close

pakaian

Green Style

Heboh Pakaian Daur Ulang di Ajang Piala Dunia

Tiga  model mengenakan gaun ‘nyentrik’ berkeliling Savassi, tempat ‘nongkrong’ paling terkenal di Kota Belo Horizonte, Jumat (27/6/2014) petang. Pakaian mereka sedikit tembus pandang, namun jauh sekali dari kesan sensual apalagi porno. Ketiganya menebar senyuman saat berjalan di sepanjang Jalan atau Rua Pernambuco.

Gaun itu terdiri atas potongan-potongan kertas yang menempel pada kain putih tembus pandang. Hanya dua warna yang dominan pada gaun dikenakan para model, hijau dan kuning. Dua warna itu sudah dikenal sebagai warna khas Brasil.

Natalia Micale, salah seorang model memimpin dua rekannya. Natalia berjalan paling depan saat menyusuri jalanan di depan kafe. Kawasan Rua Pernambuco di Savassi diapit deretan bangunan seperti ruko. Di antaranya adalah lokasi pejalan kaki yang digunakan pula untuk tempat duduk pengunjung. Puluhan bangku kafe memenuhi jalanan. Semakin malam semakin padat yang warga yang menghabiskan waktu di tempat ini. Apalagi bulan-bulan ini musimnya Piala Dunia. Para turis Piala Dunia tak akan melewatkan suasana malam di Savassi.

Natalia dan kedua model menyempatkan duduk menikmati suasana Savassi sore itu. Saat saya jumpai, Iaskara Isadora sang perancang busana ikut menemani para model. “Kami sengaja berkeliling mengenalkan gaun daur ulang, untuk kampanye ramah lingkungan, dia ini perancangnya,” kata Natalia menunjuk Iaskara.

Iaskara menjelaskan gaun yang dikenakan para model dirancang dan dikerjakan selama dua bulan. Bahan kertas daur ulang diolah lebih dahulu menjadi bubur kertas lalu dikeringkan. Setelah itu diolah kembali menjadi kertas dengan dua warna, hijau dan kuning. Sebelum mengunjungi Savassi, beberapa hari Iaskara sudah membawa gaun itu berkeliling berbagai tempat. “Sebagian besar tempat keramaian, misalnya di pasar tradisional Mercado Central, dan beberapa mal,” imbuh Natalia yang sesekali menjadi penerjemah sang perancang busana.

Iaskara melanjutkan bahwa menjelang Brasil melawan Cile di Stadion Mineirao, Sabtu (28/6/2014) siang mereka tampil di sekitar stadion. “Kami keliling terutama terkait dengan Piala Dunia. Kami ingin sampaikan tentang ajakan untuk menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan memanfaatkan produk-produk daur ulang. Temanya memang tentang ekologi,” kata Iaskara.[]

Sumber: tribunnews.com

read more
Green Style

IFW 2014, Kental Sentuhan Ramah Lingkungan

Direktur Indonesia Fashion Week (IFW) 2014, Dina Midiani, mengatakan pada ajang yang akan berlangsung hari ini hingga 23 Februari, akan kental dengan Green Movement. Gerakan ramah lingkungan ini sebagai arus baru di dalam fashion lokal.

Kepada media, beberapa waktu lalu, Dina menjelaskan pentingnya produk fashion yang ramah lingkungan yang biasa disebut sustainable fashion atau eco-fashion.

“Artinya adalah produk yang diproduksi dengan memperhatikan dampaknya terhadap Bumi dan efek sosial yang ditimbulkan. Pada penggunaan bahan ramah lingkungan, produk yang tahan lama, meminimalisir jejak karbon hingga kesejahteraan pekerja adalah hal-hal yang termasuk dalam eco-fashion,” kata Dina.

Dia juga menerangkan tentang tempat tinggal sebagai hal yang mendukung green movement. Menurutnya, selama kita masih tinggal di Bumi, tentu segala hal yang terjadi di Bumi akan mempengaruhi kehidupan kita.

“Rasanya, bagaimana mungkin kita bisa hidup tenang sementara udara yang kita hirup semakin terpolusi? kemudian bagaimana juga caranya hidup sehat apabila semakin banyak sampah yang tidak bisa didaur ulang? Lalu soal air tercemar dan sebagainya. Karena itu, tanggung jawab kita  menjaga Bumi masih berada di pundak kita. Dan menjadikan bumi ini dengan ramah lingkungan,” ungkapnya panjang lebar.

Kemudian Dina juga menjelaskan tentang resiko tang tanggung jawab manusia untuk mengolah dan memakai sumber kekayaan alam.

“Adalah tugas dan tanggung jawab kita supaya sumber alam tidak habis dan rusak. Jangan berdalih untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, kita rela memproduksi sesuatu yang merusak Bumi.”

Dina menyebutkan di bidang fashion misalnya, betapa mudahnya mendapatkan produk murah yang sebegitu murahnya tanpa memikirkan proses pembuatannya yang memakai zat-zat berbahaya. “IFW 2014 menekankan pentingnya proses pembuatan produk yang ramah lingkungan. dan soal kualitas kita sudah mengujinya dengan baik,” ujar dia.

Perancang yang bisa memakai tenun Indonesia pada setiap karyanya ini juga menggarisbawahi soal masyarakat di dunia yang sudah mulai menerapkan eco-fashion sejak tahun 1990-an. Dina menyebutkan banyak perancang di Tanah Air yang mencoba menciptakan produk-produk yang ramah lingkungan dan memperhatikan proses produksi dengan seksama, termasuk kesejahteraan para pekerjanya.

Menurutnya, Indonesia yang memiliki target menjadi pusat fashion dunia seharusnya mulai aktif berpartisipasi dalam gerakan ini. “Penjualan katun organik untuk busana dan produk rumah di negara barat telah mencapai US 4.3 milyar di tahun 2009 dan terus meningkat hingga sekarang. Bahkan Eropa Timur dan Asia Timur juga mulai mengkonsumsi produk eco-fashion.”

Hal lain yang juga dirasakan sangat penting, adanya dukungan selebriti dunia dan Indonesia terhadap produk ramah lingkungan. Seperti banyak selebriti dunia Natalie Portman, Cameron Diaz, Alicia Silverstone, Jennifer Aniston hingga Salma Hayek yang sangat peduli dengan item fashion yang mereka pakai dari bahan yang digunakan hingga proses produksi.

“Mereka setuju bahwa tampil stylish seharusnya bisa selaras dengan kepedulian terhadap Bumi. dan hal yang sama juga kami ajak selebriti Indonesia untuk mau menjadi konsumen yang lebih bertanggung jawab,” kata Dina.

Diingatkan Dina. tidak sulit untuk memulai melakukan gerakan ecp-fashion. Dina menyarankan hal ini bisa dimulai dengan soal kecil. Misalnya meminimalisir limbah produksi. Lalu memaksimalkan penggunaan material yang digunakan seperti sebaiknya hindari penggunaan tas plastik. “Para perancang sebagai pelaku industri fashion harus berani membuat tas ramah lingkungan dari bahan daur ulang,” kata dia.[]

Sumber: tempo.co.id

read more