close

turis

Ragam

Bagaimana Ekoturisme Sejahterakan Warga dan Turis

Bagaimana cara membuat pulau destinasi wisata dengan infrastruktur terbatas tumbuh menjadi lokasi favorit bagi turis sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga? Kisah sukses Dominika patut dicermati.

Bagi banyak turis yang datang ke Dominika di Kepulauan Karibia, lokasi ini bisa jadi pengalaman pertama menjejak surga di atas bumi. Aktivitas menonton paus dan mendaki sangat populer, dan para wisatawan umumnya bermalam di ‘eko-penginapan.’ Bagi banyak turis, akomodasi semacam ini merupakan pengalaman baru. Bagi pemerintah setempat, ini semua bagian dari rencana besar.

Tergantung anggaran, turis yang bermalam bisa memilih pondok kayu sederhana atau akomodasi mewah seperti Papillote Wilderness Retreat atau resor Jungle Bay. Dimanapun, pemandangannya adalah air laut yang biru dengan aroma minyak Laurus nobilis di udara. Minyak ini dibuat dengan tangan di desa seberang.

“Filosofinya adalah kami ingin sebanyak mungkin produk yang dihasilkan petani lokal,” kata Nancy Atzenweiler dari resor Jungle Bay. Ini berarti tidak ada daging merah bagi pengunjung, karena hanya ada sedikit sapi di Dominika.

Ini sesuai dengan konsep yang telah diamalkan Dominika untuk waktu yang cukup lama. Tahun 1997 pemerintahan pulau berpenduduk 70.000 orang ini menjadi yang pertama di kawasan yang menandatangani perjanjian dengan World Travel and Tourism Council (WTTC). Tujuannya mendorong Dominika menjadi pusat ekoturisme.

Namun kompromi juga harus dilakukan, ujar Atzenweiler. “Karena ada juga yang menginginkan susu di dalam kopi mereka,” Atzenweiler mengaku. “Namun ikan, ayam, sayuran dan buah: Semuanya dari sini.”

‘Emas hijau’ yang baru
Bukan kebetulan kalau Dominika dipaksa berpikir kreatif untuk mempertahankan bisnis setempat. Hingga pertengahan 90-an, pulau ini hanya hidup dari satu jenis ’emas hijau:’ pisang. Setiap pekan kapal-kapal memuat buah tersebut menuju Eropa. Namun Eropa akhirnya mengubah perjanjian dagang dan tak lama kemudian ekspor pisang tidak bisa lagi menjadi andalan.

Resor di Dominika juga membantu petani setempat dengan rencana bisnis mereka. Petani seperti Desmond dan Tony kini sangat sukses sampai-sampai mereka menyuplai supermarket lokal. Tamu hotel di resor Jungle Bay juga dapat mengunjungi lahan pertanian untuk merasakan tanaman lokal eksotis seperti labu siam atau apel custard yang berduri.

Pakar turisme Jürgen Schmude telah bepergian ke Dominika dalam 5 tahun terakhir untuk meneliti bagaimana pulau ini mampu mencapai target ekoturisme. Menurutnya Dominika memiliki turisme yang berbasis komunitas, yang melibatkan usaha setempat dan para petani.

Contoh yang masih langka
Turisme tak berkelanjutan masih menjadi masalah di banyak belahan dunia, keluh Schmude.

“Kami tahu banyak pemilik hotel di Jerman, misalnya, yang hanya berusaha menyajikan buah dan sayur lokal yang sedang musim,” ungkap profesor dari München tersebut kepada DW. “Lalu mereka bermasalah dengan tamu karena tidak memiliki jus jeruk yang segar.”

Banyak pulau lainnya di Karibia yang masih lebih tertarik pada turis kapal pesiar atau pesta pernikahan dan berinvestasi untuk pelabuhan kapal besar dan bahkan bandara yang lebih luas.

“Tentu kami khawatir bahwa sebagai sebuah pulau kami tidak terlalu berkembang,” kata Kerry, seorang warga Dominika. “Namun pulau-pulau lain sekarang terlalu berorientasi kepada turis dan menjadi sedikit sesak. Mereka tidak memiliki sensasi pulau yang menenangkan lagi, seperti di sini.”[]

Sumber: dw.de

read more
Ragam

Menikmati Pemandangan Bawah Laut Pantai Lhokseudu

Sebuah cafe berdiri di areal seluas satu hektare di kawasan Lhok Seudu, Aceh Besar. Cafe tersebut memiliki beberapa pondok yang terletak di atas permukaan tanah yang tingginya sekitar satu meter dari letak cafe utama. Cafe yang dibuka pada 2010 itu bernama Ujoeng Glee, milik Junaidi (35).

Bukit berbaris mengapit hamparan laut yang dilintasi perahu-perahu mesin nelayan.  Permukaan tanah yang landai ditumbuhi pepohonan rindang. Sebuah perpaduan keindahan alam yang apik: hijau dedauan, biru laut, dan di kelilingi bukit yang seakan berkelok-kelok.

“Launching-nya saat Piala Dunia,” kata pria yang berdomisili di Gampong Layeun, Aceh Besar, itu, mengingat kembali awal mula didirkannya cafe tersebut, Selasa (14/1/2014) lalu.

Cafe tersebut, kata Junaidi, dibangun secara bertahap. Dia menceritakan, tanah tempat didirikannya cafe itu awalnya merupakan ladang. Tapi tsunami pada 2004 lalu menerjang dan meluluh-lantakkan ladang milik keluarganya itu. “Tanah  sudah terkikis. Tinggal bebatuan. Saya berfikir, ini kalau dijadikan ladang tak mungkin lagi. Lantas saya bukalah cafe ini,” katanya.

Perahu dan snorkeling
Tak hanya membuka usaha cafe, Junaidi juga menyewakan alat selam dan juga perahu mesin untuk para pengunjung yang ingin menikmati keindahan terumbu karang di bawah laut.

Perahu mesin  miliknya berbentuk pondok berukuran 4 x 4 meter. Perahu tersebut beratapkan seng berwarna cokelat dan disangga oleh dua belas tiang kayu. Perahu itu juga dilengkapi dengan dinding yang terbuat dari balok-balok kayu berwarna hijau. Yang unik adalah kaca setebal lima millimeter yang berada di tengah-tengah perahu tersebut. Dari kaca itulah, para pengunjung dapat melihat terumbu karang di bawah laut.

Junaidi mengatakan, perahu mesin tersebut beroperasi pada Bulan Ramadhan 2012.

“Inspirasinya datang dari diri sendiri. Alat-alat snorkeling sudah ada. Tapi masih ada yang kurang, soalnya ada juga pengunjung yang tak berani menyelam. Jadi, terpikirlah oleh saya bagaimana cara agar para pengunjung yang tak berani snorkeling, bisa melihat terumbu karang dari atas perahu lewat kaca,” ungkap Junaidi.

Pemandu Snorkeling, Zulkifli (23) atau yang lebih dikenal dengan panggilan Obama, menuturkan, di hari libur, dia bisa membawa pengunjung sebanyak tiga rute. “Per jam 300 ribu, maksimalnya 10 orang. Bisa tiga kali jalan kalau hari libur,” kata dia.

Dari atas perahu, terumbu karang tampak menawan. “Ketika tsunami terumbu karangnya hancur semua. Ini baru mulai tumbuh lagi. Tidak boleh dipijak karena bisa rusak. Satu tahun terumbu karangnya hanya tumbuh lima centimeter,” kata  Obama, menjelaskan.

Kata Obama, perjalanan menikmati terumbu karang dengan perahu mesin  tergantung pada musim. “Jika musim timur, lautnya tenang. Tapi kalau musim barat biasanya berombak,” katanya.

Bulan mulai menampakkan diri di antara bukit-bukit yang diselimuti kabut. Senja  yang akan diganti oleh malam ditandai dengan terbenamnya matahari secara perlahan-lahan. Sang matahari kian menjorok ke barat dan menghilang di balik bukit. []

Sumber: theglobejournal.com

read more