close

bambu

Green Style

YEL Dukung Ekspor Sedotan Bambu Sumut ke Jepang

Deli Serdang – Penggunaan sedotan plastik yang kian mengancam bumi dan perairan global membuat Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) terinspirasi membuat sedotan dari bambu. Sejak diluncurkan tahun 2018 dan telah dipasarkan di sejumlah daerah di Indonesia, kini sedotan asal Sumut ini bakal mencicipi pasar Jepang. Karena akan diekspor ke Jepang pada Juli 2019.

Marketing Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) YEL, Arif Hasibuan, mengatakan, inisiatif pembuatan sedotan bambu karena YEL sudah banyak ‘bermain’ di bambu sejak 2007. Salah satunya pembangunan restoran bambu di Bukit Lawang.

“Salah satu daerah yang banyak sekali bambu-nya adalah Pancurbatu. Jadi kami berinisiatif untuk memanfaatkannya. Kami awalnya hanya ingin mencoba dan ternyata berhasil. Setelah itu memulai produksi dengan manual dan hasil sedotan bambunya juga masih belum sempurna,” katanya, di workshop yang terletak di OU Haven Pancurbatu, Deli Serdang, Selasa (9/4/2019).

Setelah beberapa kali dipamerkan ke masyarakat dan dijual secara online, terang Arif, akhirnya dia bertemu dengan beberapa klien dan salah satu-nya dari Jepang. Bahkan pembeli asal Jepang telah memesan 15.000 sedotan bambu.

Klien dari Jepang ini, kata Arif, merupakan pembeli kopi dari orangutan kopi. Sehingga dia meminta sedotan bambu dibranding dengan orangutan kopi.

“Jadi khusus pesanannya diberi logo orangutan kopi agar seragam karena pemesan memiliki kafe di sana,” katanya.

Tak hanya itu, kafe-kafe di Medan juga sudah ada yang mau beli, baik secara langsung atau juga melalui online. Dalam waktu dekat ini juga akan ditawarkan ke hotel-hotel di Medan.

Kapasitas produksi saat ini belum menentu. Tapi karena ada permintaan dari Jepang, jadi diusahakan dalam satu bulan bisa memproduksi sekitar 2.000 potong per bulan. Untuk harga jualnya sendiri, berbeda antara lokal dan ekspor.

Untuk lokal, sedotan bambu dibanderol dengan harga Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per piece sesuai ukuran. Sedangkan untuk ekspor sekitar Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per piece karena butuh tambahan branding.

Sementara untuk sikat pembersih sedotan, sampai saat ini masih bekerja sama dengan pihak ketiga. Tetapi ke depannya, pihaknya akan mencoba membuatnya di Bukit Lawang karena ada beberapa pengrajin yang bisa membuatnya.

Sedotan asal Sumut ini pun diproyeksikan bisa merambah pasar ekspor yang lebih luas. Seperti Jerman dan Inggris, sesuai dengan tujuan ekspor orangutan kopi.

Sumber: medanbisnisdaily.com

read more
Ragam

Indonesia Miliki Ratusan Spesies Bambu

Kementerian Lingkungan Hidup bersama Komunitas Bambu Indonesia menyelenggarakan Refleksi Setahun Deklarasi Persaudaraan Pecinta Bambu Indonesia dalam rangka Konservasi dan Pemanfaatan Bambu yang telah dideklarasikan pada 26 November 2012 di Bandung. Pada tanggal tersebut juga dideklarasikan pembentukan Forum Komunitas Bambu dan sekaligus mencanangkan bahwa setiap 26 November diperingati sebagai Hari Bambu Indonesia.

Kegiatan ini berisi dialog interaktif tentang “Pengembangan Bambu Secara Berkelanjutan di Indonesia” yang dihadiri narasumber yaitu Ir. Sarwono Kusumaatmadja (Mantan Menteri Lingkungan Hidup), Prof. Elizabeth A. Wijaya (pakar bambu LIPI), Direktur Bina Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan, serta Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup.

Selain dialog interaktif, kegiatan peringatan Hari Bambu Indonesia juga diisi oleh pameran produk bambu dan gerakan aksi penanaman bambu.

Tujuan acara ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya tanaman bambu sebagai salah satu keanekaragaman hayati Indonesia dan yang perlu dilestarikan. Acara ini sekaligus dalam rangka memperingati pengakuan angklung sebagai warisan budaya tak benda yang dicanangkan oleh UNESCO pada tanggal 16 November 2011 dan memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional tanggal 5 November yang tahun ini bertemakan “Puspa dan Satwa Sahabat Kita Bersama, STOP Kepunahan”.

Peringatan tersebut sejalan dengan penetapan Biodiversity Decade 2010-2020 oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendukung tercapainya target global penurunan kemerosotan keanekaragaman hayati pada tahun 2020 (Aichi Target).

Dalam sambutan mewakili Menteri Lingkungan Hidup, Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup, Ir. Hermien Roosita, MM, mengatakan, “Melalui forum ini, peringatan Hari Bambu Indonesia 2013 menjadi gerakan nasional untuk melestarikan dan melindungi bambu indonesia dengan membangun kesepahaman dan kesepakatan bersama, menjalin komunikasi dan pertukaran informasi antara sesama pemangku kepentingan sera menyusun rumusan konseptual dan konkrit demi pelestarian dan pemanfaatan bambu secara berkelanjutan”.

Indonesia merupakan negara dengan tingkat keterancaman dan kepunahan spesies yang tinggi di dunia. Kondisi keanekaragaman hayati Indonesia semakin hari semakin merosot, baik pada tingkat ekosistem spesies maupun genetik. Dalam rangka mengamankan dan melestarikan keanekaragaman hayati sebagai modal pembangunan nasional,

Pemerintah Indonesia telah menandatangani Protokol Nagoya yang merupakan instrumen untuk mencegah pencurian sumber daya genetik. Indonesia sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia, memiliki keanekaragaman jenis bambu. Dari sekitar 1500 jenis bambu yang sudah dikenal di dunia, 147 di antaranya merupakan jenis asli Indonesia termasuk jenis-jenis bambu yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Kekayaan akan bambu ini harus dicatat sebagai aset yang mempunyai peranan penting bagi pembangunan dan kehidupan manusia, baik ditinjau dari segi ekonomi, kebudayaan maupun ekologi. Hal ini, mengharuskan kita untuk dapat melindungi spesies dan genetik bambu Indonesia, termasuk hasil pemanfaatan dari bambu khas Indonesia.

Bambu mempunyai manfaat yang sangat banyak baik dari segi ekonomi, segi ekologi maupun sosial budaya. Dari segi ekonomi, kebanyakan etnik nusantara menggunakan bambu dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu terlihat dari penggunaan bambu untuk bahan bangunan rumah, peralatan rumah tangga, peralatan kesenian, dan peralatan berburu, bahkan untuk bahan makanan dan bahan obat-obatan. Dari segi ekologi, bambu dapat menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat air dan tanah.

Tanaman bambu yang rapat dapat mengikat tanah pada daerah lereng, sehingga berfungsi mengurangi erosi, sedimentasi dan longsor. Tan aman bambu juga mampu menyerap air hujan dan dengan daun berbentuk jarum yang penguapannya kecil, tanaman bambu berfungsi menyimpan air.

Sementara itu, dalam kaitan dengan upaya mitigasi perubahan iklim, pengembangan tanaman bambu juga mendukung meningkatk an penyerapan karbon. Dari suatu penelitian, tanaman bambu dapat menyerap lebih dari 62 ton/Ha/tahun karbon dioksida).

Bambu juga merupakan bagian dalam kehidupan seni dan budaya antara lain sebagai alat musik (angklung, kulintang bambu, jegog bali, dan lain-lain) dan digunakan dalam banyak ritual lainnya. Dari segi sosial budaya, bambu bermanfat untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, mencegah urbanisasi serta mendorong pariwisata.

Sumber: menlh.go.id

read more