close

minyak

Kebijakan Lingkungan

Menteri ESDM: Indonesia Pengimpor Minyak Terburuk

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Sudirman Said menjadi pembicara utama dalam seminar nasional pengelolaan migas yang digelar Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Seminar nasional ini berlangsung Sabtu (27/12) di gedung AAC Dayan Dawood. Acara ini dihadiri dan dibuka langsung oleh Gubernur Aceh Zaini Abdullah. Turut juga hadir wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar, anggota DPR-RI, Nasir Jamil, Wakil DPRA T. Irwan Djohan, Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, dan para pejabat lainnya.

Dalam sambutannya, Rektor Unsyiah menilai kegiatan ini sangat penting untuk digelar. Terlebih jika merujuk pada data dan fakta, Aceh termasuk provinsi yang kaya sumber daya alam termasuk minyak dan gas.

“Tapi pengelolaan sumber daya ini tidak akan berjalan baik jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, serta pemahaman yang benar tentang sumber daya alam” ujar Rektor di hadapan para tetamu dan ratusan mahasiswa Unsyiah.

Ia juga menambahkan, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya mineral dan gas, buka semata-mata peran dari pemerintah Aceh tapi diperlukan juga peran dari semua pihak. Termasuk diantaranya para akademisi atau institusi pendidikan di Aceh. Terlebih saat ini di Aceh, pengaturan migas serta pengelolaannya telah diatur dalam Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA) nomor 11 tahun 2006, yang menegaskan cara pemanfaatan mineral dan migas yang baik dan efisien.

“Harapan kami, semoga semua pihak pengiat migas yang hadir pada seminar ini, dapat terus bersinergi dengan Universitas Syiah Kuala untuk menemukan formulasi terbaik, dalam rangka efesiensi pengelolaan sumber daya alam Indonesia”

Sementara itu, Menteri ESDM Sudirman Said yang hadir sebagai keynote speaker, menjabarkan beberapa tantangan ESDM yang terkait langsung dengan ketahanan nasional. Seperti  Rp 246 triliun dihabiskan untuk subsidi BBM dan LPG. Ini merupakan posisi terburuk di antara negara pengimpor minyak.

Tentu langkah-langkah konkret dilakukan demi peningkatan pembangunan sektor energi. Kebijakan itu dilakukan dengan meningkatkan  produksi energi primer seperti minyak, gas bumi, dan batubara. Meningkatkan cadangan operasional energi termasuk peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi. Hingga meningkatkan pengelolaan subsidi yang lebih transparan dan tepat sasaran.

Sudirman menyadari, sektor migas paling banyak disoroti oleh masyarakat. Bahkan ia mengaku, saat pertama kali menjabat, ia merasakan kepercayaan masyarakat begitu rendah terhadap sektor ini.
“Situasi hari ini merupakan hasil apa yang kita perbuat sepuluh tahun yang lalu. ESDM jadi begini, karena ada akumulasi problem dari sebelumnya.”

Ia pun teringat saat penunjukkan langsung oleh Presiden Jokowi beberapa bulan lalu. Jokowi mengatakan, jika sektor ini berat dan banyak godaan. Jadi dibutuhkan sosok yang jujur bukan sekedar pintar.

“Ini bukan saya memuji diri sendiri, ya!” ujar Sudirman yang disambut gelak tawa peserta.

Di hadapan mahasiswa Unsyiah, Sudirman juga berpesan untuk menyiapkan diri untuk kehidupan mendatang dan siap menyongsong jalan yang lurus. Menurutnya ada dua cara, yaitu jaga identitas diri dan bangun kompetensi.

“Zaman dulu, orang melihat Anda anak siapa dan berasal dari mana. Tapi sekarang, orang tidak melihat lagi Anda asal darimana, tapi bisa apa. Semoga semakin banyak orang lurus yang mau mengurus negeri ini.”

Seminar setengah hari ini turut dihadiri para dosen, dekan serta wali nanggroe Aceh. Acara ini juga membahas dinamika pengelolaan migas untuk kesejahteraan rakyat di Aceh. Turut menghadirkan pemateri Kepala Dinas Pertambangan dan Energi di Aceh Said Ikhsan, Presiden direktur PT Perta Arun Gas Teuku Khaidir, dan Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmy Radhi. (rel)

read more
Energi

BBM Melambung, Plastik Pun jadi Bahan Bakar

Sampah plastik dan botol bekas di sekeliling rumahnya satu persatu dikumpulkan oleh Supriati (55), seorang Ibu Rumah Tangga (IRT), di Gampong Alue Drien, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara. Sampah yang sudah dikumpulkan itu dibawa ke dapur dan kemudian disulut dengan korek.

Alhasil, sampah plastik yang disulut korek itu meneteskan cairan kental seperti minyak menyambar ke potongan-potongan  kayu bakar yang telah disusun untuk memasak. Api pun terus menyala, memasak makanan yang akan dihidangkan untuk keluarga. Ide semacam ini justru menghemat biaya. Hanya bermodalkan sebuah korek gas, kayu bakar yang kering dan sampah plastik atau sejenisnya, sebagai pengganti minyak atau bahan bakar.

Ide ini muncul dalam benak Supriati pasca kenaikan harga BBM yang mengakibatkan bahan pokok lainnya juga ikut naik, salah satunya adalah tabung gas Elpiji 3 Kg yang harganya melambung mencapai Rp 26 ribu. Menurutnya, memasak dari api minyak sampah itu adalah hal yang biasa dan mudah dilakukan banyak orang. Walaupun nampak sepelu namun jika rutin dilakukan maka akan menghemat biaya dua kali lipat.

“Ide semacam ini kan tentu dilakukan banyak orang, karena prosesnya sangat mudah. Kita tinggal mengumpulkan sampah plastik yang kering dan kemudian dibakar. nah pada waktu itu lah api menyala pada sampah tersebut yang menghasilkan tetesan minyak dan menyambar ke bagian potongan kayu bakar. Makanan pun jadi tambah lezat dan menghemat biaya dua kali lipat,” jelasnya kepada GreenJournalist beberapa waktu lalu.

Awalnya, dirinya memasak dengan menggunakan tabung gas elpiji ukuran 3kg. Namun karena harganya melambung dan boros, ia timbul pikiran untuk memasak segala macam masakan dengan menggunakan kayu bakar bersumber api dari tetesan minyak sampah plastik. Tak hanya itu, dari hasil kumpul mengumpul sampah-sampah tersebut, lingkungan rumah pun menjadi bersih dan ramah lingkungan.

“Memasak pakai tabung gas elpiji hanya memboroskan biaya dan berbahaya. Sebelumnya saya memasak dengan menggunakan tabung gas elpiji, namun boros. Tabung gas elpiji 3kg hanya mampu bertahan selama satu minggu saja. Nah, kalau masak pakai minyak sampah ini maka tidak ada batasnya, modalnya hanya kemauan. Hitung-hitung membersihkan lingkungan disekeliling rumah,” jelasnya lagi.

Dengan cara begitu, Supriati yang sudah janda sejak meninggal suaminya pada 2010 lalu, harus bisa menghemat segala biaya. Supriati tinggal bersama anak perempuannya yang sudah dikaruniai tiga anak (cucunya-red).

read more
Sains

Pakar Tumpahan Minyak Indonesia terima Penghargaan Internasional

Ilmuwan Indonesia Bayu Setya, MSc terpilih sebagai penerima “International Award Chartage”, karena kontribusinya yang luar biasa menyelamatkan lingkungan dari pencemaran minyak tumpah di Indonesia maupun di negara lain.

Koordinator Fungsi Pensosbud KBRI Roma, Nindarsari Utomo, Jumat menyebutkan Bayu Setya, MSc merupakan orang Indonesia pertama menerima penghargaan International Award Carthage edisi ke-13 pada Kamis, bertempat di Campidoglio, Roma, Italia.

Penghargaan bergengsi tersebut diberikan hanya kepada orang-orang terpilih yang telah memberikan kontribusi kepada masyarakat di lingkungannya serta kepada masyarakat internasional. Beberapa tokoh lain yang pernah menerima penghargaan tersebut yakni Dr. Kofi Annan mantan Sekretaris Jenderal PBB dan Presiden Republik Italia Giorgio Napolitano.

Sementara Bayu Setya adalah seorang Direktur pada Oil Spill Response Centre Indonesia (OSCTI). Sesuai dengan Keputusan Presiden No.109, 2006 OSCTI memiliki tugas untuk melindungi lingkungan Indonesia dengan cara menangani polusi minyak tumpah secara cepat dan efektif.

Bayu Setya dinilai telah berhasil dalam menyelamatkan lingkungan dari pencemaran minyak tumpah (oil spill) yang terjadi di darat maupun di laut, baik itu yang terjadi di Indonesia maupun di berbagai negara lainnya.

Ilmu pengetahuan mengenai penanggulangan minyak tumpah tersebut baru berkembang sejak tahun 1960-an dan Bayu Setya merupakan pioner utama Indonesia yang memiliki keahlian tersebut.

Keahliannya sudah diakui secara internasional. Berkat keahliannya tersebut ia diundang untuk ikut serta dalam menanggulangi permasalahan minyak tumpah yang terjadi di Denmark, Inggris, Jepang, Amerika Serikat dan Thailand.

Selain itu, ia juga pernah terpilih sebagai satu dari tiga pembicara dari seluruh dunia pada International Symposium yang membahas mengenai penanggulangan minyak tumpah di Tokyo, Jepang pada tahun 2007.

Penghargaan International Award Carthage merupakan penghargaan yang diberikan oleh Accademia Premio Internazionale alla Cultura Cartagine di Italia yang dimulai sejak tahun 2001.

Pada edisi ke-13 tahun ini terasa sangat istimewa karena salah satu penerima penghargaan tersebut adalah orang Indonesia bernama Bayu Setya, MSc.

Mengingat bergengsinya pemberian penghargaan tersebut Dubes RI Roma menghadiri acara pemberian penghargaan dan sekaligus memberikan ucapan selamat dan bangga atas prestasi anak bangsa yang telah diakui secara internasional.

Sumber: antaranews.com

read more
Ragam

Chevron Turunkan Tim Khusus Tangani Minyak Tumpah

Menyusul kunjungan tim KLH Kota Dumai di terminal 4 pelabuhan Dumai tanggal 28 Maret dan 4 April lalu, manajemen PT Chevron Pacific Indonesia (Chevron) bersama dengan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), Pertamina RU II, dan pemilik Kapal Medelin West, hari ini Selasa (8/4/2014) bertemu dengan jajaran Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Dumai.

Pertemuan tersebut untuk berkoordinasi mengenai kejadian tumpahan minyak yang berasal dari Kapal Medelin West pada tanggal 26 Maret 2014.

Seperti yang diinformasikan sebelumnya, Chevron menurunkan tim khusus penanganan tumpahan minyak untuk membantu pihak Medelin West membersihkan tumpahan minyak saat proses pengisian minyak mentah ke kapal. Selain mengisolasi lokasi tumpahan minyak, para petugas Chevron juga langsung membersihkan tumpahan minyak di laut pada saat yang sama. Tim ini mengerahkan peralatan dan kru yang terlatih untuk membersihkan minyak dari permukan laut.

“Chevron selalu siap dan siaga untuk mengantisipasi kondisi-kondisi yang tidak diharapkan, khususnya terhadap tumpahan minyak dari Kapal Medelin West. Kami berinisiatif membantu membersihkan tumpahan minyak dari Kapal Medelin West sebagai bentuk kepedulian Chevron terhadap lingkungan,” ujar Manager HCT – CTOM, Aristo Joeristanto.

Pada saat kejadian Chevron menginformasikan kepada KSOP Dumai sebagai pihak yang berwenang, yang kemudian langsung turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan dan koordinasi penanganan tumpahan minyak dari Kapal Medelin West. Chevron juga mengirimkan surat laporan peristiwa tumpahan minyak ini kepada KLH Kota Dumai sehari setelahnya.

“Saya telah melihat langsung kesiapan dan kesigapan Chevron dalam penanganan tumpahan minyak, yang secara prosedural sudah melaporkannya kepada pihak berwenang, dalam hal ini KSOP Dumai,” jelas Kasi Pengawasan, Pengamanan, dan Penyidikan Pelanggaran terhadap Kapal, Edison Simorangkir.

Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Dumai, Basri, menghimbau seluruh stakeholder di sektor migas untuk meningkatkan keandalan dan kesiapsiagaan dalam penanggulangan tumpahan minyak di wilayah perairan.

“Saya berharap agar perusahaan lain dapat melakukan hal yang sama seperti yang telah dilakukan Chevron dalam kesiapan dan menanggapi kejadian ini,” katanya mengakhiri penjelasannya.[]

Sumber: riauterkini.com

read more
Ragam

Tabrakan Kapal Sebabkan Minyak Cemari Terusan Houston

Satu kapal dan satu tongkang yang berisi hampir satu juta galon bahan bakar bertabrakkan dan mengakibatkan tumpahan minyak di Terusan Kapal Houston di Negara Bagian Texas, Amerika Serikat (AS), demikian keterangan pihak penjaga pantai setempat.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu sore (22/3/2014) di Terusan Kapal Houston di Teksas Selatan, dan tongkang berisi 924.000 galon bahan bakar bertabrakkan dengan kapal dagang sepanjang 178 meter.

Operator tongkang itu mengaktifkan rencana tanggap darurat yang menyelamatkan semua anak buah kapal (ABK)-nya yang berjumlahj enam orang, dan semuanta berada dalam kondisi stabil, kata pihak berwenang.

Tumpahan minyak telah dilaporkan di perairan tersebut, tapi jumlah minyak yang bocor tidak diketahui pada saat ini.

Pihak berwenang menyatakan, tongkang tersebut sedang dalam pelayaran dari Kota Texas ke Bolivar saat tabrakan terjadi, dan tongkang itu ahirnya tenggelam di terusan.

Lalu lintas laut di terusan yang paling berpengaruh di Houston Ship Channel itu telah dihentikan untuk sementara, dan hingga Sabtu malam belum diketahui sampai kapan akan dibuka lagi.

Pemilik tongkang dilaporkan mengusahakan reakti terpadu dengan pihak penjaga pantai AS dan Texas General Land Office di lokasi kecelakaan.

Peristiwa itu tercatat sebagai tabrakan kedua di Houston Ship Channel dalam waktu sekira satu pekan. Pada 14 Maret 2014 ada satu kapal barang yang membawa gandum bertabrakkan dengan tongkang yang membawa 840.000 galon bahan bakar di terusan tersebut, namun tidak mengakibatkan tumpahan minyak. []

Sumber: antaranews.com

read more
Energi

Subsidi BBM Enam Kali Lipat dari Subsidi Energi Terbarukan

Taifun Haiyan baru saja memporakporandakan Filipina. Korban jiwa diperkirakan mencapai puluhan ribu orang. Hampir tidak ada bangunan di lokasi bencana yang selamat. Kota-kota yang diterjang topan Haiyan bagaikan tempat pembuangan sampah raksasa. Sisa bangunan, peralatan rumah tangga hingga mobil berserakan, bagai mainan anak-anak.

Saat bencana melanda, terkadang kita lupa bertanya, apa penyebabnya. Konsensus ilmiah mengenai pemanasan global telah tercapai. IPCC juga telah menegaskan bahwa manusia adalah pemicu pemanasan global dan perubahan iklim. Krisis iklim inilah yang telah memicu cuaca ekstrem seperti yang terjadi di Filipina. Bahkan tahun lalu konsentrasi emisi gas rumah kaca telah mencetak rekor baru.

Namun upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca terkendala oleh ketergantungan (addiction) negara terhadap bahan bakar fosil, bahkan ketika mereka sudah mengetahui – melalui bukti-bukti ilmiah – bahwa pembakaran bahan bakar fosil adalah penyumbang utama emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global dan perubahan iklim.

Bukti ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil ini adalah besarnya fasilitas subsidi yang diberikan terhadap bahan bakar fosil. Yang mengerdilkan upaya mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim, menguras anggaran belanja pemerintah sekaligus mencabut nyawa, merusak iklim dan lingkungan sekitar. Hal ini terungkap dalam laporan terbaru berjudul “Time to change the game” yang dirilis oleh Overseas Development Institute (ODI), Kamis, (7/11/2013).

Subsidi bahan bakar fosil juga gagal dinikmati oleh mereka yang paling memerlukan yaitu masyarakat miskin. Sehingga memangkas subsidi bahan bakar fosil akan menciptakan skenario yang saling menguntungkan bagi iklim dan anggaran negara. Aksi ini juga akan menekan kenaikan emisi, mengundang investasi serta mengurangi tekanan pada kebutuhan pendanaan pemerintah.

Menurut data International Energy Agency (IEA) terakhir, subsidi untuk produsen bahan bakar fosil jumlahnya mencapai $523 miliar pada 2011. Jumlah ini hanyalah satu bagian kecil dukungan pemerintah untuk aktivitas yang mengeksploitasi sumber daya alam yang nilainya mencapai $1 triliun.

Data IEA menyatakan, setiap $1 yang dikeluarkan untuk mendukung energi terbarukan, pemerintah memberikan subsidi untuk energi fosil sebesar $6. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memerkirakan, setiap negara anggotanya menghabiskan dana $55-90 miliar per tahun dalam berbagai bentuk subsidi bahan bakar fosil.

Jika pemerintah benar-benar memiliki komitmen untuk mencegah krisis iklim yang destruktif seperti di Filipina dan mencegah kenaikan suhu bumi di atas 2 derajat Celcius, tidak ada jalan lain selain membuat mereka yang mengeluarkan emisi karbon membayar lebih mahal dan menghapus subsidi bahan bakar fosil untuk dipakai bagi kepentingan yang lebih tepat sasaran.

Sumber: hijauku.com

read more