close
Perubahan Iklim

Kerugian Akibat Bencana Alam Capai $3,8 Triliun

Korban yang selamat mendirikan tempat berlindung seadanya di tengah puing-puing bangunan | Foto: AP

Sejak tahun 1980-an kerugian akibat bencana terus mengalami peningkatan. Pada periode 1980-2012, kerugian total akibat bencana alam telah menembus angka $3,8 triliun. Sebanyak 74% dari kerugian ini disebabkan oleh cuaca ekstrem dan bencana hidro-meteorologis dengan nilai mencapai $2,6 triliun.

Cuaca ekstrem dan bencana hidro-meteorologis juga mendominasi jenis bencana alam yang terjadi yaitu mencapai 87% (18.200 bencana) dan sebanyak 61% (1,4 juta) nyawa melayang akibat dua jenis bencana yang dipicu oleh pemanasan global dan perubahan iklim ini.

Di Thailand misalnya, banjr besar yang terjadi pada 2011 telah menimbulkan kerugian sebesar $45 miliar atau setara dengan 13% dari produk domestik bruto (PDB) negara tersebut. Di Tanduk Afrika (Horn of Africa), kekeringan dalam periode 2008–2011 menyebabkan 13,3 juta penduduk menderita kelaparan dengan kerugian (di wilayah Kenya saja) mencapai $12,1 miliar.

Hal ini terungkap dalam laporan berjudul Building Resilience: Integrating Climate and Disaster Risk into Development, yang diterbitkan oleh Bank Dunia, Senin (18/11/2013). Laporan ini diluncurkan bersamaan dengan Konferensi Perubahan Iklim (COP19) yang saat ini masih berlangsung di Warsawa, Polandia.

Tujuannya tidak lain adalah untuk menjadi masukan bagi para pembuat kebijakan agar bersiap dengan peningkatan risiko akibat bencana alam terutama bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim yang semakin sering dan ekstrem.

Perubahan iklim dipicu oleh ulah manusia yang terus memroduksi emisi gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Pemanasan global telah mengubah pola cuaca yang memicu banjir, badai dan kekeringan di berbagai wilayah dunia. Menurut Bank Dunia, wilayah yang terdampak gelombang panas akan naik dua kali lipat pada 2020.

Kerugian yang diderita kota-kota besar di wilayah pesisir pantai akibat cuaca ekstrem diperkirakan akan mencapai $1 triliun pada pertengahan abad ini (2050). Dan negara yang paling berisiko adalah negara miskin dan berkembang yang menurut laporan Munich Re menjadi lokasi 85% korban jiwa akibat semua bencana ini. Jangan sia-siakan (lagi) peluang di Warsawa untuk menciptakan perubahan dalam aksi mengatasi perubahan iklim.

Sumber: Hijauku.com

Tags : bencanatopan

Leave a Response