close
Ragam

Beudoh Gampong Selenggarakan Seminar “Pageu Gampong” Hari Ini

Ilustrasi Bencana | Foto: int

Banda Aceh – Di masa lalu gampong (kampung) berpengaruh besar dalam pembentukan jiwa dan karakter keacehan yang tangguh. Tapi setelah bencana gempa dan tsunami di Aceh, peran gampong mulai agak berkurang. Dahulu ada istilah pageu gampong yakni sistem penjagaan adat dan budaya gampong yang memiliki ketahanan terhadap rongrongan, intervensi, atau pengaruh anasir luar.

Pada masa lalu setiap gampong di Aceh juga memiliki keahlian tersendiri seperti Gampong Pande, Baet dan Lam Blang sebagai gampong ahli senjata. Gampong Lamgugob sebagai tempat bermukim ahli pembuat kain untuk keluarga kerajaan, Gampong Siem sebagai tempat pembuatan songket, juga ada kerajinan pembuatan gerabah dan tembikar di Gampong Ateuk. Itu baru di ibukota kesultanan saja, belum lagi kita beralih ke daerah lain.

Posisi Aceh yang berada di ujung pulau Sumatera memang telah sejak lama mengalami bencana. Gempa bumi merupakan bencana yang acap kali terjadi di daerah ini, dan bahkan sebelum Tsunami 2004 para ahli geofisika telah menemukan bukti-bukti kuat bahwa Aceh pernah mengalami Tsunami kembar pada abad ke-14 dan 15 yang diduga menjadi penyebab hilangnya peradaban Lamuri.

Hingga saat ini pun gempa bumi masih sering kali terjadi, Gempa besar terakhir terjadi di Pidie Jaya pada tanggal 7 Desember 2016 dengan kekuatan 6,5 SR yang meruntuhkan banyak rumah-rumah penduduk, toko dan bangunan gedung, serta infrastruktur jalan raya. Demikian pula sekarang ini beberapa kawasan di Aceh mengalami musibah banjir bandang akibat dari rusaknya hutan-hutan di Aceh.

Padahal, di dalam khasanah adat budaya Aceh, tersimpan tata cara masyarakat Aceh dalam mempersiapkan diri terhadap bencana. Terlebih lagi, di dalam manuskrip Aceh juga tertulis mengenai mitigasi gempa. Kearifan lokal tersebut harus digali kembali untuk dapat menerapkan mitigasi bencana Pageu Gampong. Tema yang diusung dalam kegiatan ini adalah “Mitigasi Bencana Pageu Gampong”. Mitigasi bencana merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak bencana.

Dilatarbelakangi oleh masalah di atas, maka dalam rangka memperingati 14 Tahun terjadinya bencana gempa dan tsunami di Aceh, Yayasan Beudoh Gampong hari ini Senin (24/12/2018) melaksanakan seminar tentang mitigasi bencana pageu gampong di Aula Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA). Kegiatan ini merupakan rangkaian dari sejumlah kegiatan lainnya dalam rangka memberikan pendidikan publik terutama sebagai upaya pengurangan risiko bencana.

Kegiatan seminar ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pemahaman masyarakat terkait keterampilan mengenai mitigasi bencana dengan sasaran seluruh elemen masyarakat Aceh, khususnya masyarakat gampong tentang pentingnya pageu gampong.

Peserta yang hadir mengikuti seminar ini sebanyak 200 (dua ratus) orang yang terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, Legislatif, Akademisi/Perguruan Tinggi, Tokoh Masyarakat/Gampong, Aktivis LSM/NGO, Pemuda/Mahasiswa dan Elemen Masyarakat lainnya. Panitia Seminar juga mengundang Plt. Gubernur Aceh, Ir. Nova Iriansyah, MT selaku pembicara kunci (keynote speaker).

Sedangkan narasumber yang menyampaikan presentasinya antara lain Prof. Dr. Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc. (Ketua Umum Yayasan Beudoh Gampong/Guru Besar Institut Teknologi Bandung/Ahli Gempa dan Underground City dari ITB), yang akan menyampaikan materi tentang “Zona Rawan Bencana dan Tata Ruang Kawasan”, Prof. Dr. Teuku Safir Iskandar Wijaya, MA (Guru Besar/Dosen UIN Ar-Raniry), yang akan menyampaikan materi tentang “Pageu Gampong, sebuah Kearifan Lokal”, Dr. Ir. Azwar Abubakar, MM (Mantan Menteri PAN & RB/Mantan Gubernur Aceh), yang akan menyampaikan materi terkait Manajemen dan Ketahanan Sosial Masyarakat dalam Menghadapi Bencana, Dr. Hermansyah (Ahli Arkeologi), yang akan menyampaikan materi tentang “Manuskrip Gempa”, serta Andry W., Ph.D (Pakar Bambu/Dosen ITB), yang akan menyampaikan materi tentang Arsitektur Bambu.

Moderator adalah Dr. Kamal A. Arif (Dosen Arsitektur Universitas Parahyangan Bandung) dan Yarmen Dinamika (Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia). [rel]

Tags : bencanagempa

Leave a Response