close

April 2014

Sains

Permintaan Mobil Ramah Lingkungan Meningkat Pesat

Meskipun masih dihadapkan pada beberapa masalah teknologi, namun permintaan akan mobil ramah lingkungan dilaporkan semakin meningkat.

Dalam gelaran New York Auto Show 2014, ada banyak produsen mobil meluncurkan kendaraan listrik atau hybrid (gabungan antara mesin bensin dengan motor listrik) untuk memenuhi permintaan global yang terus meningkat bagi mobil ramah lingkungan ini.

Kendaraan berbahan bakar sel hidrogen dari Toyota sebagai contohnya. Teknologi mobil ini mengubah hidrogen menjadi listrik, jalannya mulus, akselerasinya tinggi, dan tidak menghasilkan gas karbon monoksida.

“Kami berpendapat hidrogen merupakan bahan bakar masa depan kendaraan listrik karena jauh lebih praktis,” ujar Wade Hoyt, perwakilan Toyota AS seperti dilansir VOA News.

“Cara kerjanya adalah hidrogen bergabung dengan oksigen di udara. Senyawa itu membentuk H2O, yaitu uap air yang keluar dari knalpot, sehingga emisinya nol. Dan listrik dihasilkan dari kombinasi itu,” tambah Hoyt.

Banyak produsen kini memproduksi kendaraan hybrid dan listrik. Ford meluncurkan Ford Focus bertenaga listrik dan Chevrolet mengunggulkan produk Volt mereka yang ramah lingkungan.

Selain ramah lingkungan, kendaraan itu juga dapat menawarkan kinerja yang bagus. Mobil listrik merek Tesla memiliki akselerasi tinggi dan dapat mencapai kecepatan 100 km/jam dalam waktu 3,7 detik. Adapun kecepatan maksimalnya bisa mencapai lebih dari 200 km/jam.

Mesin bertenaga listrik memiliki akselerasi tinggi karena torsi nya lebih besar dibandingkan mesin bensin. Itulah sebabnya mobil-mobil mewah, seperti BMW, melakukan uji-coba dengan teknologi baru ini.

Namun peralihan dari bensin merupakan proses evolusi, kata James Bell dari General Motors.

“Menurut saya kesalahan yang banyak dilakukan dalam industri dan media adalah pendapat bahwa ketika Nissan Leaf atau Chevrolet Volt dirilis, orang-orang akan serentak beralih. Tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Ini merupakan evolusi yang lambat dan kita tidak akan mundur dari sana. Mobil listrik akan memenuhi persyaratan emisi di masa depan,” papar Bell.

Kendaraan berbahan bakar alternatif jumlahnya hanya satu juta di antara 60 juta mobil yang diproduksi di seluruh dunia setiap tahunnya. Namun di tahun 2013, jumlah mobil hybrid dan listrik mengalami pelipat gandaan.

Produsen mobil belum meraup keuntungan dari mobil listrik karena besarnya biaya teknologi baterai. Baterai mobil Tesla, biayanya sekitar US$50 ribu, kira-kira setengah dari total harga jual mobil ini.

Tapi produsen menanggung biaya tersdebut karena yakin mobil listrik merupakan bagian penting dari masa depan industri otomotif.

Tantangannya adalah memproduksi mobil dengan baterai murah yang tahan lama, dimana pengemudi dapat menempuh perjalanan jauh setelah diisi ulang.

Pada saat itulah, produsen mobil berharap jutaan pemilik kendaraan akan memutuskan untuk beralih dari bensin ke bahan bakar alternatif.

Sumber: inilah.com

read more
Flora Fauna

Tiongkok Akan Hukum Penyantap Hewan yang Dilindungi

Tiongkok akan memenjarakan pemakan hewan langka selama 10 tahun atau lebih berdasarkan atas undang-undang baru kejahatan, di tengah upaya pemerintah menutup celah hukum serta memberikan perlindungan lebih baik bagi lingkungan.

Tiongkok memasukkan 420 jenis dalam daftar spesies langka atau terancam, termasuk panda, kera emas, beruang hitam Asia, dan trenggiling, beberapa di antaranya atau semuanya terancam perburuan liar, kerusakan lingkungan dan konsumsi bagian tertentu tubuh binatang, termasuk untuk alasan pengobatan.

Konsumsi binatang langka semakin meningkat dengan semakin makmurnya negara tersebut, dan beberapa orang percaya bahwa mengeluarkan ribuan yuan untuk memakan binatang langka itu akan memberi status sosial tertentu bagi mereka.

“Memakan binatang liar yang langka bukan hanya perilaku sosial yang buruk namun juga menjadi penyebab utama perburuan liar tidak bisa dihentikan meskipun berulangkali ditumpas,” kata wakil kepala Komisi Perundang-undangan di parlemen, Lang Sheng seperti dikutip kantor berita Xinhua pada Kamis.

Interpretasi baru itu “memperjelas ambigu mengenai pembeli mangsa perburuan gelap”, kata laporan tersebut.

Sengaja membeli binatang liar yang dibunuh lewat perburuan liar sekarang akan dianggap sebagai kejahatan, dengan hukuman maksimum tiga tahun penjara, kata Xinhua.

“Sebenarnya, para pembeli itulah yang menjadi motivator utama perburuan liar skala besar,” kata Lang seperti disiarkan Reuters.[]

Sumber: antaranews.com

read more
Perubahan Iklim

WALHI Pesimis Badan REDD Mampu Bekerja

“Kami merasa pesimis proyek ini akan berjalan dengan baik,” ujar Deddy Ratih Manager Pengembangan Program Walhi saat menanggapi proyek REDD+ di Indonesia kepada Ekuatorial (24/4/2014). Deddy merasa tugas dan fungsi serta beban kerja REDD+ sangat besar dan permasalahan struktural banyak sekali.

Kontrasnya pesimisme Walhi ini datang dari tegasnya optimisme Ketua Badan REDD+ Heru Prasetyo yang diungkapnya dalam evaluasi kinerja Badan REDD+ di Hotel Shangri-La, Jakarta, hari sebelumnya (23/4). Heru menyatakan bahwa sejauh ini mereka sudah berada di jalur yang benar dan sesuai dengan perencanaan awal, ia tetap optimis untuk terus menjalankan proyek ini.

“Saat ini kami sudah berada di fase kedua yaitu transformasi. Target kami untuk tahun 2016 mendatang ada tiga: satu, Indonesia secara operasional dan secara institusi dapat siap memasuki ke fase ke tiga; dua, Indonesia melaporkan pengurangan emisi dari 3 sektor yaitu deforestasi, dekomposisi lahan gambut, dan pembakaran lahan gambut dan tiga, Indonesia bisa mencapai perkembangan yang signifikan dalam kegiatan mitigasi emisi karbon,” jelas Heru.

Selanjutnya Heru menyebutkan daftar pekerjaan yang tengah digarap Badan REDD+ panjang lebar: menyusun database perizinan kehutanan, pertanian, dan pertambangan; membuat peta tingkat emisi untuk MRV (measurement, reporting and verification); akuisisi satelit beresosusi tinggi; melindungi kepentingan rakyat adat; berkomitmen dalam resolusi yang kuat terhadap konflik; mendukung penegakkan hukum untuk perlindungan hutan dan gambut; pembuatan pengelolaan pembakaran hutan dan lahan gambut untuk upaya mitigasi; pembuatan program desa hijau dan sekolah hijau; melakukan advokasi di semua level mulai dari adat, provinsi, negara dan internasional; melakukan komitmen kerjasama dengan berbagai pihak.

“Saat ini REDD+ sudah secara operasional bekerja di 11 provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Sulteng, Papua dan Papua Barat. Dan di tahun 2015 akan ada 21 provinsi lainnya yang sekarang sedang dalam tahap persiapan,” tambah Heru.

Namun, daftar panjang itu tak juga membuat Walhi optimis Badan REDD+ efektif dalam usaha penurunan emisi Indonesia. Deddy menyebutkan bahwa posisi Badan REDD+ kurang jelas karena tidak ada landasan hukumnya. Ia khawatir jika nantinya Badan REDD+ akan menjadi kambing hitam jika kerjasama Indonesia dengan Norwegia tidak berhasil dilaksanakan. Deddy juga mengatakan, “Seharusnya pemerintah Indonesia sadar, pengurangan emisi karbon merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh semua pihak bukan hanya REDD+.”

Pada evaluasi kinerja REDD+, hadir juga Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia Tine Sundtoft. Ia mengapresiasi hasil kinerja BP REDD+ hingga saat ini, “Selamat atas pencapaiannya hingga saat ini, Indonesia sudah melakukan langkah yang baik untuk kebijakan pengurangan emisi karbon dan ini hasil yang positif.”

Selanjutnya Tine mengatakan bahwa kedepannya akan banyak sekali tantangan dan tahap ketiga merupakan tahapan yang krusial. “Sebetulnya ini adalah kerjasama yang sederhana. Kalian mengerjakan, kami membayar,” canda Tine. Januar Hakam

Sumber: equator.com

read more
Energi

BBM Mahal, Pabrik Jamu Manfaatkan Limbah Pabrik

PT Sido Muncul Tbk (SIDO) telah memanfaatkan limbah pabrik sebagai sumber energi untuk memproduksi jamu dan obat-obatan. Limbah pabrik ini lebih murah ketimbang bahan bakar minyak dan gas bumi.

“Suatu hari nanti harga bahan bakar minyak dan gas akan meningkat. Kami tidak bisa selamanya menggunakan bahan bakar fosil untuk menopang operasional perusahaan,”kata Direktur Utama Sido Muncul Irwan Hidayat, di Jakarta, Jumat (25/4/2014).

Menurutnya, volume limbah yang bisa diolah mencapai 35 ton per hari. Namun, Sido Muncul baru bisa mengolah 12 ton limbah per hari. Irwan mengungkapkan Sido Muncul tengah membidik pasar Asean dan Jepang. Untuk itu, Sido Muncul akan bekerja sama dengan perusahaan Thailand dan Jepang.

“Agar seluruh limbah yang dihasilkan bisa dimanfaatkan, perseroan perlu menambah 4-5 mesin lagi,” jelas dia. Satu mesin membutuhkan biaya investasi Rp 1,2 miliar.

“Perusahaan Jepang ingin Sido Muncul menjual produk-produk mereka di Indonesia. Sebaliknya, dia akan menjual produk Sido Muncul di Jepang,” jelas dia.

Adapun perusahaan Thailand bakal berperan menjadi distributor produk Sido Muncul untuk pasar Thailand, Vietnam, dan Kamboja. “Saat ini prosesnya baru mulai penjajakan,” jelas dia.

Sumber: merdeka.com

read more
Ragam

Pengusaha Hotel Semarang Tangani Limbah Kondom

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Semarang sepakat menangani limbah kondom bekas pakai.  Ketua PHRI Kabupaten Semarang Sumardi Darmadji mengatakan, kesepakatan itu diambil dalam sebuah pertemuan yang digelar pada Selasa (25/4/2014) menyusul temuan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) bahwa hampir 6.000 dari 13.000 limbah kondom bekas yang dibuang sembarangan.

“Kami tindak lanjuti (permintaan bupati) untuk menangani masalah sampah kondom bekas pakai dengan mengimbau pemilik hotel. Kami sepakat untuk memisahkan sampah, khususnya bekas alat kontrasepsi dengan sampah umum. Surat edaran terkait penanganan sampah bekas alat kontrasepsi sudah kita edarkan ke anggota PHRI,” kata Sumardi Darmadji, Jumat (25/4/2014).

Ia menjelaskan, PHRI Kabupaten Semarang memiliki 150 hotel dan restoran dan hampir 100 dantaranya berada di kawasan wisata Bandungan.

Menurut Sumardi, penanganan sampah kondom bekas ini sementara akan dilakukan secara swadaya oleh pihak hotel dengan cara yang sederhana. Sebab jika menggunakan insenerator atau alat penghancur sampah, biaya yang dibutuhkan cukup mahal.

“Kalau misalnya menggunakan jasa Medivet (sebuah Rumah Sakit di Bandungan) biayanya Rp 10.000 per kilogram. Sementara ini ditangani sendiri dengan cara dibakar menggunakan bensin. Pemilahan sampah bekas alat kontrasepsi nantinya oleh Housekeeping,” ungkap pengelola Hotel Kusuma Bandungan itu.

Sumardi mengatakan, sampah bekas alat kontrasepsi harus ditangani khusus. “Sampah bekas alat kontrasepsi itu kan kotor dan mungkin ada sedikit virus atau penyakit. Jadi, harus menggunakan pengaman seperti masker atau sarung tangan saat membakar,” katanya.

Sumardi menyatakan, adanya program pembagian kondom gratis yang dibiayai dana pemerintah sebenarnya kontraproduktif mengingat tujuannya mencegah penyakit ternyata menimbulkan permasalahan baru.

Hotel tidak mungkin menyediakan tempat sampah khusus bekas alat kontrasepsi karena justru bisa memunculkan kesan yang tidak baik pada hotel. “Kita kan hotel, sehingga tidak mungkin menyediakan tempat sampah khusus bekas alat kontrasepsi. Di setiap kamar sudah ada tempat sampah, tapi tidak untuk sampah tertentu saja,” ujarnya.

Sebelumnya Bupati Semarang Mundjirin menyatakan keberadaan sampah kondom bekas pakai seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar menggunakan insenerator atau alat pembakar sampah. Sehinggga sampah kondom bekas pakai tidak mengganggu lingkungan karena dikhawatirkan mengandung kuman penyakit.

“Kita tidak berpikir bahwa sampah kondom ini masuk sampah medis. Lha ini jadi problem baru ada sampah medis yang di lokasi non-medis. Ini harusnya dimusnahkan dibakar di insinirator, tidak dibuang ditempat sampah yang lain. Tolong hotel-hotel di Bandungan menyiapkan tempah sampah khusus itu,” kata Mundjirin.

Sumber: kompas.com

read more
Ragam

Ford Gelar Pelatihan Mengemudi Ramah Lingkungan

Program global keselamatan mengemudi, Driving Skills for Life (DSFL), kembali digelar Ford Motor Indonesia (FMI), di Cikarang, Jawa Barat, Kamis (24/4/2014). Kali ini temanya berkaitan dengan Hari Bumi (22 April), yang diselaraskan dengan orientasi Ford menciptakan teknologi ramah lingkungan.

DSFL merupakan program gratis yang telah digelar rutin sejak 2008, untuk mengedukasi peserta tentang bagaimana cara mendapatkan efisiensi maksimum saat berkendara. Sepanjang 6 tahun perjalanannya, FMI telah melatih 7.500 pengemudi dari berbagai kelompok serta organisasi.

Tahun ini, 100 karyawan Schneider Electric, di Kawasan Industri Jakarta Timur (EJIP), Cikarang, Jawa Barat, mendapatkan pelatihan tentang kesadaran teknik berkendara aman dan serta lebih hemat bahan bakar.

“Ford DSFL merupakan salah satu komitmen jangka panjang kami untuk menciptakan lingkungan berkendara yang lebih baik, memberikan pengemudi tips berharga untuk mencapai efisiensi bahan bakar yang lebih optimal,” ujar kata Lea Indra, Communications Director FMI , dalam keterangan resminya, Kamis (24/4/2014).

EcoBoost
Kendaraan peserta, Ford Fiesta EcoBoost yang baru saja diluncurkan FMI, Maret lalu. Meski berukuran lebih dengan tiga silinder, tenaga mesin yang dihasilkan setara dengan varian 1.6 liter terdahulu, yakni 120 PS. Dengan begitu konsumsi bahan bakar jauh bisa ditekan.

Tidak hanya soal kendaraan dengan kemampuan “hijau”, namun seseorang di balik kemudi juga ikut menentukan. Sebab itu FMI selalu selalu konsisten menggelar DSFL untuk menciptakan pribadi dewasa yang lebih peduli lingkungan.

“Ford peduli terhadap lingkungan dan kami berkomitmen untuk secara lebih jauh mengurangi penggunaan air, emisi CO2, dan limbah sepanjang produksi kendaraan. Mulai dari proses produksi kendaraan, hingga detil di interior mobil kami, serta teknologi mesin EcoBoost yang revolusioner, Ford terus memikirkan bagaimana cara untuk menjadi lebih ramah lingkungan,” tutup Lea.

Sumber: detik.com

read more
Ragam

Melacak Semangat Kartini Penyelamat Bumi

Kebanyakan orang menjadikan Kartini sebagai ikon pejuang perempuan Indonesia. Meski banyak tokoh perempuan yang lain yang hidup pada masa yang sama. Malahan mereka banyak melakukan aksi nyata dengan benar-benar mengangkat senjata hingga berdiplomasi. Bukan dengan cara surat menyurat mendongkrak dinding sosial seperti yang dilakukan Kartini.

Memperingati Hari Kartini di masa sekarang ini dianggap sebagai bentuk perjuangan emansipasi antara laki-laki dan perempuan dalam segala hal. Peringatan Hari Kartini pun dilakukan dengan berpakaian kebaya yang lebih nampak sebagai peringatan tata busana masa lampau. Semangat perjuangan Kartini dalam bidang pendidikan justru banyak disalahkaprahkan.

Peringatan Hari Kartini sering diikuti beragam aktivitas yang mengedepankan emansipasi perempuan, kesetaraan gender, perjuangan feminisme, dan masih banyak lagi. Tidak sedikit kaum perempuan yang menganggap kesetaraan gender adalah kebebasan berbuat dalam segala hal. Ini berorientasi pada kebebasan kaum hawa mengeksplorasi segala kemampuan baik fisik maupun akal. Jika ini tetap di fungsikan sesuai koridornya maka akan menghasilkan indikasi ke arah positif, namun pada nyatanya eksplorasi berlebihan dari kaum hawa menjadikan mereka di eksploitasi oleh kaum lelaki.

Kartini menginginkan hak mengenyam pendidikan bagi perempuan agar sama dengan laki-laki. Tak lebih. Ilmu yang diperoleh melalui pendidikan ini bukan lantas dijadikan sebagai sarana untuk tampil lebih ‘gagah’daripada laki-laki. Pendidikan wanita dipersiapkan agar kelak mereka mampu mengedukasi anak-anaknya. Anak-anak yang dibesarkan dan dididik dengan baik oleh ibu yang berpendidikan baik tentu mempunyai kualitas yang berbeda dengan anak yang tidak terdidik sama sekali.

Kartini menginginkan agar perempuan setara dengan laki-laki dalam memperoleh pendidikan. Bukan lantas lari dari fitrahnya sebagai perempuan. Saat ini fungsi ibu sebagai pendidik utama dalam keluarga banyak yang tergantikan oleh baby sitter. Karier di luar rumah jauh lebih menggiurkan daripada berkutat dengan anak-anak di rumah. Sementara perempuan yang hanya berdiam diri di rumah dianggap tidak produktif. Makna produktif berarti menghasilkan uang dan penilaian penuh dari sisi materi.

Ketika pemikiran mengenai emansipasi menjadi tidak murni lagi, perempuan banyak mendapatkan ruang untuk berjuang. Bahkan mendobrak batas kodratnya sebagai perempuan. Maka kaum laki-laki pun berusaha menuntut hak yang telah dirudapaksa oleh perempuan. Mereka menuntut untuk dihormati oleh istri dan anak-anaknya di rumah. Fenomena ini muncul ketika istri menuntut hak yang sama dengan suami dalam segala hal. Akhirnya, tercetuslah istilah “suami-suami takut istri”.

Bumi sama halnya dengan isu gender yang terus dirongrong dan dieksploitasi. Industrialisasi tanpa batas terus memicu kerusakan di sana-sini. Masyarakat kita harus lebih cerdas dalam bersikap. Peringatan kartini telah di muati unsur-unsur eksploitasi perempuan. Bumi merana akibat liberalisasi yang mereka terapkan.

Kita harus berpikir lebih cerdas bahwa Kartini mendambakan kesetaraan hak untuk mendapatkan pendidikan. Terlepas dari itu, perempuan tetap harus kembali pada kodratnya sebagai pendidik dalam keluarga didampingi oleh laki-laki yang menjadi pemimpinnya dalam rumah tangga.

Sebagai anggota masyarakat yang mempunyai hak pilih dalam negara demokrasi ini, kita juga harus cerdas dalam menentukan siapa orang-orang yang tepat untuk duduk sebagai anggota legislatif, kepala daerah, maupun presiden. Mereka bukan sekedar ‘pemerintah’ yang terkesan mempunyai kuasa untuk menjadi adidaya dengan kedudukannya. Para pengurus negeri ini haruslah merupakan wakil ‘suara’ rakyat yang pro-lingkungan.

Jika pendidikan dalam keluarga sudah diterapkan dengan baik. Generasi yang akan terlahir dari setiap rumah di sudut-sudut kampung diatas gunung hingga di kota pasti generasi cerdas. Cerdas berpikir untuk kemaslahatan umat ketika memberanikan diri untuk maju sebagai pengurus daerah atau negara. Sebagai pemilih, generasi yang cerdas juga tidak akan tinggal diam seperti kerbau dicucuk hidungnya ketika menerima materi untuk pemenangan pihak tertentu dalam Pemilu.

Hal ini hanya berujung pada proses pengembalian materi yang diberikannya apabila mereka terpilih dan berkuasa. Mereka akan lebih leluasa untuk melakukan apapun sesukanya. Khusus daerah kita, orientasi itu sangat terbuka untuk pembukaan daerah pertambangan dan alih fungsi hutan maupun lahan pertanian. Jika itu terjadi maka para pemilih di analogikan sebagai sekumpulan orang yang menyerahkan belati tajam kepada pemimpin tersebut untuk menyiksa rakyat secara perlahan hingga mati.

Saat ini orang banyak bicara siapa Caleg bermodal sosial yang naas tidak bisa duduk di kursi dewan. Media massa, media sosial, di kafe hingga warung kopi di terminal membicarakan tentang gula dan kemungkinan terbongkarnya dinasti yang bercokol di negeri Lampung ini. Tidak jarang juga bermunculan komentator politik dadakan yang berupaya menimbang si kotak-kotak atau siapa yang lebih layak menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Ketika orang-orang sibuk mengurusi masalah kepimpinan orang kafir. Ketika orang mengurusi mana syiah mana sunni. Pada saat yang sama, Gunung Rajabasa digadaikan kepada Supreme, sawah untuk bertanam padi berganti sawit, pengelola lahan di kawasan hutan tetap dianggap perambah sementara hak kelola malah diberikan kepada investor, tambang dan perkebunan besar dikuasai korporasi.

Sementara para TKI pejuang devisa pulang tanpa nyawa, anak-anak di bawah umur disodomi lalu dihabisi. Pada saat yang sama kita dihujani kemiskinan di negeri gemah ripah loh jinawi. Pada saat yang sama kita berlomba-lomba memborong kendaraan yang bahkan tak laku di negara asalnya dan menyumbangkan emisi di tanah air sendiri.

Mau sampai kapan kita seperti ini? Mau sampai kapan kita menghancurkan tubuh sendiri? Kapan kita bosan saling bantai dan menyudutkan? Kapan ada jaminan rasa aman ketika pengguna rok mini yang dianggap emansipasi bertebaran diantara banyak laki-laki? Kapan kita bisa berpegangan tangan tanpa mempermasalahkan yang satu makan anjing dan yang lain tidak? Kapan?

Tantangan kita adalah memahami bagaimana mencari jalan tengah konflik kepentingan. Titik temu antara kebutuhan untuk memajukan ekonomi manusia dan kebutuhan bumi untuk selalu dilindungi. Masih banyak orang berpikir bahwa industrialisasi kelapa sawit adalah cara terbaik untuk mengangkat perekonomian mereka. Tidak heran jika Rawa Pacing di Tulang Bawang airnya surut dan tak ada lagi kayu gelam dan mendong. Tidak heran dihutan tumbuh kelapa sawit di sana sini.

Menjadi manusia yang cerdas adalah solusinya. Pemaknaan cerdas baik laki-laki maupun perempuan seperti harapan Kartini. Menyikapi segala isu dengan lebih cerdas. Cerdas mengelola bumi yang memberikan kita napas dengan cuma-cuma. Bumi dimana jasad kita dimakamkan kelak.

Di pelosok-pelosok kampung sejak zaman dahulu masyarakat telah melakukan pengelolaan sumber daya alam secara arif dan bijaksana. Di Pesisir Krui, misalnya, mereka telah melakukan penanaman pohon damar sejak ratusan tahun silam. Sejak itulah, mereka melakukan pemanenan getah damar tanpa boleh menebang batang pohonnya. Kartini-Kartini yang tinggal di tepi-tepi hutan inilah yang memanjat pohon damar dan mengambil getah damar setiap harinya. Agar dapur tetap mengebul dan anak-anak tetap bersekolah, mereka membantu para suami untuk mencari nafkah.

Jauh di bagian selatan Propinsi Lampung, masyarakat di kaki gunung Rajabasa melestarikan ritual tahunan bernama Peperahan. Bukan acara sakral yang bermakna tahayul. Mereka hanya berpesta dan bersyukur atas limpahan rezeki yang telah diberikan oleh alam, Gunung Rajabasa tempat mereka menggantungkan hidup. Ada aturan-aturan dalam masyarakat yang tak boleh dilanggar.

Ketentuan dalam menebang pohon di hutan, waktu penebangan, hingga apa-apa yang harus dilakukan setelah menebang pohon semuanya dihormati dan dilaksanakan secara turun-temurun. Jika tidak, karma akan berlaku bagi mereka yang ingkar. Kearifan lokal semacam ini yang mempu mempertahankan hutan kita tetap lestari di tengah himpitan masalah ekonomi. Pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dengan teknologi yang mumpuni.

Pengelolaan sumber daya alam di Lampung cenderung mengacu pada sistem kapitalisme. Para pemilik kapital tengah gencar menancapkan tajinya dengan tameng perusahaan trans-nasional. Mereka melegitimasi isu globalisasi, kesejahteraan, kemapanan, dan teknologi. Mereka berusaha untuk merebut ruang dan hak kelola publik tanpa memberikan sedikit pun kesempatan kepada rakyat untuk ikut berperan baik dalam bdang ekonomi, sosial, dan politik. Pada tingkatan lokal, permasalahan pengelolaan sumber daya alam ini bermunculan akibat adanya mismanagement.

Permasalahan muncul mulai dari kebijakan pemerintah daerah, pertambangan dan energi, kehutanan, pertanian, yang berbuntut pada korupsi dalam berbagai segi. Ironisnya, pemerintah cenderung menanggulangi suatu masalah dengan beberapa masalah baru. Darah-darah kapitalisme telah merasuk pada setiap sel pengurus daerah hingga negeri ini. Tinggal menunggu waktu saja hingga jiwa-jiwa generasi muda bermoral bobrok bermunculan ke permukaan. Ini bukti kegagalan proses pendidikan.

Pendidikan yang berkualitas berawal di tingkatan keluarga. Generasi yang peka dengan lingkungan alam dan sosialnya harus senantiasa ditopang oleh support keluarga. Perempuan dengan fitrahnya bukan berarti lemah. Perempuan adalah tumpuan pendidikan bagi generasi yang berkualitas. Laki-laki dengan fitrahnya bukan berarti kuat dan bisa sewenang-wenang terhadap perempuan. Inilah fungsi kerjasama yang harusnya saling melindungi, menghormati, dan mendukung antara laki-laki dan perempuan.

Tidak ada lagi perjuangan untuk emansipasi jika kelahiran Kartini hanya diperingati dengan berkebaya. Tidak ada perubahan berarti jika pada hari bumi hanya ada simbol penanaman pohon tanpa ada penanaman dan perawatan jiwa-jiwa yang sayang kepada bumi itu sendiri. Ini seperti kode dari alam dengan menyandingkan peringatan Hari Kartini pada 21 April dan Hari Bumi pada 22 April. Kode agar manusia Indonesia menjadi lebih sadar bahwa upaya penyelamatan bumi tidak bisa lepas dari tangan-tangan perempuan.

Inilah saatnya bagi perempuan yang selama ini dianggap pihak yang rentan untuk membuktikan. Bahwa peranan perempuan yang hebat bukan saja dengan menunjukkan prestasi kepemimpinan korporasi atau pemerintahan. Bahwa perempuan hebat ialah mereka yang mampu melahirkan jiwa-jiwa yang peka terhadap kondisi lingkungan alam dan sosial. Perempuan hebat juga yang mampu menyuarakan dan membuktikan bahwa intelektualitas yang mumpuni bukanlah modal melacurkan diri kepada korporasi besar yang justru menghancurkan bumi dan rakyat pribumi. Lebih dari itu, semangat emansipasi yang ditanamkan Kartini adalah semangat untuk menjaga ibu pertiwi, menjaga bumi.

* Penulis adalah Mahasiswa Magister Teknologi Industri Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

read more
Ragam

Demi Piala Dunia 2014, Lingkungan Kumuh Digusur

Distrik Favela, Kota Rio de Janeiro, Brasil, menjadi rumah bagi 1,4 juta warga miskin Negeri Samba itu. Kini mereka harus terusir dari rumah-rumah yang telah ditempati turun temurun sejak 1800. Ini lantaran pemerintah Ibu Kota Brasilia tengah berbenah menyambut Piala Dunia bakal diadakan di negara itu.

Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Rabu (23/4/2014), penggusuran ini telah memakan korban. Lelaki 25 tahun bernama Douglas Rafael da Silva Pereira menjadi korban keganasan aparat hendak menyingkirkan warga miskin dari Rio de Janeiro lantaran dianggap mengganggu pemandangan saat Piala Dunia nanti. Mayat Rafael ditemukan esok harinya menjadi puncak kemarahan warga. Mereka membuat barikade serta bom molotov dan balik menyerang polisi yang dianggap bertanggung jawab atas kematian Rafael.

Rafael cukup tersohor di mata masyarakat Rio de Janeiro. Dia seorang penari di acara televisi jaringan Globo Brasil, saluran terbesar bangsa itu. Penyebab kematiannya belum jelas. Namun penduduk yakin dia tewas tertembak senapan aparat.

Pejabat kesehatan seperti dilansir surat kabar O Globo juga mengatakan seorang bocah 12 tahun ikut tewas sebab tembakan petugas.

Favela, distrik ini hanya beberapa ratus meter dari kolam renang olimpiade yang bakal diselenggarakan di Brasil pada 2016. Pecahnya keributan antara aparat dengan warga disebut-sebut ada peran geng narkotika yang sudah menguasai daerah itu berpuluh-puluh tahun.

Polisi Brasil sudah memulai pembersihan geng itu sejak 2008 dengan membumi hanguskan mereka yang berbasis di daerah-daerah kumuh. “Upaya menenangkan Favela sudah gagal. Polisi hanya menggantikan kekerasan dari geng narkotika sebelumnya,” ujar salah satu warga bernama Johanas Mesquita.

Pihak kepolisian tak satu pun angkat bicara. Mereka semakin giat menggusur rumah-rumah warga miskin yang juga mendiami sekitar Pantai Copacabana menjadi pusat rekreasi turis di Rio de Janeiro. Ini lantaran kurang dari dua bulan lagi perhelatan sepak bola sejagat bakal dilaksanakan dan Brasil tentunya tak ingin meninggalkan kesan tidak mengenakkan bagi siapa pun berkunjung untuk menikmati Piala Dunia.

Sumber: merdeka.com

read more
1 2 3 4 10
Page 2 of 10