close

sekolah

Green Style

Sumbangsih USM Membuat Inovasi Bel Sekolah Otomatis

Dua sekolah ini, SMA Negeri 1  Krueng Barona Jaya yang terletak ± 10 Km dari pusat kota dan SMP Negeri 1 Kuta Baro terletak ± 20 Km dari pusat kota. Melihat perkembangan zaman dan canggihnya teknologi zaman sekarang ini sudah sepatutnya kedua sekolah ini memiliki teknologi sesuai dengan perkembangan zaman.

Sejumlah dosen Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah (USM) Banda Aceh pun tertarik mengaplikasikan perkembangan teknologi terkini dengan membuat Bel Sekolah yang bekerja secara otomatis.

Salah seorang dosen tersebut, Yeni Yanti,ST,.MT mengatakan dengan adanya Bel Sekolah Otomatis ini sangat membantu pihak sekolah, tepat waktu dalam penjadwalan sistem pembelajaran yang sudah disinkronisasikan dengan bel tersebut. Pada jadwal yang telah di buat secara otomatis bel tersebut akan berbunyi. Disisi lain Yeni juga menyampaikan teknologi ini membantu mengurangi aktifitas fisik seorang guru piket dalam membunyikan bel setiap waktu sebagaimana yang telah dilakukan selama ini.

Kepala Sekolah SMA 1 Negeri  Krueng Barona Jaya, Bahrullah, S.Ag  dan  Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kuta Baro Nurjannah sangat berterima kasih dengan adanya teknologi bel otomatis ini. Dimana dengan sistem ini tidak diperlukan guru piket setiap hari sehingga mengurangi tugas guru selain mengajar di kelas.

Harapan pihak kepala sekolah semoga bel otomatis ini dapat digunakan atau diterapkan  bukan hanya di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya dan SMP Negeri 1 Kuta Baro ini tetapi bisa dipergunakan dan diterapkan pada sekolah lain yang terdapat khususnya di kawasan Aceh Besar dan Aceh secara umumnya. []

read more
Ragam

Cari Solusi Masalah Lingkungan Sekolah Lewat Toyota Eco Youth

Masalah memang ada di mana-mana, termasuk yang ada di sekitar lingkungan sekolah.

“Sekolah kami berada di dalam kampung. Di bagian belakang sekolah dekat dengan jalan tol. Akibatnya, suara bising sekali dari truk yang lewat atau pecah ban truk,” kata Mamik Suparmi, pengajar dari SMA Negeri 18 Surabaya. Ia lalu bertanya apakah masalah tersebut dapat diajukan oleh para siswa untuk mengikuti kompetisi Toyota Eco Youth.

“Itu masalah yang menarik Bu. Kami tunggu bagaimana inovasi atau solusi yang ditawakan oleh pihak sekolah, terutama para siswa dan masyarakat sekitar untuk mengatasinya,” Dhanie Satrio, Editor-in-Chief Majalah HAI menjawab dengan lugas.

Menurut Mamik, masalah yang terjadi itu sudah pernah disampaikan kepada pihak terkait, seperti Pemerintah Kota Surabaya—namun belum mendapatkan tanggapan yang serius. Ia ingin melalui kompetisi ide yang ditawarkan bisa mendapatkan perhatian dari pihak terkait.

Toyota Eco Youth ingin mendorong para pelajar mampu melahirkan gagasan atau ide yang mampu mengatasi permasalahan yang ada di sekitar lingkungan sekolah—setidaknya dalam radius lima sampai sepuluh kilometer. Tentu, dalam jangka panjang, kompetisi ini diharapkan mampu menghadirkan generasi muda yang tanggap dan bertanggung jawab terhadap permasalahan lingkungan serta sosial yang terjadi di sekitar kita.

Setelah melakukan sosialisasi di sejumlah kota besar, pihak panitia kompetisi menyatakan bahwa proposal ide yang telah terkumpul lebih dari 400 gagasan. Selain menuliskan gambaran dan rencana gagasan setelah sosialisasi dilakukan, para pelajar juga terus mengumpulkan usulan solusi itu melalui situs web www.ecoyouthtoyota.com

Saat mengikuti sosialisasi, para pelajar didampingi oleh guru pemimbing dari sekolah masing-masing. Dengan demikian, pemetaan masalah yang terjadi di lingkungan sekitar sekolah hingga proses melahirkan solusi atas problem tersebut tetap berada dalam pengawasan guru sebagai pengayom siswa.

Dengan menggandeng National Geographic Indonesia dan HAI (majalah remaja pria Indonesia), Toyota Indonesia kembali menggelar Toyota Eco Youth yang kedelapan. Kompetisi yang digelar secara simultan ini, secara resmi dibuka bagi para pelajar sekolah menengah atas dan kejuruan di Indonesia. Puncak kompetisi akan berujung dengan malam penganugerahan bagi para pemenang pada April 2014.

Toyota Eco Youth memang ditujukan untuk membangun cara pandang generasi muda Indonesia (khususnya para pelajar sekolah menengah atas dan kejuruan atau sederajat) dan memberikan kontribusi langsung terhadap peningkatan kualitas lingkungan sekolah serta komunitas sekitarnya. Toyota telah mengadakan kompetisi ini sejak 2005 yang telah melibatkan 85 sekolah menengah atas dan kejuruan di seluruh Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, Toyota Eco Youth telah menyebarluaskan kampanye atau penyadaran dari peningkatan lingkungan dasar melalui sekolah menengah atas dan kejuruan atau sederajat. Pada akhirnya, para peserta Toyota Eco Youth mampu meningkatkan kualitas lingkungan sekolah melalui inisiatif serta langkah hijau.

Pada 2013, kompetisi Toyota Eco Youth dengan konsep yang baru. Melalui  konsep yang disebut Green GEOneration, para peserta diharapkan mampu mengembangkan kepedulian dan inovasi ramah lingkungan yang bermanfaat bagi sekolah serta memberikan jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi oleh komunitas yang ada di sekitarnya.

Sekolah menengah atas dan kejuruan atau sederajat diminta untuk mengenali permasalahan lingkungan yang ada di sekitar sekolah. Dari situ tim sekolah mendata dan menuliskan ide yang dapat memberikan jalan keluar atas permasalahan yang ada. Ide yang diusulkan tidak harus rumit, tetapi bisa berupa inovasi yang sederhana. Kuncinya, ide yang diusulkan tepat sasaran dan dapat diimplementasikan dengan baik dan berkelanjutan.

Proposal yang diterima oleh panitia 8th Toyota Eco Youth – Green GEOneration 2013 akan diseleksi dan dipilih sebanyak 20 ide/inovasi yang dinilai layak untuk diimplementasikan. Proposal ide yang terpilih itu akan mendapatkan bantuan, berupa uang tunai untuk diwujudkan dalam tiga bulan. Pada akhirnya, hasil implementasi ide/inovasi itu akan berkompetisi untuk meraih hadiah utama dari Toyota dengan total hadiah uang tunai ratusan juta rupiah.

Dalam penyusunan proposal, 8th Toyota Eco Youth – Green GEOneration 2013 membagi dua kategori: produk dan proses. Untuk proposal ide/inovasi yang bersifat produk adalah objek fisik yang dapat meningkatkan dan memiliki dampak terhadap perbaikan kualitas lingkungan sekolah dan komunitas sekitarnya. Sementara itu, kategori proses adalah aktivitas atau program yang mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan sekolah dan komunitas sekitarnya.

Sumber: NatGeo Indonesia

read more