close

tanaman

Tajuk Lingkungan

Ubah Sisa Makanan Anda Agar Jadi Pahala

Ingin berbagi manfaat dengan orang lain? Saya percaya, kita ingin sekali menolong orang lain dan memberi manfaat yang besar terhadap mereka. Namun masalahnya kita seringkali tidak punya waktu. Tapi benarkah kita lantas tak bisa melakukan sesuatu yang penting bagi orang lain dan  lingkungan kita? Sebuah proyek sosial yang istimewa yang bisa kita tekuni setiap hari?

Bagi yang membaca komunike ini, saya ingin mengajak lebih banyak orang untuk menyediakan 20 menit sehari untuk menaruh tanah di polibag kecil. Lalu setiap anda membeli buah-buahan di pasar dan membawanya pulang ke rumah untuk dimakan bersama keluarga, taruhlah sisa-sisa biji dari buah-buahan yang telah dimakan itu di dalam polibag, bukan membuangnya ke dalam tong sampah.

Hasilnya, anda menjadi polinator, sebuah usaha untuk menyiapkan lebih banyak bibit-bibit yang bisa di tanam di kebun, di halaman rumah, di halaman kantor dan di lahan-lahan kritis, membagikannya kepada orang lain secara cuma-cuma untuk ditanam. Bukan hanya bermanfaat bagi manusia, tetapi juga bagi makhluk hidup lain yang memakannya, menciptakan alam yang rimbun dengan pohon-pohon tempat burung-burung dan lebah madu bersarang.

Dengan menyisihkan 20 menit saja sehari dalam proyek ini, kita mempunyai 120 jam setahun. Ini adalah jumlah waktu yang sangat berarti bagi kehidupan bumi yang lebih ramah.

Kita mungkin terbiasa mengatakan bahwa ini tidak mudah dijalankan. Tetapi sangat mungkin dan realistis. Jangankan seluruh manusia, satu keluarga saja. Bahkan, dari beberapa orang saja jika segera dilakukan, pasti akan memberikan hal yang positif dari 20 menit jam ekstra per hari.

Jadi mulailah menyusun perencanan sederhana, mengajak anggota keluarga dan menghubungi teman. Dalam waktu kurang dari satu tahun, niscaya proyek ini dapat terwujud.  Dan ketika kemauan mulai bergulir, semangat itu akan menyebar bagai virus dan menular pada lebih banyak orang. Apabila itu terjadi, banyak sekali orang yang memetik manfaat dari proyek sederhana ini.

Mengubah sisa-sisa menjadi pahala jariyah.

Sumber: hutan-tersisa.blogspot.com

 

read more
Flora Fauna

Ini Tanaman yang Tahan Banjir

Curah hujan tinggi seperti saat ini membuat tanaman senantiasa dalam keadaan basah, bahkan berada di air menggenang. Tanaman mudah rusak dan mati.

Menurut Laura G. Jull dari Departemen Holtikultur University of Winconsin-Extension, menumbuhkan tanaman dalam tanah basah yang tidak memiliki saluran memadai cukup sulit. Terlebih, jika ingin menumbuhkan tanaman dalam kondisi banjir dan curah hujan tinggi. Tanaman-tanaman kayu dan tanaman herba bisa rusak dan mati.

Jull mengatakan bahwa kekuatan tanaman-tanaman kayu dan tanaman herba tergantung pada durasi banjir dan tingkat sensitivitas tanaman tersebut. Tanaman yang bisa “berhibernasi” relatif lebih kuat menghadapi banjir ketimbang tanaman lain. Terutama, tanaman yang terus tumbuh sepanjang tahun.

Jull mengatakan, tanaman jenis semak tergolong mampu bertahan terhadap banjir. Tanaman-tanaman tersebut antara lain Alnus incana, Cephalanthus occidentalis, Cornus alba, Cornus amomum, Cornus sanguinea, Cornus stolonifera, Ilex verticillata, Salix alba, Salix chaenomeloides, Salix caprea, Salix discolor, Salix elaeagnos, Salix gracilistyla, Salix integra, Salix purpurea, Salix udensis, dan Vaccinium macrocarpon.

Sumber: kompas.com

read more
Perubahan Iklim

Bagaimana Tanaman Merespon Perubahan Iklim

Tanaman, kupu-kupu dan burung di Swiss telah pindah sejauh 8-42 meter ke dataran lebih tinggi antara tahun 2003 dan 2010, tulis ilmuwan dari University of Basel dalam jurnal online PLoS One.

Perubahan iklim mengubah distribusi tanaman dan hewan di seluruh dunia. Baru-baru ini data menunjukkan bahwa dalam dua dekade terakhir, burung dan kupu-kupu yang tinggal di Eropa telah pindah rata-rata 37 dan 114 kilometer ke utara.

Tobias Roth dan Valentin Amrhein dari University of Basel menemukan bahwa di Swiss , tanaman, kupu-kupu dan spesies burung juga bergerak pindah ke tempat lebih tinggi. Pada ketinggian 500 meter, tanaman rata-rata bergeser menanjak 8 meter , kupu-kupu 38 meter dan 42 meter burung. Penelitian ini didasarkan pada data yang dikumpulkan antara 2003 dan 2010 di 214 wilayah sampel hingga ketinggian 3000 meter, mencakup semua ekosistem utama Eropa Tengah.

“Rata-rata dari delapan meter perbedaan ketinggian dalam delapan tahun dan seluruh spesies tanaman cukup mengesankan untuk tumbuhan yang tidak mobile, ” kata Valentin Amrhein.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak biologis perubahan iklim tidak hanya akan menjadi jelas dalam jangka panjang. Hewan dan tumbuhan hari ini sudah beradaptasi dengan suhu meningkat pada kecepatan yang mengejutkan. ”

Sumber: enn.com

 

read more
Ragam

Warga Desa Kembangkan Tanaman Obat Keluarga

Ibu-ibu di desa Lueng Keube Jagat Kabupaten Nagan Raya membuat tanaman obat keluarga (TOGA), sebuah program yang diprakarsai oleh dr. Redha Umrah dan istrinya, Siti Rahmah, yang juga seorang penulis dan peneliti bidang sosial. dr. Redha adalah dokter yang bertugas di Puskesmas setempat sejak beberapa tahun lalu. Tanaman TOGA seperti jahe, kunyit, kencur, sere, seledri dan sebagainya akan ditanam di pekarangan rumah dinas dr. Redha yang bersisian dengan pekarangan Puskesmas dimana ia bertugas sehari-hari.

Agar tanaman TOGA tidak menjadi santapan hewan kambing, maka kebun TOGA akan dipagari. ” Kami sudah menyiapkan polibag, bibit tanaman disediakan warga yang berasal dari mereka sendiri karena banyak ditanam disekitar rumah,” kata Siti Rahmah. Ia berharap TOGA ini nantinya dapat dikembangkan ke rumah warga masing-masing.

Kesulitan yang mereka, Siti Rahmah dan dr. Redha Umrah adalah mencari orang yang mampu melatih warga desa dalam berbagai kegiatan. Tempat mereka tinggal jauh dari pusat kota. ” Padahal ada banyak yang ingin kami lakukan seperti daur ulang sampah, membuat kompos, membuat berbagai masakan dan sebagainya,” ujar siti Rahmah.

Menanam Bibit Kebaikan

Ada yang beda di hari Minggu, (1/12/2013) saat hujan rintik-rintik menemani delapan orang ibu yang sedang duduk melingkar. Delapan  ibu berkumpul di rumah dinas dr Redha Umrah tepatnya di komplek Puskesmas Lueng Keube Jagat, Nagan Raya.  Ini minggu ke empat mereka yang haus pengetahun berkumpul. Kelompok ini diinisiasi oleh Siti Rahmah.

Diawal bulan Desember ini kelompok ini  kedatangan tamu yang sangat istimewa, seorang seniman yang bersedia meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dan memberikan motivasi. Namanya Risman A. Rahman, yang memberikan motivasi kepada ibu-ibu bagaimana kelompok yang kecil menjadi sebuah kelompok yang besar. Bagaimana menjalin silaturahmi dengan sesama dan lain sebagainya.

Kelompok ini selalu melakukan kegiatannya setiap hari minggu, dengan belajar memasak bersama, menanam tanaman obat keluarga, diskusi, hingga belajar memodifikasi jilbab. Kelompok ini dibentuk karena keinginan Siti Rahmah “untuk menjadikan kelompok ini sebagai hadiah/kenang-kenangan ketika suaminya tidak lagi bertugas disini”.[]

read more
Sains

Matematika Hijau Pohon Berkah

Saya pernah menulis tentang ‘Mencari Berkah Yang Hilang’, yang antara lain menjelaskan berkah sebagai sesuatu yang mengandung kebaikan yang amat sangat banyak. Malam yang berkah nilainya sekitar 29,500 kali dari malam yang lain, shalat di Masjidil Haram di kota Mekah yang diberkahi – nilainya bahkan 100,000 kali dari sholat di tempat yang lain. Bayangkan bila kita bisa menghadirkan keberkahan itu ke sekitar kita, antara lain melalui pohon yang diberkahi.

Zaitun usia sekitar 1 tahun | Foto: geraidinar.com

Menggunakan analogi nilai malam Lailatul Qadar dan kota Mekah yang diberkahi tersebut, insyaAllah akan memudahkan kita untuk bisa memahami bagaimana pohon yang diberkahi – yaitu zaitun – itu bisa menjadi berkah yang amat sangat banyak, yang nilainya puluhan ribu sampai seratus ribu kali pohon yang lain.

Untuk bisa berbagi memahami bagaimana keberkahan pohon zaitun itu dapat kami jelaskan dengan apa yang terjadi di laboratorium pembenihan zaitun kami. Pohon zaitun yang berumur 1 tahun seperti pada gambar disamping, Alhamdulillah bisa dengan relative mudah menghasilkan 3 pohon zaitun baru dengan teknologi micro-cutting di salah satu cabang atau rantingnya. Teknik ini hanya memerlukan 4 sampai 6 ruas daun (sekitar 10 cm) cabang atau ranting untuk bisa menjadi bakal pohon baru.

Setelah tahun ini (pohon usia 1 tahun)  menghasilkan 3 pohon baru, tahun depan insyaAllah akan ada minimal 3 cabang yang bisa dipotong lagi masing-masing menjadi 3 bibit baru. Artinya pohon yang setahun sekarang, ketika usianya dua tahun dia bisa menghasilkan 9 pohon baru plus 3 dari tahun sebelumnya, begitu seterusnya.

Bibit Zaitun hasil Micro-Cutting | Foto: geraidinar.com

Dalam tujuh tahun sampai tahun 2020, satu pohon zaitun yang sekarang berumur satu tahun setelah beranak-pinak, insya Allah bisa menghasilkan sekitar 7 juta pohon. Ini dimungkinkan dengan teknik micro-cutting – yang hanya membutuhkan cabang/ranting kecil sepanjang sekitar 10 cm yang terdiri dari 4-6 ruas daun tersebut di atas.

Padahal sekarang di seluruh lab kami (3 lokasi) ada sekitar 1,000 pohon zaitun. Artinya dengan matematika yang saya tunjukkan di gambar di bawah, teoritis kita bisa menghasilkan 7 milyar pohon zaitun sampai tahun 2020.

Pekerjaan yang sangat besar dan berat yang tentu saja tidak akan kami lakukan sendiri. InsyaAllah pekerjaan besar tersebut akan kami share ilmunya dan bibitnya sehingga bisa dilakukan rame-rame oleh masyarakat luas.

Pekerjaan besar lainnya adalah menemukan lahan di mana menanam 7 milyar pohon tersebut nantinya. Diperlukan luasan lahan sekitar 43 juta hektar untuk menanam pohon sejumlah ini atau sekitar 5 kali luasan tanaman kelapa sawit yang ada di Indonesia saat ini.

Matematika Micro Cutting Zaitun
Tidak mungkinkah memperoleh luasan ini ? mungkin sih mungkin tetapi tentu tidak akan mudah karena 43 juta hektar lahan adalah setara kurang lebih 22 % dari luasan Indonesia. Bukan berarti kita akan menanami 22 % lahan Indonesia dengan zaitun, tetapi matematika ini untuk menunjukkan bahwa bahkan kalau kita mau memenuhi Indonesia dengan pohon zaitun-pun; benih yang sekarang ada sangat cukup untuk melakukannya.

Belanda hanya perlu membawa empat benih sawit untuk kemudian Indonesia menjad produsen sawit terbesar di dunia dalam beberapa ratus tahun kemudian. Yang kita miliki kini bukan hanya empat benih, tetapi seribu benih – yang penggandaannya dengan micro-cutting bisa jauh lebih cepat ketimbang penggandaan sawit.

Artinya secara matematis-pun menjadi sangat mungkin untuk menanam zaitun dengan cara yang se masif penanaman sawit. Lebih dari itu zaitun adalah pohon yang diberkahi yang kabarnya langsung datang dari Yang Maha Tahu.

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS 24:35)

Maka bila diperlukan ratusan tahun untuk menjadikan Indonesia produsen sawit terbesar di dunia, hanya perlu waktu sekitar 10 tahun bagi Indonesia untuk menyamai produksi minyak zaitunnya sama besar dengan produksi minyak sawit sekarang. Data produksi minyak tersebut di atas hanya sampai tahun 2020 ketika mayoritas pohon belum berbuah, semua  pohon insyaAllah akan berbuah dalam empat tahun kemudian atau tahun 2023 – yaitu saat zaitun bisa menggantikan sawit kita sekarang.  Inilah barangkali bentuk keberkahan yang seharusnya bisa kita raih itu.

Zaitun  tidak memerlukan pabrik untuk membuat minyaknya, artinya masyarakat bisa lebih mudah di-encourage untuk menanamnya dan mengolahnya sendiri. Jadi keberkahan itu bener-bener menjadi hak semua orang.

Bahwa zaitun adalah pohon yang banyak berkahnya – itu sudah pasti benarnya karena Allah sendiri yang mengabarkannya, matematika di atas hanya alat bantu kita untuk memahami bagaimana keberkahan yang sangat banyak itu bisa kita hadirkan di sekitar kita.

Sumber: geraidinar.com

read more
Ragam

Indonesia Miliki Ratusan Spesies Bambu

Kementerian Lingkungan Hidup bersama Komunitas Bambu Indonesia menyelenggarakan Refleksi Setahun Deklarasi Persaudaraan Pecinta Bambu Indonesia dalam rangka Konservasi dan Pemanfaatan Bambu yang telah dideklarasikan pada 26 November 2012 di Bandung. Pada tanggal tersebut juga dideklarasikan pembentukan Forum Komunitas Bambu dan sekaligus mencanangkan bahwa setiap 26 November diperingati sebagai Hari Bambu Indonesia.

Kegiatan ini berisi dialog interaktif tentang “Pengembangan Bambu Secara Berkelanjutan di Indonesia” yang dihadiri narasumber yaitu Ir. Sarwono Kusumaatmadja (Mantan Menteri Lingkungan Hidup), Prof. Elizabeth A. Wijaya (pakar bambu LIPI), Direktur Bina Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan, serta Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup.

Selain dialog interaktif, kegiatan peringatan Hari Bambu Indonesia juga diisi oleh pameran produk bambu dan gerakan aksi penanaman bambu.

Tujuan acara ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya tanaman bambu sebagai salah satu keanekaragaman hayati Indonesia dan yang perlu dilestarikan. Acara ini sekaligus dalam rangka memperingati pengakuan angklung sebagai warisan budaya tak benda yang dicanangkan oleh UNESCO pada tanggal 16 November 2011 dan memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional tanggal 5 November yang tahun ini bertemakan “Puspa dan Satwa Sahabat Kita Bersama, STOP Kepunahan”.

Peringatan tersebut sejalan dengan penetapan Biodiversity Decade 2010-2020 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendukung tercapainya target global penurunan kemerosotan keanekaragaman hayati pada tahun 2020 (Aichi Target).

Dalam sambutan mewakili Menteri Lingkungan Hidup, Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup, Ir. Hermien Roosita, MM, mengatakan, “Melalui forum ini, peringatan Hari Bambu Indonesia 2013 menjadi gerakan nasional untuk melestarikan dan melindungi bambu indonesia dengan membangun kesepahaman dan kesepakatan bersama, menjalin komunikasi dan pertukaran informasi antara sesama pemangku kepentingan sera menyusun rumusan konseptual dan konkrit demi pelestarian dan pemanfaatan bambu secara berkelanjutan”.

Indonesia merupakan negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies yang tinggi di dunia. Kondisi keanekaragaman hayati Indonesia semakin hari semakin merosot, baik pada tingkat ekosistem spesies maupun genetik. Dalam rangka mengamankan dan melestarikan keanekaragaman hayati sebagai modal pembangunan nasional,

Pemerintah Indonesia telah menandatangani Protokol Nagoya yang merupakan instrumen untuk mencegah pencurian sumber daya genetik. Indonesia sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia, memiliki keanekaragaman jenis bambu. Dari sekitar 1500 jenis bambu yang sudah dikenal di dunia, 147 di antaranya merupakan jenis asli Indonesia termasuk jenis-jenis bambu yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Kekayaan akan bambu ini harus dicatat sebagai aset yang mempunyai peranan penting bagi pembangunan dan kehidupan manusia, baik ditinjau dari segi ekonomi, kebudayaan maupun ekologi. Hal ini, mengharuskan kita untuk dapat melindungi spesies dan genetik bambu Indonesia, termasuk hasil pemanfaatan dari bambu khas Indonesia.

Bambu mempunyai manfaat yang sangat banyak baik dari segi ekonomi, segi ekologi maupun sosial budaya. Dari segi ekonomi, kebanyakan etnik nusantara menggunakan bambu dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu terlihat dari penggunaan bambu untuk bahan bangunan rumah, peralatan rumah tangga, peralatan kesenian, dan peralatan berburu, bahkan untuk bahan makanan dan bahan obat-obatan. Dari segi ekologi, bambu dapat menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat air dan tanah.

Tanaman bambu yang rapat dapat mengikat tanah pada daerah lereng, sehingga berfungsi mengurangi erosi, sedimentasi dan longsor. Tan aman bambu juga mampu menyerap air hujan dan dengan daun berbentuk jarum yang penguapannya kecil, tanaman bambu berfungsi menyimpan air.

Sementara itu, dalam kaitan dengan upaya mitigasi perubahan iklim, pengembangan tanaman bambu juga mendukung meningkatk an penyerapan karbon. Dari suatu penelitian, tanaman bambu dapat menyerap lebih dari 62 ton/Ha/tahun karbon dioksida).

Bambu juga merupakan bagian dalam kehidupan seni dan budaya antara lain sebagai alat musik (angklung, kulintang bambu, jegog bali, dan lain-lain) dan digunakan dalam banyak ritual lainnya. Dari segi sosial budaya, bambu bermanfat untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, mencegah urbanisasi serta mendorong pariwisata.

Sumber: menlh.go.id

read more
Green Style

Petani Cina Berhasil Kembangkan Berladang di Atas Atap

Seorang petani Cina, Peng Quigen belum lama ini menjadi “bintang” media lokal negeri itu setelah dia sukses bercocok tanam di atas atap kediamannya di Shaoxing, provinsi Zhejiang. Peng, membuka kebun di atas atap rumahnya yang berlantai empat. Di ladang uniknya itu dia sukses menanam berbagai tanaman mulai buah-buahan, sayuran, hingga beras.

Dan Peng membuka lahan pertanian di atas atap rumahnya ini bukan sekadar hobi atau mencari sensasi. Dari ladangnya yang hanya seluas 120 meter persegi itu, Peng mendapatkan hasil panen yang cukup siginifikan.

Tahun lalu, Peng menghasilkan 400 kilogram semangka dari ladang di atas atap rumahnya itu. Bahkan hasil panen Peng, lebih banyak 30 persen dari hasil di ladang konvensional.

Tahun ini, Peng mencoba menanam padi di atap rumahnya itu. Dan meski terkena dampak topan Fitow yang baru-baru ini menerjang Cina, Peng berharap panen padinya itu cukup banyak untuk konsumsi satu orang dewasa selama satu tahun.

Apa yang membuat ladang di atas gedung ini begitu istimewa? Peng mengatakan, hal yang paling istimewa kemungkinan besar adalah fakta bahwa ladang ini dibuka di atas landasan beton.

Namun, kondisi itu justru menguntungkan karena masalah hilangnya air dan erosi tahan tidak menjadi kendala di ladang milik Peng ini. “Itulah sebabnya hasil di ladang ini lebih tinggi ketimbang di ladang biasa,” ujar dia.

Sebagian besar konstruksi yang dibangun di atap berbagai gedung di Cina adalah ilegal dan mengundang protes warga. Namun, para tetangga Peng justru menyukai ide unik ini dan bahkan mereka secara sukarela ikut membantu Peng memanen hasil buminya itu.

Bahkan pemerintah setempat sejauh ini tidak menganggap ladang “angkasa” Peng itu melanggar peraturan.

Sumber: NatGeo Indonesia dan Kompas.com

read more