close

surya

Energi

Energi Surya Ini Mampu Bekerja Saat Mendung

Krisis energi surya? Kendati matahari sering bersembunyi di balik awan. Klaus Streitner punya instalasi energi surya yang juga bekerja penuh saat cuaca mendung. Instalasi ini bukan panel surya pada umumnya.

Pria pensiunan itu memiliki instalasi surya yang unik – tabung kaca hampa udara. Di dalamnya terdapat panel tembaga yang dibalut dengan Titanium Nitride Oxide. Melalui pipa kecil mengalir cairan yang sangat mudah dipanaskan.

Streitner memiliki instalasi ini sejak 3 tahun. Dari energi gas kini ia beralih ke energi surya. ” Untuk berhemat. Gas semakin mahal dan tarifnya akan naik setiap tahun. Selain itu untuk melindungi lingkungan dan cadangan gas suatu saat akan habis.”

Pria ini memproduksi instalasi energi surya terbaru itu. Reinhold Weiser bekerja di sektor energi terbarukan sejak dekade 80-an.

“Solarthermie”
Delapan tahun silam bersama mitranya dari industri lampu neon di Jerman Timur ia mengembangkan konsep yang dibaptis dengan nama Solarthermie ini. Tapi dibandingkan Panel Sel Surya, panel surya termis sering dianaktirikan. ” Panel surya disubsidi untuk waktu yang lama. Pemerintah bahkan menciptakan pasar khusus, sebaliknya untuk Solarthermie tidak ada.”

Solarthermie dulu punya masalah praktis. Tabungnya sulit dirangkai. Weiser sukses mengembangkan sistem perangkai praktis. Keunggulannya : tabung Solarthermie tetap dapat memproduksi panas bahkan pada suhu yang paling dingin sekalipun. Kehandalan Solarthermie bahkan sampai terdengar di Kanada.

“Kanada suhu luarnya sangat rendah. Saat musim dingin suhu di luar mencapai minus 50 derajat Celcius. Tapi instalasi kami masih mampu menghasilkan energi panas cukup tinggi. ”

Bagian dalam tabung dan cairan dingin mengalir melalui belahan di tengahnya. Kuncinya adalah, kondisi hampa udara membuat proses pemindahan panas lebih efektif. Ide ini berasal dari perusahaan Weiser.

Masih manual
Produksinya dilakukan sepenuhnya di Jerman dan sebagian besar masih secara manual, menggunakan tangan. Saat ini Weiser kebanjiran pesanan. Kendati begitu perusahaannya sulit berkembang pesat. Padahal di kawasan yang dingin, energi panas lebih penting ketimbang listrik.

” Jaringan listrik, instalasi tenaga angin, panel surya, subsidi photovoltaik, isu-isu yang dibahas oleh masyarakat itu cuma menggambarkan 30 persen saja dari masalah sebenarnya. Kalau kita ingin bergerak menuju energi terbarukan, kita harus melihat sisa 70 persen. Dan dalam hal ini saya harus katakan, energi panas sering dianak-tirikan oleh pemerintah Jerman,” kata Weiser.

Uji ketangguhan, Weiser memberikan 20 tahun garansi, termasuk kerusakan akibat badai. Weiser menghitung dengan perspektif jangka panjang.

Sumber: dw.de

read more
Green Style

Lima Cara Bikin Produk Hijau

Produk yang ramah lingkungan berpotensi mengurangi limbah, menghemat energi, waktu dan biaya. Menciptakan produk hijau juga bisa menjadi pintu masuk terciptanya proses manufaktur yang ramah lingkungan.

Kedua aksi hijau ini (produk dan proses manufaktur yang ramah lingkungan) akan menghemat sumber daya dan memangkas emisi CO2, gas rumah kaca penyebab perubahan iklim dan pemanasan global. Ada lima langkah untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan. Berikut kiat-kiatnya yang diambil dari tulisan Naomi Stevens di situs Greenerideal yang diterbitkan baru-baru ini.

1. Kurangi limbah
Cara penggunaan dan fungsi dari sebuah produk menentukan proses manufaktur dan bahan baku yang akan digunakan. Proses manufaktur sebisa mungkin mengoptimalkan bahan-bahan yang telah tersedia. Semakin sedikit bahan baku yang digunakan, semakin sedikit pula limbah yang akan berakhir di lokasi pembuangan sampah. Gunakan bahan baku yang limbahnya bisa dipakai untuk memroduksi produk lain, baik melalui proses pencampuran atau peleburan. Misalnya, jika Anda menggunakan bahan plastik, limbah plastik (yang berkualitas) bisa diproses untuk bahan produk-produk yang lain.

2. Kurangi komponen produk
Semakin sedikit komponen produk semakin sedikit pula emisi CO2 yang akan dihasilkan. Anda tidak hanya bisa mengurangi bahan baku dan waktu produksi, namun juga mengurangi jumlah cetakan produk yang diperlukan. Menciptakan cetakan metal yang kuat dan awet dalam proses manufaktur memerlukan energi yang sangat besar.

Semakin sedikit jumlah cetakan, semakin sedikit pula energi – dan biaya – yang diperlukan. Bahan baku yang digunakan juga jauh lebih sedikit sehingga menekan jumlah limbah. Proses produksi bisa berjalan lebih cepat sehingga mesin beroperasi secara optimal.

3. Manfaatkan semua sumber daya lokal
Walaupun kemungkinan biayanya akan lebih tinggi (terutama di negara-negara maju, namun tidak di negara berkembang), usahakan menggunakan semua sumber daya lokal yang tersedia sehingga produk Anda dan proses manufakturnya bisa mengurangi jejak karbon dan jarak pengiriman produk.

4. Jangan memesan berlebihan
Memesan melebihi kuota bisa memicu produksi dan pemakaian sumber daya yang berlebihan. Termasuk sumber daya listrik, tenaga kerja, bahan baku, yang tidak hanya meningkatkan biaya namun juga menambah limbah dan emisi karbon yang tidak perlu, kecuali produk Anda bisa dipakai ulang.

5. Gunakan bahan baku yang bisa didaur ulang dan bisa terurai di alam
Memilih bahan baku yang bisa didaur ulang dan terurai di alam bisa mengurangi dampak negatif produk Anda terhadap lingkungan. Bahan baku hijau juga memberikan nilai tambah bagi produk Anda sehingga bisa bersaing dengan produk-produk lain. Jika produk tersebut tak lagi bisa terjual, bahan bakunya bisa Anda gunakan untuk memroduksi produk baru.

Pastikan Anda selalu memertimbangkan kelima faktor di atas sebelum mendesain dan memroduksi sebuah produk. Sehingga produk Anda bisa menekan emisi karbon, mengurangi biaya dan pemakaian sumber daya yang berlebihan yang tentu saja tidak ramah lingkungan.

Sumber: hijauku.com

read more
Energi

Indonesia Harus Fokus Kembangkan Energi Surya Secara Efisien

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi surya sebagai energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pemerintah perlu fokus pada upaya mengembangkan sel surya komponen panel surya dengan efisiensi tinggi. Serta merencakan kebijakan yang mendukung aplikasinya.

Rosari Saleh, dosen dan peneliti sel surya di Universitas Indonesia mengungkapkan hal itu dalam perbincangan dengan Kompas.com usai kuliah inagurasi sebagai anggota Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Rabu (20/11).

Menurut Rosari, untuk mengembangkan sel surya dengan efisiensi tinggi, Indonesia bisa melakukan dengan mengimpor produk negara maju yang punya efisiensi tinggi serta memproduksi barang dengan kualitas yang sama di dalam negeri. “Tiru gaya Cina saja,” cetus Rosari.

Pada saat yang sama, pemerintah bisa mendukung peneliti untuk mengembangkan produk sel surya yang diimpor sehingga memiliki efisiensi lebih tinggi. Langkah tersebut lebih efektif daripada harus memulai mengembangkan sel surya dari nol.

“Untuk produksi, saya yakin sumber daya manusia kita sudah bisa. Mahasiswa-mahasiswa kita bahkan sudah bisa karena pada dasarnya mereka sudah memahami komponen sel surya dan cara kerjanya,” jelas Rosari.

Panel surya yang telah dihasilkan bisa dijual kepada masyarakat. Namun agar terserap dan masyarakat bisa memakainya, perlu dukungan pemerintah dalam memberikan subsidi pembelian sel surya.

“Agar masyarakat bisa membeli panel surya dengan harga lebih murah,” katanya.

Mekanismenya, pemerintah bisa memberi subsidi perusahaan yang telah menghasilkan sel surya saat ini. Dengan demikian, harga jual sel surya lebih murah. “Misalnya masyarakat beli dengan tiga perempat harga sebenarnya, seperempatnya disubsidi pemerintah,” ujarnya.

Rosari mengatakan, efisiensi sel surya memang saat ini masih rendah. Namun, aplikasinya untuk memanen tenaga surya yang melimpah perlu dimulai saat ini. Walaupun efisiensi masih rendah, jumlah energi yang bisa dihemat besar.

“Memang efisiensinya rendah. Taruhlah efisiensinya cuma 10 persen, tetapi kalau dipakai banyak orang, kita bisa hemat kebutuhan energi kita sampai tahun 2050. Kita tidak pusing lagi dengan harga minyak,” jelasnya.

Rosari mengatakan, energi surya adalah salah satu cara untuk mewujudkan otonomi energi, dimana masyarakat mampu menghasilkan energi untuk kebutuhannya.

Pengembangan surya sebagai energi terbarukan adalah keharusan. Indonesia terletak di khatulistiwa dengan energi surya yang melimpah namun belum banyak dimanfaatkan. Sementara, Indonesia sudah tidak bisa lagi bergantung pada minyak.

Sumber: KOMPAS.com

read more