di Goggle, ada delapan cerita, yakni Hidden World of the Leuser Ecosystem, Importance of the Leuser Ecosystem, Flora and Fauna, Threats to the Leuser Ecosystem, Saving Sumatran Elephants, Wildlife Protection, Local Communities, dan Ecosystem Defenders.

Setiap bagian, memiliki narasi dalam berbahasa Inggris, foto dan sebagian dilengkapi video. Penggambaran bagian jadi lebih hidup. Satu contoh, dalam video Hidden World of Leuser Ecosystem menampilkan sekelompok gajah, harimau bersama anak-anaknya, kucing batu dan lain-lain terekam melalui kamera pengintai.

Agung bilang, sengaja tak menampilkan badak Sumatera karena spesies ini paling rentan.  Tak hanya keragaman hayati, HAkA juga menampilkan profile masyarakat di sekitar hutan, seperti Yusdarita yang menceritakan, kearifan lokal masyarakat Aceh dalam menjaga hutan KEL.

HAkA merupakan mitra Google Earth pertama dari Asia Tenggara. Awalnya, HAkA bekerjasama dengan Google Earth saat mengikuti program Google, Geo for Good User Summit pada 2017. ”Kami ditawari membuat cerita yang telah kami lakukan. Kami mengusulkan KEL.”

Tomomi Matsuoka, Program Manager Google Earth Outreach menyebutkan, sangat terbuka jika ada usulan cerita lain yang hendak dimasukkan ke Google Earth dan tak dipungut biaya. Dia seringkali menggunakan banyak peralatan gratis Google untuk visualisasi data-data satelit, seperti google mapping tools dan google mymaps.

Matsuoka memastikan, cerita-cerita dalam Google Eath Voyager ini tak akan ada iklan.

Selain KEL, fitur voyager juga memiliki cerita interaktif lain dari Asia Tenggara seperti “This is Home,” pengguna dapat mengeksplorasi rumah-rumah tradisional di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Terdapat cerita the 10.000 Years of Volcano dari Indonesia serta Street View, bawah laut di Raja Ampat dan panduan perjalanan seperti Explore Jakarta.[dbs]

 

 

read more
HutanKebijakan Lingkungan

Tahun 2017 Deforestasi Aceh Merosot

Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) menyebutkan bahwa deforestasi di Provinsi Aceh tahun 2017 mengalami penurunan. Mereka melakukan pemantauan menggunakan tekonologi penginderaan jarak jauh dari citra satelit. Sementara itu, Forum Konservasi Leuser (FKL) berdasarkan pengumpulan data lapangan Januari sampai Desember 2017 menyimpulkan ada peningkatan yang signifikan pada kasus perburuan dan illegal logging di dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Hal tersebut disampaikan dalam konferensi pers Yayasan HAkA dan FKL di Banda Aceh 15 Januari 2018.

Konferensi pers yang dipimpin oleh Agung Dwinurcahya, GIS Manager Yayasan HAkA dan Ibnu Hasyim, Database Manager FKL, mereka mempresentasikan data hasil monitoring dari citra satelit meliputi seluruh provinsi Aceh dan ground checking temuan lapangan aktivitas ilegal di Kawasan Ekosistem Leuser untuk periode tahun 2017.

Agung menyebutkan bahwa kerusakan hutan di provinsi Aceh periode 2016 – 2017 adalah sebesar 17.333 hektar (ha). Dua tahun sebelumnya kerusakan hutan di Aceh berkisar di angka 21.000 ha. Adapun tiga besar kabupaten dengan tingkat kerusakan hutan terbesar adalah Aceh Utara (2.348 ha), disusul Aceh Tengah (1.928 ha) dan Aceh Selatan (1.850 ha). Temuan tersebut patut diduga menjadi penyebab banjir yang parah di Aceh Utara beberapa waktu lalu. Pada periode sebelumnya 2015 – 2016, Aceh Utara juga sudah menjadi kabupaten kedua tertinggi kerusakan hutannya.

Yayasan HAkA juga menganalisis kerusakan hutan di dalam kawasan hutan yang ditetapkan dengan SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan terakhir yaitu SK 103 tahun 2015. HAka menemukan fakta bahwa telah terjadi kerusakan hutan sebesar 9.761 ha atau 56 % deforestasi 2016-2017 terjadi dalam kawasan hutan. Hutan Produksi (HP) menempati urutan pertama yaitu sebesar 4.147 ha, disusul oleh Hutan Lindung (HL) yakni seluas 3.480 Ha. Hal ini perlu menjadi perhatian besar bagi pengelola kawasan untuk dapat lebih menjaga dan melindungi kawasan yang menjadi tanggungjawabnya.

Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) Aceh yang menjadi fokus area kerja HAkA juga tak luput dari analisis yang dilakukan. KEL Aceh juga sebanding dengan data seluruh Aceh, yaitu mengalami penurunan angka deforestasi. Perhitungan tim HAkA menghasilkan angka deforestasi di dalam KEL Aceh sebesar 6.875 ha. Kabupaten tertinggi deforestasi adalah Aceh Selatan (1.847 ha), disusul Aceh Timur (1.222 ha) dan Nagan Raya (946 ha). Tahun 2017 ini merupakan tahun terendah deforestasi dalam KEL Aceh. Tahun 2016 mencapai 10.351 ha bahkan tahun 2015 mencapai 13.700 ha. KEL Aceh yang telah ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN) tersebut harus lebih dijaga dan dikelola dengan mengedepankan konsep perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

Yayasan HAkA juga memonitor titik api menggunakan data dari NASA (satelit VIIRS dan MODIS). Untuk tahun 2017, Titik api di Aceh terdeteksi sebanyak 4.344 titik. Satelit VIIRS yang lebih sensitif (resolusi 375m) mendeteksi api berhasil mendeteksi lebih banyak titik api yaitu sejumlah 3.705 buah sedangkan MODIS (resolusi 1 km) hanya mendeteksi sebanyak 639 buah titik api. Areal Penggunaan Lain (APL) menjadi area yang paling banyak terdeteksi api yaitu sejumlah 3.590 titik api, sedangkan Hutan Produksi menduduki nomor 2 yaitu sebanyak 242 titik api dan nomor 3 adalah Hutan Lindung sebanyak 239 titik api. Bulan Juli merupakan bulan tertinggi kejadian pembakaran lahan disusul bulan Oktober dan Juni. Kabupaten Nagan Raya merupakan kabupaten tertinggi terdeteksi titik api, disusul kabupaten Aceh Barat dan Aceh Selatan. Sedangkan, menurut data Global Forest Watch (GFW), terdeteksi titik api untuk provinsi Aceh sebanyak 5.551 titik di tahun 2016 dan meningkat menjadi 7.953 titik di tahun 2017.

Berdasarkan data ground checking monitoring lapangan oleh FKL di 12 Kabupaten dalam KEL, terdapat 1.528 kasus illegal logging terjadi pada periode tersebut dengan volume sekitar 7.421,3 meter kubik kayu. Angka aktivitas ilegal tersebut meningkat dari tahun 2016 dimana hanya 1.534 kasus pembalakan liar dengan volume 3.665 meter kubik kayu.

Berdasar hasil temuan lapangan tim FKL, kabupaten Aceh Tamiang tercatat sebagai kabupaten dengan aktivitas perambahan terluas di tahun 2017 yaitu mencapai 1.347 hektar. Hasil patroli di Aceh Tamiang juga terdata jumlah kasus paling banyak di KEL, yaitu 414 kasus. Total kerusakan hutan KEL yang terdata dari lapangan akibat perambahan pada periode tahun 2017 berjumlah 6.648 hektar dan terdata 1.368 kasus.

Data-data aktivitas perburuan dan pembangunan jalan juga diulas di konferensi pers tersebut. Di tahun 2017 terdapat 729 kasus perburuan dan 814 jerat untuk satwa landak, rusa, kijang, beruang, harimau dan gajah yang disita atau dimusnahkan. Untuk pembangunan jalan, terdata 439.4 km pembangunan jalan di dalam KEL.

Pada akhir konferensi pers tersebut, Yayasan HAkA dan FKL mendorong Pemerintah Aceh, Pemerintah dan seluruh komponen masyarakat untuk lebih menjaga hutannya terutama KEL karena KEL adalah sumber air bagi rakyat Aceh dan juga berjasa untuk mitigasi bencana. Semoga seluruh pihak semakin sadar pentingnya kelestarian hutan dan KEL untuk masa depan Aceh dan dunia yang terus membaik.[rel]

read more
1 2
Page 2 of 2