close

hiu

Flora Fauna

Swedia Izinkan Perburuan Anjing Laut Demi Persediaan Ikan

Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Swedia belum lama ini telah membuat keputusan bahwa 400 anjing laut di daerah yang dirancang di sepanjang pantai Swedia boleh diburu untuk melindungi stok ikan yang menurun.

Masa perburuan sah ialah dari 16 April sampai 31 Desember tahun ini, dan perburuan tersebut diperkenankan dari darat, es, dan perahu, kata Lembaga Perlindungan Lingkungan Hidup Swedia di dalam satu pernyataan.

Menurut lembaga itu, anjing laut telah mengakibatkan kerusakan menyeluruh pada industri perikanan di negeri tersebut setiap tahun.

Satu laporan pada 2012 menunjukkan pembunuhan lebih banyak anjing laut adalah satu-satunya cara mengubah kecenderungan terkurasnya stok ikan di gugusan pulau Stockholm, kata media daring Swedia, the Local, sebagaimana dikutip Xinhua.

“Semua petunjuk memperlihatkan anjing laut dan burung kormoran adalah penyebab merosotnya stok ikan. Ikan perch dan pike benar-benar telah hilang dari sebagian kepulauan itu,” kata the Local, dengan mengutip keterangan Sverker Loven, ketua Perhimpunan Promosi Ikan.[]

Sumber: antaranews.com

read more
Flora Fauna

Mahkamah Internasional Minta Jepang Stop Buru Ikan Paus

Mahkamah Internasional PBB memerintahkan pemerintah Jepang untuk mengakhiri perburuan ikan paus di Antartika. Program tersebut dianggap sebagai aktivitas komersil yang disamarkan sebagai riset ilmiah.

“Jepang harus menarik semua otorisasi, ijin atau lisensi yang masih berlaku dalam kaitannya dengan program penelitian JARPA II dan tidak lagi memberikan ijin akan kelanjutan program tersebut,” ujar ketua hakim Mahkamah Internasional Peter Tomka.

Ia menjelaskan: “Ijin khusus yang diberikan oleh pemerintah Jepang bukanlah untuk tujuan riset ilmiah. Program penelitian JARPA II berlangsung sejak 2005 dan telah membunuh sekitar 3600 ikan paus minke. Hasil penelitian yang ada sekarang tidak lah banyak,” ujar ketua hakim Peter Tomka dari Slovakia.

Australia bawa Jepang ke pengadilan
Empat tahun lalu, bersama beberapa organisasi lingkungan, Australia mengajukan kasus perburuan ikan paus tersebut ke Mahkamah Internasional di Den Haag. Australia berargumentasi bahwa perburuan tersebut tidak ada hubungannya dengan penelitian ilmiah dan hanyalah cara Jepang untuk mencari celah hukum dari moratorium perburuan ikan paus yang ditetapkan Komisi Perburuan Ikan Paus Internasional tahun 1986.

Pemerintah di Canberra mengatakan, Jepang telah membantai lebih dari 10.000 ikan paus lewat program JARPA II, dan dengan demikian melanggar konvensi internasional serta kewajibannya untuk melindungi mamalia laut tersebut dan lingkungannya. Walau popularitas daging paus berkurang di Jepang, daging hasil perburuan tetap dijual secara komersil.

Perburuan paus tetap berlangsung
Sebelum putusan pengadilan, Jepang telah mengatakan akan mematuhi apa pun vonis Mahkamah Internasional. Walau Jepang akan menghentikan program perburuan paus, tidak berarti aksi ini tidak berlanjut di tempat berbeda. Jepang memiliki program perburuan paus yang tidak seberapa besar di utara Pasifik.

Komisi Perburuan Ikan Paus Internasional adalah organisasi sukarela. Islandia dan Norwegia telah menolak peraturan tersebut dan terus melakukan perburuan ikan paus secara komersil.

Sumber: dw.de

read more
Flora Fauna

Spesies Hiu Asal Halmahera Ini Bisa Berjalan

Sebuah penelitian dari badan konservasi internasional menemukan spesies baru ikan hiu yang bisa berjalan. Spesies baru itu berada di perairan Indonesia. Laut Indonesia memang begitu kaya. Kondisi ini dimanfaatkan Badan Konservasi Internasional Amerika Serikat untuk meneliti perairan bumi pertiwi.

Yang menakjubkan, mereka berhasil menemukan spesies baru ikan hiu di perairan Pulau Halmahera, Maluku Utara. Namanya Hemiscyllium Halmahera.

Uniknya, ikan hiu ini bisa berjalan di dasar laut dengan menggunakan sirip yang berfungsi sebagai kaki. Panjangnya hanya 70 centimeter dan diklaim tidak berbahaya bagi manusia.

Selain meneliti perairan Halmahera, badan konservasi itu juga mengunjungi Raja Ampat, Papua, untuk melihat kawasan perlindungan ikan pari manta terbesar di dunia. Ikan pari manta merupakan spesies ikan pari terbesar dengan panjang maksimal 7,5 meter.

Pemerintah Daerah Raja Ampat, Papua, sendiri telah menetapkan kawasan perlindungan ikan pari manta ini sebagai lokasi tujuan wisata pari manta terbesar kedua di dunia.[]

Sumber: liputan6

read more
Flora Fauna

Ubur-ubur Raksasa Terdampar di Pantai Australia

Ilmuwan Australia tengah berupaya menentukan identitas spesies baru ubur-ubur raksasa yang terdampar di sebuah pantai di Tasmania. Sebuah keluarga yang tengah berada di pantai setempat menemukan ubur-ubur berukuran sekitar 1,5m itu di selatan kota Hobart bulan lalu.

Dr Lisa-ann Gershwin, dari Organisasi Sains dan Industri negara Persemakmuran CSIRO, mengatakan ilmuwan sudah mendengar tentang temuan baru ini namun belum dapat memasukkan klasifikasinya dalam spesies tertentu.

Gershwin melukiskan spesimen temuan itu “binatang yang luar biasa”. Para pakar di CSIRO sudah diberitahu tentang ubur-ubur temuan Josie Lim dan keluarganya ini. Sementara para ahli menurut Gershwin memasukkan jenis ini dalam keluarga ubur-ubur Surai Singa.

Hewan laut itu “nampak seperti piring makan dengan surai seperti pel bergelantungan di bawahnya – kelihatannya benar-benar kumal”, tambahnya. Saat ditemukan hewan malang ini dalam posisi perut di atas, kata Gershwin.

“Kami sangat bersemangat untuk tahu lebih banyak soal ini.”

Jenis baru ini adalah satu dari tiga spesies baru keluarga Surai Singai di Tasmania yang tengah diupayakan klasifikasinya oleh para ilmuwan.

Sumber: NGI/BBC

Ubur-ubur Raksasa Ditemukan di Perairan Australia

Ilmuwan sudah mendengar tentang temuan baru ini namun belum dapat memasukkan klasifikasinya dalam spesies tertentu.

uburubur,australiaUbur-ubur ini “tampak seperti piring besar bersurai” yang ditemukan di perairan Australia (Getty Images via BBC Indonesia).

Ilmuwan Australia tengah berupaya menentukan identitas spesies baru ubur-ubur raksasa yang terdampar di sebuah pantai di Tasmania.

Sebuah keluarga yang tengah berada di pantai setempat menemukan ubur-ubur berukuran sekitar 1,5m itu di selatan kota Hobart bulan lalu.

Dr Lisa-ann Gershwin, dari Organisasi Sains dan Industri negara Persemakmuran CSIRO, mengatakan ilmuwan sudah mendengar tentang temuan baru ini namun belum dapat memasukkan klasifikasinya dalam spesies tertentu.

Gershwin melukiskan spesimen temuan itu “binatang yang luar biasa”.

Para pakar di CSIRO sudah diberitahu tentang ubur-ubur temuan Josie Lim dan keluarganya ini.

Sementara para ahli menurut Gershwin memasukkan jenis ini dalam keluarga ubur-ubur Surai Singa.

Hewan laut itu “nampak seperti piring makan dengan surai seperti pel bergelantungan di bawahnya – kelihatannya benar-benar kumal”, tambahnya.

Saat ditemukan hewan malang ini dalam posisi perut di atas, kata Gershwin.

“Kami sangat bersemangat untuk tahu lebih banyak soal ini.”

Jenis baru ini adalah satu dari tiga spesies baru keluarga Surai Singai di Tasmania yang tengah diupayakan klasifikasinya oleh para ilmuwan.

(Sumber: bbc.co.uk/indonesia)

http://ngi.cc/n2kH

Berita Terkait


Berita Lainnya


Komentar


read more
Flora Fauna

Penjagalan Hiu Paus Besar-Besaran Ditemukan di Cina

Sebuah pabrik yang mengolah sekitar 600 hiu setiap tahunnya telah ditemukan di Cina selatan , demikian dinyatakan sebuah kelompok konservasi. Organisasi konservasi itu menyebutnya sebagai penjagalan terbesar atas spesies yang terancam punah di dunia.

Kelompok konservasi lingkungan berbasis di Hong Kong, WildLifeRisk menyatakan, mereka menemukan pabrik penjagalan hiu paus atau cucut geger lintang di kota Pu Qi di provinsi Zhejiang, Cina. Organisasi tersebut telah memantau kegiatannya selama empat tahun.

Hiu paus-hiu paus itu disembelih dan diolah, sebagian besar untuk diambil minyaknya. Minyak hiu biasanya dikonsumsi sebagai suplemen bagi kesehatan.

Rekaman video yang diambil secara diam-diam dan diproduksi oleh organisasi konservasi itu menunjukkan bagaimana para pekerja memotong sirip belakang hiu paus totol dan spesies paus lainnya.

“Bagaimana makhluk-makhluk raksasa yang tak membahayakan ini dapat disembelih pada skala industri besar tersebut benar-benar sulit dipercaya,” demikian pernyataan WildLifeRisk dikirim kepada AFP.
[Hiu paus]

Hiu paus

Ditambah lagi, “Pembantaian ini hanya demi memenuhi gaya hidup manusia yang non-esensial seperti lipstik, krim wajah, suplemen kesehatan dan sup sirip ikan hiu.”

Diselundupkan ke Luar Negeri

Rumah jagal ini juga membunuhi spesies lain dari hiu, termasuk hiu biru dan hiu penjemur. Dari ketiga jenis itu, pabrik tersebut menghasilkan 200 ton minyak hiu per tahun. Pemilik rumah jagal hiu, yang hanya diidentifikasi bernama Li, mengatakan dalam video, bahwa ia perlu “menyelundupkan” kulit hiu paus ke luar negeri.

Di segmen lain dari video itu digambarkan, seorang pria yang diidentifikasi sebagai saudara Li mengatakan, kulit hiu paus diekspor ke negara-negara Eropa seperti Italia dan Perancis, dan dimanfaatkan oleh restoran Cina.

Tak Bahaya bagi Manusia

Hiu paus berukuran sekitar 12 meter, tetapi hewan besar ini tidak berbahaya bagi manusia dan hanya memakan hewan laut kecil seperti plankton. Mereka berada dalam “daftar merah” spesies langka yang dilindungi.

Mereka juga terdaftar di Appendix II Konvensi PBB mengenai Perdagangan Internasional Spesies Langka (CITES), dimana ekspor dan impor hewan ini harus dipantau.

Sumber: antaranews.com

read more
Flora Fauna

Ternyata Lumba-lumba Hobi Mabuk-mabukan

Lumba-lumba punya sekian kemiripan dengan manusia, mulai kecerdasan, humor, kecemburuan, hingga kemampuan berbahasa. Namun, siapa yang tahu lumba-lumba juga sama dengan manusia karena suka mengonsumsi senyawa yang punya efek mirip narkotika?

Program BBC1 bertajuk Dolphin: Spy in the Pod yang akan ditayangkan Kamis (2/1/2013) lalu mengungkap bagaimana mamalia tersebut “ngobat”. Rekaman lumba-lumba “ngobat” dibuat oleh pembuat film tentang alam liar, John Downer.

Dalam rekaman BBC, lumba-lumba “ngobat” dengan memanfaatkan racun dari puffer fish. Puffer fish diketahui melepaskan senyawa racun jika sedang dalam kondisi terancam. Senyawa racun inilah yang dimanfaatkan lumba-lumba untuk “fly”.

Lumba-lumba tampak berenang di sekitar puffer fish. Kemudian, ia menyentuhkan moncongnya ke tubuh puffer fish dan setelah berenang beberapa lama, satwa itu tampak mengambang di bawah permukaan.

Perilaku lumba-lumba berenang di sekitar puffer fish bisa berlangsung selama 20 – 30 menit. Lumba-lumba memainkan puffer fish dengan lembut, tidak tampak seperti mamalia besar yang akan memangsanya.

Pakar hewan Rob Pilley menuturkan, perilaku lumba-lumba itu baru dijumpai pertama kali. “Kami melihat lumba-lumba memegang puffer fish dengan glove, sangat lembut seakan mau menyusuinya, bukan untuk menyakiti atau membunuh,” katanya seperti dikutip Daily Mail.

Selain pada lumba-lumba, perilaku mabuk atau sengaja ingin mengalami kondisi “trance” juga dilakukan oleh simpanse dan beberapa mamalia lain. Film ini menunjukkan betapa perilaku itu tidak spesial milik manusia.

Sumber: Kompas.com

read more
Flora Fauna

Penyu Belimbing Kini Masuk Kategori Rentan

Leatherback sea turtle atau penyu belimbing, yang merupakan penyu terbesar di dunia, kini tak lagi masuk dalam satwa yang dikategorikan terancam punah (Critically Endangered) dalam Daftar Merah IUCN terbaru. Daftar yang terkini, penyu belimbing kini masuk dalam kategori rentan (Vulnerable). Kendati demikian para ahli konservasi memperingatkan bahwa spesies ini masih belum sepenuhnya aman dan jumlahnya masih terus berkurang.

Dalam penelitian terbaru ditemukan bahwa populasi penyu belimbing di barat laut Samudera Atlantik (di sepanjang Amerika Serikat dan Karibia) kini mulai mulai bertambah jumlahnya terkait upaya-upaya konservasi yang dilakukan. Sementara itu para pakar masih belum tahu pasti bagaimana populasi penyu belimbing di tenggara Samudera Atlantik (terutama di Gabon) yang masih merupakan populasi terbesar penyu belimbing.

Namun, situasi di Samudera Pasifik jauh lebih rentan. Populasi penyu belimbing di bagian timur Samudera Pasifik turun hingga 97 persen dalam tiga generasi penyu belimbing, sementara di sisi barat Samudera Pasifik populasinya menurun hingga 80% di periode yang sama.

Salah satunya di Indonesia, yang menjadi habitat penyu belimbing. Populasinya hanya tersisa sedikit saja dari sebelumnya (2.983 sarang pada 1999 dari 13.000 sarang pada tahun 1984). Untuk mengatasi hal tersebut, tiga Negara yaitu Indonesia, PNG dan Kepulauan Solomon telah sepakat untuk melindungi habitat penyu belimbing melalui Mou Tri National Partnership Agreement. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh WWF-Indonesia, migrasi penyu belimbing yang bertelur di Pantai Utara Papua Barat (Abun) menunjukkan bahwa sebagian satwa langka itu juga bermigrasi ke perairan Kei Kecil untuk mengejar mangsanya (ubur-ubur raksasa).

Namun ketika bermigrasi ke Kei Kecil untuk mencari makan, Penyu Belimbing tidak begitu saja bebas dari ancaman. Praktik pembukaan hutan di sekitar kawasan pantai peneluran serta tangkapan sampingan oleh aktivitas perikanan yang sering kali lokasi tangkapnya timpang tindih dengan habitat pakannya adalah sejumlah faktor yang mengancam kepunahan reptil terbesar itu. Beberapa dekade yang lalu perburuan daging penyu untuk upacara adat juga turut menambah deret panjang ancaman terhadap Penyu belimbing. Namun kini, praktik tersebut sudah jauh lebih berkurang.

Penyu belimbing atau Dermochelys coriacea adalah satu dari tujuh jenis penyu yang ada di dunia, enam diantaranya bisa dijumpai di Indonesia. Penyu belimbing umumnya mempunyai panjang karapas 1-1,75 meter. Sedangkan panjang total umumnya 1,83-2,2 meter. Berat rata-rata penyu belimbing adalah 250-700 kilogram. Meskipun spesies terbesar yang pernah ditemukan (di pantai barat Wales tahun 1988) mempunyai panjang 3 meter dari kepala sampai ekor, dengan berat 916 kg.

Selain ukurannya yang besar, penyu belimbing, sebagaimana jenis penyu lainnya pun sebagai penjelajah lautan yang handal. WWF Indonesia bekerjasama dengan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) pada Juli 2003 memasang transmitter di punggung sepuluh ekor penyu belimbing yang dilepas dari pantai Jamursba Medi, Papua. Pada Mei 2005, berdasarkan pengamatan satelit, penyu tersebut diketahui berada di Monteray Bay, sekitar 25 km dari Golden Bridge, San Fransisco, Amerika Serikat.

Sumber: Mongabay Indonesia

read more
Flora Fauna

Garuda Indonesia Tolak Angkut Kargo Sirip Hiu

Setiap tahunnya Garuda Indonesia memfasilitasi pengiriman sebanyak 36 ton kargo bermuatan produk-produk sirip hiu. Namun sejak tahun 2012, Garuda Indonesia juga telah memberlakukan embargo dengan tidak menerima pengangkutan satwa mamalia hidup seperti lumba-lumba dan harimau, termasuk hewan peliharaan (domestic pet) mamalia seperti anjing, kucing, dll, sebagai bagasi tercatat, kecuali untuk service animal.

Melalui kebijakan ini, Garuda Indonesia bergabung dengan sejumlah maskapai penerbangan yang telah lebih dahulu menghentikan pengiriman produk-produk sirip hiu, seperti Air New Zealand, Cathay Pacific, Emirates Airlines, Fiji Airways, dan Korean Air.

Sehingga dengan mengeluarkan kebijakan embargo ini, Garuda Indonesia berkontribusi pada upaya pengurangan perdagangan sirip hiu di pasar global.

WWF-Indonesia mengapresiasi langkah manajemen maskapai penerbangan nasional, Garuda Indonesia, yang baru-baru ini mengeluarkan kebijakan internal “Embargo On Shipment All Kind Shark Fin” atau embargo pengiriman semua jenis sirip hiu dalam penerbangannya yang mulai efektif diberlakukan tanggal 8 Oktober 2013.

“WWF memberikan apresiasi atas kebijakan embargo yang dikeluarkan Garuda Indonesia atas pengiriman produk sirip hiu. Hal ini merupakan langkah positif yang patut dicontoh oleh perusahaan-perusahaan lainnya, termasuk maskapai penerbangan, restoran, hotel, supermarket, yang terlibat dalam perdagangan hiu”, jelas Direktur Konservasi WWF-Indonesia, Nazir Foead.

“Keputusan mengeluarkan kebijakan ini merupakan wujud dari komitmen Garuda Indonesia untuk mendukung kampanye antiperdagangan hiu #SOSharks yang diinisiasi oleh WWF-Indonesia”, kata Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar.

Hiu telah menjadi perhatian global dan diperdagangkan dalam berbagai bentuk tidak hanya sirip kering saja. Setidaknya 1.145.087 ton produk hiu diperdagangkan secara global setiap tahunnya. Padahal hiu adalah spesies yang populasinya terancam punah dan lambat reproduksinya. Melonjaknya jumlah permintaan sirip dan produk-produk hiu lainnya menyebabkan terjadinya penangkapan besar-besaran terhadap satwa ini. Data FAO (2010) menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan teratas dari 20 negara penangkap hiu terbesar di dunia.

Kampanye anti konsumsi hiu berhasil mendapatkan dukungan di sejumlah negara, seperti Cina dan Australia. Pemerintah Cina misalnya, memutuskan tidak lagi menghidangkan sup sirip hiu di acara kenegaraan. Australia bahkan melarang shark finning, yaitu praktik pengambilan sirip hiu dengan cara yang kejam.

Di Indonesia, Pemerintah dalam hal ini Kementrian Kelautan dan Perikanan bersama lembaga lainnya termasuk WWF, terus mendorong upaya penetapan National Plan OF Action (NPOA) untuk mengelola kelestarian sumberdaya hiu di Indonesia.

Pemprov DKI Jakarta, sebagaimana disampaikan Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (15/6/2013), juga sedang menyiapkan Peraturan Gubernur yang meminta restoran atau rumah makan di Jakarta untuk berhenti menyajikan atau memperdagangkan produk-produk hiu serta turunannya.

Hingga saat ini kampanye Save Our Shark (#SOSharks) WWF didukung oleh sedikitnya 23 orang figur publik dan selebriti termasuk chef, pakar kesehatan, musisi, aktor hingga produser film. Info lebih lanjut tentang keterlibatan para publik figur Indonesia dalam kampanye hiu dapat dilihat di www.wwf.or.id/sosharks.

Sumber: hijauku.com

read more