close

bakau

Hutan

Tim Patroli Kehutanan Amankan 6 Ton Arang Kayu Bakau

Langsa – Tim patroli Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah III Aceh, Senin (21/10/2019) malam kembali mengamankan sekitar 6 ton arang kayu bakau yang dimuat disebuah mobil colt diesel.

Mobil colt diesel penuh muatan arang diduga ilegal ini disergap petugas KPH Wilayah III Aceh di Jalan Medan-Banda Aceh, persisnya di Desa Buket Tinggi, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang.

Kepala KPH Wilayah III Aceh, Amri Samadi SHut MSi, kepada Serambinews.com, Selasa (22/10/2019) mengatakan, petugas KPH Wilayah III Aceh yang sedang melakukan patroli rutin, pada Senin (21/10/2019) pukul 22.30 WIB, mencurigai satu unit colt diesel warna kuning nopol BL 8819 KC yang bergerak dari arah Langsa – Medan.

Atas kecurigaan terhadap muatan mobil colt itu, tim patroli KPH Wilayah III Aceh langsung melakukan pengejaran dan menghentikan mobil tersebut di Jalan Medan – Banda Aceh, Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Mantan Payed, Aceh Tamiang.

Selanjutnya petugas memeriksa muatan dan ternyata colt diesel ini mengangkut penuh muatan arang kayu bakau.

Namun saat diminta surat-surat kelengkapan atau dokumen angkutan arang, sopir tidak dapat menunjukan selembar dokumen apapun.

Selanjutnya petugas KPH Wilayah III Aceh, langsung menggiring colt diesel bermuatan arang ini serta sopir berinisial M (49), warga Desa Sampaimah, Kecamatan Mantan Payed, ke Kantor KPH Wilayah III di Kota Langsa.

“Kini sekitar 6 ton arang kayu bakau dan mobil colt diesel ini serta sopir M, telah kita amankan di Kantor KPH Wilayah III Aceh, untuk proses lebih lanjut,” jelas Amri.

Dia menambahkan, kini Penyidik PNS KPH Wilayah III Aceh sedang melakukan pemeriksaan terhadap sopir M yang mengaku sopir serap mobil colt muatan arang ini, terkait asal usul arang kayu bakau tersebut.

Sumber: serambinews.com

read more
Hutan

Turis Kepulauan Seribu Wajib Tanam Mangrove

Hamparan laut luas yang indah, pasir halus serta deburan ombak yang memecah pantai di salah satu gugusan pulau seribu memang terasa menenangkan pikiran dan membuat tubuh jadi santai. Tak bisa dimungkiri kalau kepulauan seribu memang eksotis dan indah.

Dan kini, semakin banyak orang yang mulai terpikat dengan pesonanya. Jika dikelola dengan tepat, bukan tak mungkin kalau pesona pulau seribu akan lebih banyak memikat wisatawan domestik dan internasional.

“Kepulauan Seribu itu seksi, namun sampai saat ini masalah infrastrukturnya dan fasilitasnya yang diinginkan wisatawan internasional belum semuanya bisa dipenuhi,” ungkap H. Asep Syaripudin, Bupati Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu di Pulau Untung Jawa, Jakarta Utara.

Sejak tahun lalu Asep sudah menerapkan dua sistem wisata, yaitu wisata bahari dan wisata edukasi. Wisata edukasi ini dilakukan pada hari Senin sampai Kamis, sedangkan wisata bahari dilakukan pada hari Jumat sampai Minggu.

“Di wisata bahari, program yang dilakukan adalah mengenalkan berbagai biota laut dan keindahan laut di sini. Sedangkan untuk wisata edukasi, program wisatanya berupa ikut serta dalam program penanaman pohon atau berkunjung ke penangkaran burung di pulau Rambut,” paparnya.

Dengan adanya program ini, peningkatan wisatawan lokal dan internasional pun makin dirasakan. Selama tahun 2013, program kerja ini ditargetkan mampu menambah kunjungan sampai satu juta wisatawan. Namun tak disangka, sampai di bulan September 2013 lalu saja wisatawan yang datang sudah mencapai 1,3 juta.

Rencana tahun 2014
Di tahun 2014 ini, segudang rencana untuk meningkatkan pariwisata ke Kepulauan Seribu sudah dibuat oleh Asep. Mulai menambah berbagai fasilitas, akomodasi, serta memperindah pulau-pulau ini.

Hanya saja, ada berbagai tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan pariwisatanya. “Sampai saat ini masalah yang cukup berat dihadapi adalah kurangnya kesadaran untuk menjaga serta kurangnya rasa memiliki terhadap pulau-pulau ini dari semua orang baik penduduk maupun pengunjung. Hal inilah yang akan dibenahi terlebih dulu,” paparnya.

Salah satu programnya yang sedianya dicanangkan untuk meningkatkan hal ini sekaligus meningkatkan promosi wisata kepulauan seribu adalah bekerja sama dengan berbagai biro perjalanan, pemilik homestay dan pemilik kapal penyebrangan untuk mewajibkan setiap wisatawan ikut menanam pohon mangrove.

“Kepastian pelaksanaannya masih akan dibicarakan lagi. Inginnya sih dengan cara menambah Rp 750 – Rp 1.000 dari harga paket perjalanan per orang. Dengan ini mereka akan mendapatkan satu bibit mangrove yang bisa mereka tanam di pulau ini. Dengan demikian mereka akan merasa memiliki pulau ini karena mereka sudah pernah menanam pohonnya di sini,” jelasnya.

Selain meningkatkan rasa saling memiliki, penanaman mangrove ini juga akan membantu menjaga kelestarian lingkungan. Seperti diketahui, penanaman mangrove juga akan membantu mencegah abrasi air laut. Sayangnya, dari 100 persen pohon mangrove yang ditanam, hanya 70 persen yang hidup sedangkan 30 persen lainnya akan mati atau hilang terbawa air laut.

Sumber: NGI/kompas.com

read more
Hutan

Mangrove Si Satpam Lingkungan

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa tanaman mangrove memberi sumbangan sangat potensial untuk mengurangi emisi karbon dibanding hutan hujan tropis. Masalahnya, mangrove terus mengalami kerusakan dengan cepat di sepanjang garis pantai, sejalan dengan persoalan emisi gas rumah kaca.

Para ahli dari Center for International Forestry Research (CIFOR) dan USDA Forest Service menekankan perlunya hutan mangrove dilindungi sebagai bagian dari upaya global dalam melawan perubahan iklim. Bagian luar atau bagian depan hutan bakau yang berhadapan dengan laut terbuka sering harus mengalami terpaan ombak yang keras dan aliran air yang kuat.

Tidak seperti bagian dalamnya yang lebih tenang. Sumberdaya pesisir dan laut memiliki potensi besar baik secara ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya. Potensi tersebut diantaranya termasuk ekosistem khas pesisir seperti vegetasi hutan pantai, rawa, laguna, muara, terumbu karang. Ironisnya, eksploitasi menyebabkan kerusakan yang berlarut dan ini adalah sebuah tragedi lingkungan yang memalukan bila direfleksikan.

Adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan pula, bahwa pengelolaan sumberdaya pesisir, termasuk kawasan hutan mangrove, seringkali memarjinalkan kewajiban dan hak-kelola masyarakat pesisir terhadap pengelolaan sumberdaya alam tersebut. Bahkan yang terjadi, masyarakat seringkali diperalat sehingga seringkali dikambinghitamkan atas segala kerusakan ekosistem mangrove.

Ekosistem mangrove merupakan sumber daya alam yang memberikan banyak keuntungan bagi manusia, berjasa untuk produktivitasnya yang tinggi serta kemampuannya memelihara alam. Mangrove banyak memberikan fungsi ekologis dan karena itulah mangrove menjadi salah satu produsen utama perikanan laut. Mangrove memproduksi nutrien yang dapat menyuburkan perairan laut, mangrove membantu dalam perputaran karbon, nitrogen dan sulfur, serta perairan mengrove kaya akan nutrien baik nutrien organik maupun anorganik.

Dengan rata-rata produksi primer yang tinggi, mangrove dapat menjaga keberlangsungan populasi ikan, kerang dan lainnya. Tanaman mangrove menyediakan tempat perkembangbiakan dan pembesaran bagi beberapa spesies hewan khususnya udang, sehingga biasa disebut, “tidak ada mangrove tidak ada udang” (Macnae,1968).

Mangrove membantu pengembangan dalam bidang sosial dan ekonomi masyarakat sekitar pantai dengan mensuplai benih untuk industri perikanan. Selain itu telah ditemukan bahwa tumbuhan mangrove mampu mengontrol aktivitas nyamuk, karena ekstrak yang dikeluarkan oleh tumbuhan mangrove mampu membunuh larva dari nyamuk Aedes aegypti (Thangam and Kathiresan,1989).

Itulah fungsi dari hutan mangrove yang ada di India. Fungsi-fungsi tersebut tidak jauh berbeda dengan fungsi yang ada di Indonesia baik secara fisika kimia, biologi, maupun secara ekonomis.

Secara biologi fungsi dari pada hutan mangrove antara lain sebagai daerah asuhan (nursery ground) bagi biota yang hidup pada ekosisitem mengrove, fungsi yang lain sebagai daerah mencari makan (feeding ground) karena mangrove merupakan produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove dimana dari sana tersedia banyak makanan bagi biota-biota yang mencari makan pada ekosistem mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground) bagi ikan-ikan tertentu agar terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari lingkungan yang optimal untuk memisah dan membesarkan anaknya. Selain itupun merupakan pemasok larva udang, ikan dan biota lainnya. (Claridge dan Burnett,1993).

Secara fisik mangrove berfungsi dalam peredam angin badai dan gelombang, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Ekosistem mangrove mampu menghasilkan zat-zat nutrient (organik dan anorganik) yang mampu menyuburkan perairan laut. Selain itupun ekosistem mangrove berperan dalam siklus karbon, nitrogen dan sulfur.
Secara ekonomi mangrove mampu memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat, baik itu penyediaan benih bagi industri perikanan, selain itu kayu dari tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan untuk sebagai kayu bakar, bahan kertas, bahan konstruksi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Dan juga saat ini ekosistem mangrove sedang dikembangkan sebagai wahana untuk sarana rekreasi atau tempat pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan negara.

Ekosistem mangrove secara fisik maupun biologi berperan dalam menjaga ekosistem lain di sekitarnya, seperti padang lamun, terumbu karang, serta ekosistem pantai lainnya. Berbagai proses yang terjadi dalam ekosistem hutan mangrove saling terkait dan memberikan berbagai fungsi ekologis bagi lingkungan.

Secara garis besar fungsi hutan mangrove dapat dikelompokkan menjadi, fungsi fisik, biologi, dan ekonomi. Fungsi fisik, yaitu berupa menjaga garis pantai, mempercepat pembentukan lahan baru, sebagai pelindung terhadap gelombang dan arus, sebagai pelindung tepi sungai atau pantai, dan mendaur ulang unsur-unsur hara penting.

Sedangkan fungsi biologi berupa nursery ground, feeding ground, spawning ground, bagi berbagai spesies udang, ikan, dan lainnya. Kemudian berfungsi sebagai habitat berbagai kehidupan liar. Terakhir, fungsi ekonomi berupa akukultur, rekreasi, dan penghasil kayu.

Hutan mangrove mempunyai manfaat ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan biologi di suatu perairan. Selain itu hutan mangrove merupakan suatu kawasan yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi. Tingginya produktivitas ini karena memperoleh bantuan energi berupa zat-zat makanan yang diangkut melalui gerakan pasang surut.

Keadaan ini menjadikan hutan mangrove memegang peranan penting bagi kehidupan biota seperti ikan, udang, moluska dan lainya. Selain itu hutan mangrove juga berperan sebagai pendaur zat hara, penyedia makanan, tempat memijah, berlindung dan tempat tumbuh.

Jika hutan mangrove hilang akan terjadi abrasi pantai yang dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan dan dapat mengakibatkan banjir, yang menyebabkan perikanan laut menurun serta sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang.

Ternyata tak ada ruginya menanam tanaman seperti ini. Selain sebagai penetral emisi karbon juga bisa sebagai penyeimbang ekosistem lokal. Pilih mana? Meningkatkan ekonomi dengan merusak alam, atau menjaga alam tapi bonusnya adalah peningkatan ekonomi[]

Sumber: teluk tomini

read more