close
Sains

Membangun Listrik Ramah Lingkungan

Instalasi turbin angin dan panel surya di pesisir Pantai Baru Bantul memberikan asupan energi murah dan ramah lingkungan | Foto: Tommy Apriando

Oleh: Teuku Multazam, Peneliti Lembaga Penelitian Teknologi dan Energi (LEPTEN)

Salah satu kebutuhan energi yang tidak dapat dipisahkan dalam aktivitas keseharian manusia adalah listrik. Energi ini dimanfaatkan dalam banyak hal seperti penghasil gerak, pemanas, penghasil bunyi dan penerangan.

Umumnya, energi listrik yang dibangkitkan saat ini masih bersumber dari fosil. Energi ini menghasilkan polusi udara sehingga lambat laun akan memberikan efek buruk terhadap lingkungan dan pada akhirnya akan berimbas terhadap manusia. Oleh karena itu, upaya konversi sumber penghasil energi listrik harus dilakukan secara totalitas sehingga akan mengurangi terjadinya kerusakan alam.

Energi baru terbarukan merupakan salah satu sumber penghasil energi ramah lingkungan yang bisa dijadikan pengganti untuk menghasilkan listrik. Energi ini mampu mereduksi terjadinya kerusakan lingkungan seperti polusi, emisi dan gas rumah kaca. Secara umum terdapat lima potensi yang bisa dikembangkan di Provinsi Aceh.

Pertama adalah energi bayu/angin, potensi ini tersedia bebas di seluruh penjuru bumi tak terkecuali di Provinsi Aceh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ilyas dkk dalam penelitianya berjudul Analisis Potensi Tenaga Angin Menggunakan Metode Distribusi Weibull di Banda Aceh menyebutkan, potensi kecepatan angin berkisar 0.5 – 8 m/s, hal ini merupakan suatu peluang besar untuk bisa dimanfaatkan menjadi energi listrik, apalagi teknologi turbin angin yang berkembang selama ini kecepatan angin minimal yang dibutuhkan 2 m/detik sudah bisa menghasilkan listrik.

Kedua adalah potensi energi surya/matahari. Karena Provinsi Aceh terletak pada garis khatulistiwa tentunya ada banyak potensi matahari yang tersebar di seluruh Kabupaten Aceh untuk dimanfaatkan menjadi energi listrik. Bahkan, untuk lampu-lampu jalan sudah banyak menggunakan energi matahari untuk dikonversi menjadi tenaga listrik. Dikutip dari portal merdeka.com, di kawasan pelabuhan kota kota Sabang, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan daya sebesar 125.000 watt sudah dibangun dan difungsikan untuk penerangan dan pompa air warga di sekitar pelabuhan.

Ketiga ketersediaan potensi tenaga air yang melimpah. Data Dinas Pertambangan dan Energi Aceh beberapa tahun lalu menyebutkan, pada alam Aceh terdapat banyak potensi listrik yang seperti, hydro power (tenaga air) yang terletak di Potensi daya yang tersedia di Jambu Air sebesar 37,2 Mega Watt, Krueng Jambuaye sebesar 181,8 Mega Watt, Krueng sebesar 171,6 Mega Watt, Jambuaye/Bidin sebesar 246 Mega Watt, Krueng Peureulak sebesar 34.8 Mega Watt, W. Tampur sebesar 428 Mega Watt, Krueng Peusangan 90 Mega Watt, Krueng Jambo Papeun 95,2 Mega Watt, Krueng Kluet sebesar 141 Mega Watt, Krueng Sibubung 121,1 Mega Watt, Krueng Teripa Tiga 172,6 Mega Watt, Krueng Teripa 306,4 Mega Watt, Krueng Meulaboh sebesar 82,1 Mega Watt, Krueng Pameu sebesar 160,6 Mega Watt, Krueng Woyla sebesar 274 Mega Watt, Krueng Dolok 32,2 Mega Watt, Krueng Teunom 288,2 Mega Watt

Keempat, potensi energi listrik dari geothermal (panas bumi), total kapasitas potensi daya yang tersedia di Provinsi Aceh sebesar 1.115 MWe. Data dari ESDM Aceh beberapa waktu lalu menyebutkan, energi itu terletak di Sabang dengan potensi sebesar 125 MWe, Aceh Besar sebesar 228 MWe, Pidie sebesar 150 MWe, Bener Meriah sebesar 200 MWe, Aceh Tengah sebesar 220 MWe, Aceh Timur sebesar 25 MWe, Aceh Tamiang sebesar 25 MWe, dan Kabupaten Gayo Lues sebesar 142 MWe.

Kelima adalah potensi energi listrik dari gelombang laut, hasil penelitian Siti Rahma Utami tentang Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Dengan Menggunakan Sistem Oscilating Water Column (Owc) Di Tiga Puluh Wilayah Kelautan Indonesia menyebutkan bahwa untuk Perairan utara Aceh, minimal daya listrik yang dihasilkan adalah 1968,235 sedangkan kemampuan maksimal yang dihasilkan adalah 480526,2. Sementara itu, untuk Perairan barat Aceh hingga Sumatera Utara, daya listrik minimal yang dihasilkan oleh gelombang laut adalah 6642,796 watt, dan nilai maksimalnya adalah 540526,6 watt.

Listrik Ramah Lingkungan
Jika melihat dari sebaran potensi energi terbarukan tentunya Provinsi Aceh tidak perlu lagi menggunakan pembangkit listrik bersumber fosil karena semua kebutuhan energi listrik bisa terpenuhi semuanya. Ada empat keuntungan dari pembangunan listrik dari sumber terbarukan, pertama adalah energi ini tersedia secara gratis (free) dan dapat diperbarui sehingga tidak membutuhkan biaya untuk membeli bahan baku dan akan mengurangi biaya produksi energi listrik (operasional). Kedua, berkelanjutan dan tak akan habis (murah). Ketiga, intensitas pemeliharan pembangkit dari energi terbarukan lebih lebih sedikit dibanding pembangkit konvensional. Keempat, energi terbarukan menghasilkan sedikit atau bahkan tak ada limbah seperti emisi, karbondioksida dan polutan kimia, sehingga dampak lingkungannya relatif kecil.

Karena itu, pemerintah dan para pihak perlu keseriusan untuk membangun pembangkit listrik ini sehingga nanti di Aceh akan terwujud listrik yang ramah lingkungan. Hopefully!.

Tags : energi terbarukan

Leave a Response