close

kebakaran hutan

Hutan

Pemilik Lahan Konsesi Lalai Jaga Hutan Hingga Ada Titik Api

Pemerintah diminta mengkaji ulang realisasi izin Hutan Tanaman Industri (HTI) yang dimiliki perusahaan. Walhi melihat ada kelalaian dari pemilik lahan konsesi yang menyebabkan kebakaran hutan di Riau.

“Pemerintah bisa mencabut izin konsesi gambut yang ada sekarang,” katanya, Rabu (12/3/2014).

Pencabutan izin konsesi ini salah satunya untuk memulihkan kondisi lahan gambut. Walhi melihat, jika tidak ada kelalaian yang dilakukan perusahaan, maka mustahil timbul titik api di lahan konsesi HTI.

Dalam jangka pendek, pemerintah juga harus tegak menegakkan hukum. Hingga kini baru satu perusahaan yang disidangkan terkait kebakaran hutan pada tahun 2013. Padahal tahun ini terbukti lahan mereka yang tahun lalu dilaporkan kembali terbakar.

Sejauh ini pengadilan seolah berjalan lamban. Padahal efek jera dibutuhkan agar kondisi ini tidak terus terjadi. “Minimal izin mereka dicabut jika terbukti lahan mereka ada titik api. Kalau ada titik api, kan berari mereka tidak menjaga lahannya,” kata dia.

Walhi meyakini bahwa bencana asap Riau merupakan perbuatan manusia. Untuk itu, seharusnya ada langkah antisipasi agar kondisi ini terkontrol dan bisa dihindari.

“Celakanya, Gubernur saja bilang susah. Nah, kalau susah, kenapa serampangan beri izin?,” tanyanya.

Sumber: republika.co.id

read more
Ragam

Balthasar Minta Singapura Diam Soal Asap

Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengaku sempat beradu argumen dengan Menteri Lingkungan Hidup Singapura soal asap kiriman dari Sumatera. Menolak intervensi negara luar, dia meminta menteri bersangkutan diam untuk mendengarkan komitmen Indonesia.

“Saya menyuruh dia diam karena saya mau bicara,” katanya saat meninjau sarana Mangrove Center di Balikpapan, Rabu, 12 Maret 2014.

Balthasar menegaskan komitmennya untuk menuntaskan permasalahan asap kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun di Sumatera. Namun pemerintah memastikan komitmen tersebut bukan disebabkan adanya desakan dari Malaysia dan Singapura yang komplain menerima kiriman asap.

“Kami melakukan untuk kepentingan warga Riau dan Dumai yang lebih menderita akibat asap ini, bukan untuk Singapura dan Malaysia,” paparnya.

Balthasar balik mengkritik Singapura yang tidak tegas dalam membina perusahaannya yang berinvestasi di Indonesia. Pasalnya, dari delapan perusahaan pembakar hutan di Sumatera, kata dia, ada satu di antaranya yang bermarkas di Singapura. Sejumlah perusahaan Singapura ditengarai juga sering mengirim limbah industrinya ke Batam.

DPR sudah setuju ratifikasi kerja sama ASEAN dalam penanganan asap di Sumatera diajukan pemerintah sejak sepekan lalu. Pemerintah lewat Kementerian Lingkungan Hidup mengajukan ratifikasi kerja sama penanganan asap sejak 2005. “Itu penting agar Malaysia dan Singapura tidak banyak bicara lagi,” ujarnya.

Sumber: tempo.co.id

read more
Perubahan Iklim

Kabut Selimuti Banda Aceh

Cuaca di Kota Banda Aceh dan sebagian kawasan di Aceh Besar diselimuti kabut asap tipis yang terjadi sejak Sabtu (15/2/2014). Meski mengganggu namun belum tampak masyarakat yang keluar rumah menggunakan masker.

“Kami belum bisa menyimpulkan bahwa kabut asap yang menyelimuti Kabupaten Aceh Besar dan kota Banda Aceh merupakan dampak dari kebakaran hutan yang terjadi d ibeberapa daerah,” kata Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Besar Samsul Bahri di Aceh Besar.

Ia mengatakan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga belum menyimpulkan apa penyebab kabut asap yang menyelimuti sebagian kawasan di Aceh Besar dan Kota Banda Aceh.

“Jarak Pandang pengendara kendaraan bermotor masih normal dan kemungkinan saja kabut asap ini dari kebakaran hutan di beberapa daerah atau fenomena alam,” kata Samsul yang juga Asisten II Setdakab Aceh Besar.

Sumber: republika.co.id

read more
Hutan

75 Titik Api Ditemukan di Hutan Aceh

Kebakaran hutan dan lahan di Aceh sudah memasuki masa darurat. Titik api yang berhasil ditemukan dari pantauan Satelit NOAA18 sejak Selasa (11/2/2014) hingga Kamis (13/2/2014) tercatat sebanyak 75 titik api. Melihat kondisi ini, tentu Pemerintah Provinsi (Pemprov)  Aceh harus bisa bekerja cepat dan tepat guna memadamkan titik api yang sebagian mulai menjalar ke perkampungan penduduk, seperti di kawasan Tangse, Kabupaten Pidie dan sejumlah daerah lainnya di Aceh.

“Aceh merupakan peringkat kedua tertinggi kebakaran hutan (hotspot) setelah Riau. Ini tidak bisa dibiarkan berlama-lama atau menunggu kobaran api padam dengan sendirinya,” ujar akademisi dan pengamat lingkungan Aceh, TM Zulfikar kepada Analisa, Kamis (13/2/2014).

Dari pantauan hotspot satelit NOAA18, titik api terbesar di Sumatera, yakni di Riau 243 lokasi, sedangkan di Sumatera Utara (Sumut) 74 titik. Hanya saja, meskipun titik api di Sumut lebih kecil, namun bisa juga memengaruhi kondisi di Aceh dengan sebaran asap.

Menurut Zulfikar, upaya Pemprov Aceh untuk menurunkan emisi rumah kaca sejauh ini tak berjalan baik, bahkan bisa dibilang omong kosong. Sebab, penurunan emisi rumah kaca ini sangat berpengaruh dengan kebakaran hutan yang terjadi.

Karenanya, sudah saatnya Pemprov Aceh meminta bantuan pemerintah pusat untuk memadamkan kobaran api, terutama di kawasan yang sangat rawan dengan kebakaran hutan dan lahan ini. Sebab, bagaimana pun, Pemprov Aceh belum mampu mengatasinya sendiri karena tak memiliki alat yang memadai. “Sejauh ini hanya pemerintah pusat yang mempunyai alat untuk memadamkan api dari udara, sedangkan kami belum ada,” ujar Zulfikar.

Di lain pihak, Zulfikar mengungkapkan, sudah saatnya Aceh memikirkan bagaimana cara melakukan pencegahan kebakaran hutan setiap tahun, sebab peristiwa kebakaran hutan ini menjadi penyakit klasik yang terus terulang bila musim kemarau.

Kalau saat terjadi kebakaran hutan baru melakukan pemadaman, sama saja Pemprov Aceh seperti petugas dinas kebakaran, yakni bekerja untuk memadamkan api bila sudah terjadi kebakaran, namun upaya pencegahannya tak pernah dipikirkan.

Kondisi di Aceh merupakan sebuah fenomena. Bila musim kemarau seperti sekarang sangat rawan terjadi kebakaran. Dari hasil pantauan media sudah ditemukan titik api pada lima kabupaten/kota akibat kebakaran hutan. Sementara bila musim penghujan tiba, maka musibah banjir terus mengincar sejumlah kabupaten/kota di Aceh. Musibah banjir ini juga terus terulang setiap tahun dan hanya lewat keajaiban alam saja bisa susut kembali tanpa upaya pencegahan.

Lahan Sawit Terbakar
Dilaporkan, puluhan hektar lahan kelapa sawit milik masyarakat di Kecamatan Kuala Batee dan Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sejak beberapa hari lalu terbakar. Diduga kebakaran lahan perkebunan tersebut akibat suhu yang sangat panas yang menerpa daerah ini sejak sebulan lalu.

Informasi diperoleh Analisa, Kamis (13/2), beberapa titik api muncul di kawasan Jalan 30 Gampong  Persiapan Lhok Gayo, Gampong Persiapan Rukon Damai Geunang Jaya, dan di Alue Mantri Gampong Persiapan Blang Raja. Kecamatan Babahrot. Bukan saja lahan perkebunan yang dilalap api, tetapi juga areal hutan setempat.  Titik api muncul di lokasi Alue Baneng Gampong Sejahtera dan di kawasan Batee Deumam Gampong Ie Mirah, Kecamatan Babahrot.

Untuk Kecamatan Kuala Batee, dilaporkan titik api yang membakar lahan bergambut muncul di beberapa titik, yaitu di kawasan perkebunan Drien Leukit Gampong Blang Makmur sampai ke perbatasan Krueng Teukuh.

Kendati petani bersama Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Abdya sudah berupaya melakukan pemadaman, namun hingga Kamis (13/2) sebagian titik api masih berkobar, terutama di kawasan Alue Mantri dan Drien Leukit. “Titik api masih muncul hingga hari ini. Diperkirakan sekitar 30 hektare (ha) lebih lahan kelapa sawit milik petani terbakar sejak kemarin,” ujar Bakti, petani setempat, kepada wartawan, Kamis (13/2).

Bakti menambahkan, sekitar 11 ha lahan kelapa sawit miliknya yang baru berumur tiga bulan juga ikut terbakar. Kebakaran itu selain akibat suhu panas yang melanda Abdya sejak sebulan lalu, diduga muncul dari lahan bergambut serta disebabkan oleh api yang bersumber dari lahan yang baru dibuka dengan cara membakar oleh sejumlah petani. Upaya pemadaman yang dilakukan warga secara manual menjadi terkendala karena sulit mendapatkan sumber air, setelah saluran pembuang di kawasan areal perkebunan kering kerontang.

Sementara itu, kebakaran dengan cepat meluas membakar lapisan lahan gambut yang sudah kering diterpa suhu panas, setelah lebih dua pekan terakhir tidak diguyur hujan. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Abdya, Jusbar saat diwawancarai di ruang kerjanya, Kamis (13/2) menyebutkan, pihaknya mengaku sudah melakukan pemadaman sejak Senin (10/2) dengan mengerahkan tiga unit mobil pemadam kebakaran.

Disebutkan, hingga hari ini pihak BPBK setempat masih melakukan pemadaman di kawasan Drien Leukit. Petugas kesulitan melakukan pemadaman karena tak ada akses jalan yang dapat dilalui oleh armada pemadam kebakaran.

Sumber: analisadaily.com

read more
Hutan

Kebakaran Hutan Melanda Hutan Aceh

Kemarau panjang menyebabkan sejumlah titik api muncul di kawasan pegunungan, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Sumber api diduga akibat warga membakar sampah sembarangan. Kebakaran terus meluas namun sejauh ini belum terlihat adanya upaya pemadaman.

Kebakaran hutan lindung di wilayah Tangse telah terjadi sejak tiga hari lalu. Belum diketahui penyebab kebakaran puluhan hektare hutan lindung di kawasan Cot Kuala, Tangse, diduga akibat warga yang membakar sampah di sekitar hutan.

Hingga Kamis pagi masih terdapat puluhan titik api terus menjalar dan meluas. Sejauh ini tidak terlihat ada upaya pemadaman api dari warga maupun pemerintah kabupaten setempat. Api terlihat terus menjalar menyusuri hutan sekitar. Diperkirakan jika tidak ada hujan maka dalam jangka waktu dua hari api akan menghanguskan ratusan hekatare lahan lainnya.

Tidak adanya jalur menuju titik api diduga menjadi alasan utama tidak ada warga dan pihak dinas terkait yang berusaha memadamkan api tersebut.

Kebakaran hutan juga terjadi di kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat. Hingaa kini wilayah Aceh masih dilanda kemarau panjang. Dampak lain juga menyebabkan sejumlah tanaman padi warga mati karena kekeringan. []

Sumber: TGJ/metronews

read more
Ragam

BMKG Pantau Titik Api di Aceh, Sumut, dan Riau

Berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Sumatera Selatan masih aman dari titik panas yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan perkebunan, meski beberapa hari terakhir beberapa provinsi di Sumatera mulai banyak terdeteksi titik panas (hotspot).

“Berdasarkan pantauan melalui satelit pada Februari 2014, wilayah provinsi yang memiliki 15 kabupaten dan kota ini belum terdeteksi satupun titik api. Bahkan masih terdapat cukup sering turun hujan dengan intensitas sedang,” kata Kasi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumsel, Indra Purnama di Palembang, Minggu.

Dia menjelaskan, berdasarkan pantauan melalui satelit Terra dan Aqua terdeteksi titik panas di daratan Sumatera sekarang sebanyak 16 titik api. Dimana antara lain tersebar di Provinsi Aceh ada delapan titik api, di Sumatera Utara terdapat tiga titik dan di Riau terdeteksi ada lima titik api.

Jumlah titik api yang terdeteksi saat ini, sangat jauh menurun jika dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya yang mencapai 189 titik api.

Untuk mengetahui perkembangan jumlah titik api di wilayah Sumatera dan kemungkinan meluas hingga ke wilayah Sumatera Selatan, menurut Indra, pihaknya akan melakukan pengawasan secara intensif. Sehingga bisa disiapkan langkah-langkah penanggulangannya.

Berdasarkan kondisi cuaca di wilayah provinsi berpenduduk sekitar 8,6 juta jiwa ini, menurutnya, masih terdapat cukup sering turun hujan. Sehingga diperkirakan beberapa bulan ke depan, daerah ini relatif aman dari ancaman titik api yang dapat mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan perkebunan atau pertanian.

Wilayah Sumsel sekarang ini masih relatif aman dari titik api, meskipun demikian diimbau kepada seluruh lapisan masyarakat dan pihak terkait dalam penanggulangan bencana agar mulai melakukan langkah antisipasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Sehingga, menurut Indra, tidak menimbulkan masalah gangguan kabut asap seperti yang mulai terjadi di wilayah Riau dan sekitarnya.

Sementara Koordinator Taruna siaga Bencana Sumsel Ms Sumarwan mengatakan, menghadapi kondisi cuaca sekarang ini, pihaknya telah meningkatkan kesiap siagaan personel dan peralatan pendukung untuk membantu masyarakat jika terjadi suatu bencana.

Dalam kondisi sekarang ini, anggota Tagana fokus menyiapkan diri membantu masyarakat menanggulangi bencana banjir dan tanah

Meskipun demikian, ancaman kebakaran hutan dan lahan juga menjadi pehatian. Karena di beberapa provinsi tetangga mulai mengalami masalah gangguan kabut asap akibat terjadinya kebakaran hutan dan lahan, kata Sumarwan.

Sumber: TGJ

read more
Hutan

Pola Pikir Pelaku Pembakaran Hutan Diteliti

Kebakaran hutan di Australia banyak yang terjadi secara alamiah, namun ada juga yang sengaja disulut oleh mereka yang suka menyulut api hingga mengakibatkan kebakaran dikarenakan kecenderungan psikologis. Menurut seorang ahli, perlu lebih banyak penelitian mengenai para pembakar atau arsonist di Australia.

Dr Rebekah Dobson dari Pusat Penelitian dan Pengorbatan Arson Australia telah meneliti pola pikir para pembakar tersebut selama 20 tahun. Menurutnya, ada kekurangan dana penelitian terhadap motivasi di balik para pembakar tersebut, meskipun ada bukti dari Institut Kriminologi Australia bahwa pembakaran sengaja merupakan masalah sosial yang kian memburuk.

Australia tidak memiliki cukup pengetahuan mengenai pembakaran yang disengaja, komentar Dobson.

“Begitu banyak aspek dari penyulutan api secara sengaja yang perlu diteliti. Contohnya, kampanye musim panas kita tentang penyulutan api, dan apakah itu memberi dampak positif atau tidak,” jelasnya.

Selama 20 tahun, Dobson mewawancara mereka yang ditahan karena dengan sengaja menyulut kebakaran hutan, guna membangun profil psikologis seorang arsonist. Menurutnya, mereka yang berkali-kali memicu kebakaran meskipun telah dewasa berada dalam kondisi kronis.

“Biasanya ini dimulai saat usia muda, dan tidak ada sanksi yang dikenakan, seperti pengawasan orang tua, pengajaran tentang konsekuensi kebakaran, dan seterusnya,” ucapnya, “Bagi orang-orang ini, api sudah menjadi alat.”

Motivasi psikologis mereka yang menyulut kebakaran cukup rumit, namun Dobson menyimpulkan bahwa para pembakar menggunakan api sebagai alat untuk mengatur emosi dan mengungkapkan rasa tertekan.

“Ada hubungannya dengan pemahaman orang tersebut bahwa api adalah alat, yang bisa memberi kesan bahwa mereka menguasai lingkungan. Rasa penguasaan yang tidak bisa mereka dapat dengan cara lain,” jelas Dobson, “Kalau kita mengalami hari yang buruk, mungkin kita berolahraga atau minum wine, [namun] bagi mereka yang belum belajar tentang cara-cara pro-sosial untuk menghadapi [hari yang buruk], mereka akan menggunakan cara-cara anti sosial.”

Pendidikan tentang api harus lebih gencar diadakan bagi anak-anak, namun hal ini terhalang pemotongan sumber daya dan juga peraturan yang terlalu ketat.

“Bermain api menimbulkan keingintahuan bagi anak, sebagai bagian dari mempelajari cara dunia bekerja, seperti halnya mereka bereksperimen dengan hal-hal lain,” jelas Dobson, “Dulu, ayah saya menyalakan pembakar sampah di halaman belakang tiap hari Minggu. Saya dan ayah akan berkemah, dan kita boleh menyalakan api unggun kecil…”

Meskipun Australia banyak mengalami kebakaran hutan, penelitian tentang keadaan psikologis para pembakar justru kalah dengan sejumlah negara lain seperti Inggris, ucapnya.

Saat ini begitu banyak peraturan dan pembatasan, hingga anak-anak tidak diberi kesempatan belajar tentang api, lanjutnya.

Sumber: tribunnews.com

read more
1 2 3
Page 3 of 3