close

padang pasir

Sains

Peneliti MIT Memanen Air dari Kabut Gurun Pasir

Di beberapa belahan di dunia, seperti di daerah gurun Chile, air merupakan komoditi yang sangat langka. Bekerja sama dengan salah satu universitas di negara tersebut, peneliti dari MIT tengah berupaya mendapatkan air di gurun dengan cara yang unik.

Memanen awan, terdengar seperti suatu hal yang mustahil, tapi hal ini tampaknya tidak berlaku untuk para peneliti dari salah satu universitas berbasis teknologi terbaik di dunia ini.

Menurut Engadget (16/5/2014), menggunakan teknologi baru berbentuk jala yang ditempatkan di alam terbuka, peneliti menegaskan telah berhasil ‘mengekstrak’ air dari kabut yang biasa melewati gurun Atacama. Gurun yang terletak di Chile ini adalah salah satu tempat terkering di dunia.

Peneliti MIT mengaku mendapatkan inspirasi untuk proyek ini setelah mempelajari tanaman dan hewan seperti rumput dan kumbang yang mampu menangkap air yang terkandung dalam kabut. Mereka juga telah membangun jala dalam ukuran besar untuk proses panen kabut ini.

Dengan teknologi fog-collecting atau pengumpulan kabut, mereka bisa mendapatkan 500 persen air lebih banyak di banding alat yang digunakan sebelumnya.

Meskipun penelitian ini masih dilaksanakan dalam skala kecil, tapi mereka sudah mampu menghasilkan setengah galon air menggunakan jala seluas kurang lebih 1 meter persegi. Air yang terkumpul ternyata sudah bisa digunakan untuk air minum hingga kegiatan bercocok tanam lidah buaya untuk ‘konsumsi’.

Menurut peneliti MIT, teknologi ini tergolong murah dan mudah untuk diterapkan karena hanya menggunakan bahan plastik ekonomis yang banyak tersedia di pasaran.

Untuk ke depannya, teknologi jaring-jaring kabut ini akan dikembangkan untuk dapat memanen tiga galon air per meter persegi.[]

Sumber: merdeka.com

read more
Sains

Pohon Paling Terpencil Di Bumi Hancur Ditabrak Truk

Selama berabad-abad, sampai suatu hari naas di tahun 1973, sebuah pohon akasia tunggal tumbuh di lautan pasir Gurun Sahara Nigeria. Pohon ini menjadi tempat beristirahat wisatawan yang lelah walaupun naunganny hanya sedikit. Sebagai satu-satunya pohon dalam radius 250 mil, akasia menjadi tonggak penting sepanjang rute kafilah yang lama terbentuk melalui daerah tandus dan juga sebagai sebuah monumen untuk ketahanan hidup.

Orang-orang Tuareg, suku nomaden di wilayah Tenere, sangat menghargai dan merawat pohon tersebut, tetapi di akhir 1930-an , pohon itu menarik perhatian orang luar juga. Tentara dari Eropa yang sedang melaksanakan kampanye militer di Afrika mengagumi pohon akasia yang kesepian di padang gurun, menyebutnya L’ Arbre du Tenere ( The Tree of Tenere) dan menggambarkannya pada peta kartografer dengan dengan catatan sebagai pohon paling terisolasi bumi .

Komandan Pasukan Sekutu, Perancis, menjelaskan L’ Arbre du Tenere sebagai sesuatu yang benar-benar khusus – tidak hanya karena kemampuannya untuk bertahan hidup di gurun dingin, tetapi juga untuk tetap bertahan dari kunjungan orang yang begitu banyak menghampirinya.

” Kita harus melihat pohon itu untuk percaya keberadaannya, ” tulis Michel LeSourd pada tahun 1939. ” Apa rahasianya ? Bagaimana ia masih hidup meskipun banyak orang beserta unta menginjak-injak sisinya,? tanyanya.

” Mengapa unta kafilah tidak makan daun dan durinya ? Mengapa kafilah Touareg tidak memotong ranting-ranting untuk membuat api untuk menyeduh teh mereka ? Satu-satunya jawaban adalah bahwa pohon ini dianggap tabu oleh mereka. ”

“Makam” pohon paling terisolasi | Foto: Holger Reineccius

Pada tahun itu, sebuah sumur digali di dekat pohon untuk melihat bagaimana pohon berhasil bertahan hidup di pasir. Pohon itu tingginya hanya sekitar 10 kaki, memiliki akar yang membentang turun lebih dari 100 kaki ke meja air (water table). Pohon ini diperkirakan berusia sekitar 300 tahun, satu-satunya yang selamat dari hutan kuno yang ada saat wilayah tersebut masih lebih basah daripada sekarang ini.

Menurut laporan kontemporer, pada tahun 1973 seorang sopir truk menelusuri rute kafilah tua menabrak pohon tua itu. Dalam sekejap, satu tindakan ceroboh memutus rantai sejarah yang berakar dalam gurun pasir dan etos generasi yang datang untuk menghargainya.

Sopir , yang tetap tidak teridentifikasi sampai hari ini diduga dalam keadaan mabuk pada saat kecelakaan.

Tidak lama setelah itu, kerangka pohon yang dianggap suci dipindahkan ke National Museum of Niger dan ditempatkan dalam sebuah makam. Perlakuan ini menunjukkan pentingnya pohon tersebut untuk masyarakat.

Demikian juga  di tempat di mana L’ Arbre du Tenere telah tumbuh, patung logam sederhana didirikan, menandai tempat di mana pohon yang benar-benar luar biasa telah begitu lama berdiri melawan rintangan dan alam dan bukit pasir dan tak ada pohon seperti itu akan pernah berdiri lagi.

Sumber: treehugger.com

read more