close
Ragam

Pencemaran adalah Masalah Hidup dan Mati

Kabut asap menyelimuti Beijing akibat polusi | Foto: AP

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan 3 juta orang tewas setiap tahun di seluruh dunia oleh polusi udara luar ruangan dari kendaraan dan emisi industri dan 1,6 juta tewas di dalam ruangan karena penggunaan bahan bakar padat. Sebagian besar korban terdapat di negara-negara miskin.

Penyakit yang dibawa melalui air bertanggung jawab atas 80 persen dari penyakit dan kematian di negara berkembang, membunuh seorang anak setiap delapan detik . Setiap tahun 2,1 juta orang meninggal akibat penyakit diare yang berhubungan dengan air yang buruk.

Polusi yang membunuh ribuan ikan di Danau Kankaria di Ahmadabad, India | Foto: bbc.news.uk

Tanah yang terkontaminasi merupakan masalah di negara-negara industri , di mana bekas pabrik dan pembangkit listrik meninggalkan limbah seperti logam berat dalam tanah. Hal ini juga dapat terjadi di negara berkembang, kadang-kadang digunakan untuk pestisida. Pertanian dapat mencemari tanah dengan pestisida, pupuk nitrat dan lumpur dari hewan ternak . Dan ketika kontaminasi mencapai sungai itu merusak kehidupan biota perairan dan bahkan dapat membuat zona mati di lepas pantai seperti di Teluk Meksiko.

Masalah kronis
Kita sering berpikir tentang kontaminasi bahan kimia seperti yang terjadi di Bhopal India. Tapi masalahnya lebih luas. Sebuah studi mengatakan 7-20 persen kanker disebabkan udara yang buruk dan polusi di rumah dan tempat kerja.

WHO khawatir tentang bahan kimia yang menetap dalam tubuh terutama pada orang muda mengatakan, ” Kita melakukan percobaan skala besar dengan kesehatan anak-anak”. Beberapa bahan kimia buatan manusia, seperti phthalates dan nonilfenol – produk turunan spermisida, kosmetik dan deterjen – disalahkan sebagai penyebab perubahan alat kelamin dari beberapa hewan.

Spesies yang terkena dampak termasuk beruang kutub – bahkan Arktik pun tidak kebal. Bahan kimia memanjat rantai makanan, dari ikan ke mamalia dan kemudia manusia.

Sekitar 70.000 bahan kimia tersedia di pasar, 1.500 bahan yang baru muncul setiap tahunnya. Setidaknya 30.000 bahan kimia ini diperkirakan tak pernah secara komprehensif diuji dampak risikonya untuk orang.

Tantangan utama adalah kehidupan modern yang terus menuntut hal-hal baru demi kelangsungan hidup yang lebihe nyaman. Di satu sisi kita memegang prinsip kehati-hatian dalam produksi barang namun disisi lain kita mau tidak mau melakukan trade off dalam hal lain.

Pestisida DDT sangat merusak bagi liar dan dapat mempengaruhi sistem saraf manusia tetapi juga efektif terhadap malaria. Manakah yang lebih penting?

Komplikasi lain dalam menanggulangi pencemaran adalah bahwa pencemaran tidak menghormati batas-batas politik. Ada sebuah konvensi PBB tentang polusi udara lintas batas , tapi itu tidak dapat mencakup setiap masalah yang bisa timbul antara tetangga atau antara negara-negara yang tidak perbatasan.

Mungkin contoh terbaik adalah perubahan iklim – negara-negara di seluruh dunia berbagi satu atmosfer – sehingga mempengaruhi seluruh dunia.

Untuk satu dan semuanya
Salah satu prinsip yang seharusnya berlaku di sini sangat sederhana – Pencemar membayar (Polluter pays).

Kadang-kadang jelas siapa yang harus disalahkan dan siapa yang harus membayarnya. Tapi ini bukan jalan keluar yang mudah dengan hanya meminta dana dari pencemar. Apakah kita semua senang membayar biaya atas polusi yang kita hasilkan?

Salah satu cara lain adalah merancang produk untuk didaur ulang atau merancang produk yang lebih tahan lama.

Generasi sebelumnya bekerja pada asumsi bahwa membuang limbah adalah cara yang tepat untuk menyingkirkannya. Jadi kita membuang sampah nuklir dan bahaya potensial lainnya di kedalaman laut dan yakin mereka tidak akan tersebar.

Kita sekarang berpikir bahwa metode pembuangan seperti itu terlalu riskan. Salah satu penulis mengatakan,” Tidak ada tempat untuk ‘pergi’  dan tidak ada orang yang seperti ‘yang lain’ “. Jadi tanya dampaknya terjadi untuk siapa, dampak pencemaran menimpa kita semua pada akhirnya.

Sumber: bbc.co.uk

Tags : limbahpencemaransampah

Leave a Response