close

kebun

Green Style

Di Kantor pun Anda Dapat Berkebun

Sejalan dengan perkembangan urban farming atau kegiatan berkebun di perkotaan, menjadikan berkebun itu bisa dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja. Ketersediaan lahan yang terbatas bukanlah suatu halangan untuk mematahkan keinginan seseorang yang ingin berkebun. Selama ada keinginan dan kemauan keras, dimanapun tempatnya bisa saja digunakan untuk berkebun. Ya, di kantor pun ternyata tetap bisa berkebun.

Ide berkebun di kantor ini berawal dari kekhawatiran terhadap perubahan iklim serta kondisi lingkungan yang semakin tidak sehat. Semua perusahaan bisa memberikan kontribusi kecil untuk lingkungan yang diwujudkan dengan memanfaatkan taman kantor dan sisa lahan di kantor untuk berkebun. Aksi hijau ini bisa membuat suasana kantor lebih hijau.

Perusahaan bisa menyebarkan semangat positif peduli lingkungan di perkotaan dengan program urban farming yang juga bisa diterapkan di perkantoran. Kegiatan berkebun di kantor dapat dilakukan dengan memanfaatkan sisa lahan, taman kantor, maupun dengan menggunakan pot yang bisa difungsikan sebagai penghias ruangan dengan ditanami beraneka tanaman hias.

Mengapa berkebun di kantor? Yap, kantor bagi sebagian besar orang adalah rumah kedua, karena mulai pagi hingga sore atau bahkan petang mereka menghabiskan waktunya di kantor.

Menjadi sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk membuat kantor yang senyaman mungkin untuk pegawainya. Satu ruang hijau seperti taman di luar ataupun di dalam kantor bisa membantu untuk menjaga produktifitas kerja. Uniknya, taman yang ada di pekarangan perusahaan ini juga dimanfaatkan untuk berkebun secara organik karena tidak menggunakan bahan-bahan kimia untuk proses pemupukan maupun perawatan tanaman.

Kegunaan taman kantor  yang juga difungsikan untuk berkebun tidak hanya sebagai penghias saja, tentunya juga memiliki manfaat. Misalnya saja sebagai pilihan tempat beristirahat untuk penghilang rasa kepenatan dari menatap layar komputer selama berjam-jam pada saat pekerjaan kantor menumpuk, penyuplai udara segar nan sejuk di area kantor, serta tidak ketinggalan yakni untuk memperindah kantor menjadi lebih hijau yang membuatnya menjadi lebih asri dan nyaman.

Di taman kantor juga terdapat gazebo yang dapat digunakan oleh karyawan untuk bersantai menikmati udara segar pada saat jam istirahat.

Untuk penataan taman dan kebun di perusahaan ini, disusun apik secara berkelompok dengan mengelompokkannya berdasarkan jenis tanaman ataupun teknik berkebun yang digunakan. Penyusunan secara berkelompok dengan jenis yang sama pada masing-masing kelompok dapat menciptakan keindahan dan suasana yang nyaman. pengelompokan itu terdiri dari jenis tanaman hias, tanaman tabulampot, hidroponik, vertikultur, dan akuaponik.

Untuk sekelas berkebun di kantor dengan memanfaatkan sisa lahan dan taman kantor, kebun di perusahaan ini termasuk ke dalam kebun yang cukup produktif karena jenis tanaman yang dikembangkan cukup beraneka ragam dan terus berjalan hingga saat ini.

Mulai dari jenis tanaman buah-buahan seperti durian, rambutan, nangka, jeruk, jambu, markisa, dan belimbing, jenis sayuran seperti selada, sawi, caisim, cabe, terong, tomat, kol, dan kangkung yang dikembangkan secara hidroponik, vertikultur, dan akuaponik, jenis tanaman hias seperti beraneka jenis anthurium dan anggrek, hingga jenis tanaman perkebunan seperti lada dan vanili berhasil ditanam dan telah menghiasi taman dan kebun yang ada diperusahaan ini.

Hasil panen buah dari kegiatan berkebun di kantor tersebut bisa dinikmati oleh seluruh karyawan. Setiap kali panen, hasilnya akan dibagikan secara merata untuk seluruh karyawan untuk dimakan bersama-sama, bahkan karyawan juga bisa memetik sendiri secara langsung ketika memiliki waktu senggang.

Memakan buah dari hasil petik di kebun sendiri itu dianggap lebih menyenangkan bagi karyawan karena menimbulkan kepuasan tersendiri dibandingkan dengan membelinya di toko buah atau di supermarket.

Sedangkan untuk hasil panen sayuran, akan dijual kepada karyawan yang berminat untuk membelinya, karena hasil dari penjualan sayuran itulah yang akan digunakan untuk pembelian bibit dan untuk proses perawatan tanaman agar kegiatan berkebun di perusahaan ini bisa terus berjalan.

Kegiatan berkebun di kantor ini bisa di bawah kendali tim tertentu seperti tim research & development dengan dibantu beberapa tenaga lapangan. Beberapa karyawan di divisi lain pun – yang memiliki minat untuk berkebun – bisa turut andil dengan bersama-sama merawat dan mengembangkan kebun.

Selain itu, direktur perusahaan bisa meluangkan waktunya dengan turut serta turun ke lapangan untuk terus memantau perkembangan kebun, agar kegiatan berkebun tersebut dapat terus berjalan dengan baik.

Berkebun selain mengasyikkan juga membantu memberikan ruang terbuka hijau dan ketahanan pangan. Untuk saat ini berkebun bukan hanya sebagai pekerjaan petani yang konvensional saja, tetapi bisa menjadi suatu budaya baru bagi karyawan kantoran yang tak hanya bermanfaat secara ekologi tetapi punya nilai ekonomi dan estetika.

Akan tetapi, upaya-upaya ini masih perlu digaungkan, agar memperhatikan lingkungan alam tidak sekedar soal tren semata, melainkan kesadaran untuk mewujudnyatakan budaya baru ramah lingkungan.

* Penulis adalah alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Diponegoro, Semarang. Saat ini penulis bekerja dan tinggal di Yogyakarta.

read more
Flora Fauna

Indonesia Sangat Prospek untuk Budidaya Zaitun

Meskipun teh bukan tanaman asli Indonesia, diperkenalkan penjajah Belanda pada abad 17 – kini teh menjadi minuman sehari-hari kita dan bahkan negeri ini masuk kedalam top 10 producers teh dunia. Demikian pula sawit yang diperkenalkan oleh Belanda di abad 19, kita malah menjadi producer no 1 di dunia. Bila dari para penjajah-pun yang referensinya tidak jelas kita bisa membangun industri besar, maka seharusnya kita bisa lebih mudah lagi belajar dan membangun industri yang lebih besar dengan petunjuk hidup kita yang sesungguhnya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Coba kita berpikir, kok bisa bangsa begini besar diajari untuk minum sesuatu yang sampai sekarang-pun belum jelas benar khasiatnya – yaitu daun teh, yang tanamannya-pun bukan asli kita dan tidak bisa tumbuh di sembarang tempat dari tanah kita. Mengapa tidak minum dari daun jambu misalnya, ataupun banyak dedaunan lainnya yang sebenarnya tidak kalah enak ?

Teh bisa menjadi minuman kita sehari-hari dan bahkan juga bangsa-bangsa lain di dunia, karena memang ada upaya yang massif untuk meng-industrialisasi-nya. Mulai dari penanaman-penanaman di area yang sangat luas, industri pengolahannya , kreatifitas pemasarannya, pencitraannya dlsb.

Belajar dari bagaimana tanaman teh dan sawit  yang begitu berhasilnya diadopsi di negeri ini, maka sudah seharusnya kita-pun bisa mengadopsi tanaman-tanaman yang referensi-nya jelas ada di Al-Qur’an untuk kita kembangkan secara massif di negeri ini.

Karena sumber referensinya detil dan jelas, maka seharusnya tanaman-tanaman Al-Qur’an itu bisa jauh lebih cepat unggul menjadi industri ketimbang teh dan sawit. Zaitun misalnya yang saya ambilkan sebagai contoh, bisa segera kita industrialisasi dengan skala yang sangat besar karena beberapa faktor berikut :

1)     Teknologi pembibitannya yang sangat cepat – dengan micro cutting – selain sudah berhasil juga sudah kita sebar luaskan ilmunya.

2)     Zaitun InsyaAllah bisa tumbuh dengan baik di tanah kita secara umum karena kebutuhan suhu hidup dan  tumbuhnya berada di range 7 – 35 derajat Celcius. Hampir seluruh wilayah negeri ini berada di range suhu tersebut.

3)     Zaitun adalah pohon yang diberkahi (QS 24:35), karena yang disebut adalah “pohon” , maka apapun yang dihasilkan pohon ini juga diberkahi – seperti akar, daun, batang disamping tentu saja buahnya.

4)     Buah zaitun merupakan penghasil minyak makan terbaik dari sisi kwalitas maupun kwantitas. Dari sisi kwalitas Allah sendiri yang mengabarkannya melalui QS 24 : 35, sedangkan kwantitasnya dari data-data rendemen minyak buah zaitun yang berkisar antara 15 % sampai 22 %. Dalam resep pengobatan Nabi, minyak dari buah zaitun disebutkan mengobati 70 jenis penyakit.

5)     Yang belum banyak diketahui dan dielaborasi orang adalah daun zaitun yang menakjubkan. Sebuah zat yang disebut Oleuropein ternyata kandungan terbesarnya justru berada di daun zaitun, dia ada juga pada buahnya tetapi yang belum masak ( menurun pada buah yang sudah tua/masak). Oleuropein ini bersama dengan berbagai bioactive compounds lainnya di negara-negara Mediterranean terbukti efektif mencegah dan mengobati berbagai penyakit zaman ini seperti membakar lemak, menurunkan tekanan darah, menurunkan gula darah, mencegah cancer, mengencerkan darah yang terlalu kental , mencegah dan mengobati berbagi penyakit cardiovascular, mencegah dan mengobati berbagai penyakit degenerative dlsb. Sangat bisa jadi khasiat pengobatan daun zaitun tidak berbeda – atau saling melengkapi – dengan buahnya tersebut di atas.  Ini juga sejalan dengan tafsir bahwa yang disebut diberkaihi adalah “pohon” zaitun.

6)     Menanam dan memproses hasil-hasil dari pohon zaitun tidak harus dalam skala besar sebagaimana tanaman industri seperti teh dan sawit. Hanya pemodal besar yang bisa menangani industri teh dan sawit, sedangkan untuk zaitun – industri rumah tangga-pun bisa mengembangkannnya mulai dari tanamannya sampai produk akhir baik dari daun maupun buahnya.

7)     Bila dahulu belanda hanya berbekal 3-4 bibit sawit dari satu negara di Afrika Barat (Guinea) untuk memulai memperkenalkan sawit di Indonesia. Kini di komunitas kami sudah terhimpun ribuan (bakal) bibit zaitun yang berasal dari empat benua dari sejumlah negara seperti Syria, Gaza, Spanyol, Marocco, Mesir, Perancis dan bahkan juga dari bibit zaitun yang dikembangkan di Peru. Bibit-bibit inipun siap Anda kembangkan sendiri dengan cara yang link-nya saya sebutkan di atas.

Rakyat negeri ini – tidak harus konglomeratnya – secara rame-rame seharusnya bisa menggarap berbagai peluang dari pohon yang diberkahi ini. Peluang untuk menghasilkan minyak makan yang baik, peluang mengembangkan obat halal nan murah dan nyunnah (mengikuti Sunah), peluang di industri minuman (pengganti teh !) dan industri makanan – karena zaitun inilah  satu-satunya penyedap makanan yang disebut di Al-Qur’an (QS 23:20).

Untuk implementasinya, agar rakyat yang berminat dapat terus menerus meng-update ilmunya dan sekaligus menangkap peluangnya, maka kita harus melakukannya secara berjama’ah, dengan apa yang saya sebut Zaitun Indonesia Incorporated.

Bahkan sebagaimana teh dan sawit kita yang mendunia, kita juga ingin suatu saat kelak dunia mengenal Zaitun Indonesia atau Indonesian Olive (Oliveina) – yang karena karakter tanah dan iklimnya yang unique, bisa jadi berbeda dengan Mediterranean  Olive – yang kini merajai dunia.

Lebih lanjut, zaitun ini baru titik awal dari proses industrialisasi tanaman-tanaman Al-Qur’an. Kita pilih zaitun dahulu sebagi pionirnya karena yang sudah ketemu pembiakannya secara massal, sudah ketemu pula industrinya yang bisa dibangun sejak awal – bahkan mulai saat ini yaitu industri bibitnya, menyusul industri berbasis daunnya insyaAllah dalam dua tahun kedepan, dan puncaknya nanti akan dimulai dalam 4-5 tahun kedepan ketika zaitun-zaitun tersebut mulai berbuah – insyaAllah.

Sumber: geraidinar.com

read more
Ragam

Bandung Kembangkan Pertanian Kota

Meski memiliki julukan kota kembang, dengan jumlah penduduk yang besar dan pembangunan yang pesat, Bandung tak lagi memiliki banyak lahan hijau.

Untuk itu, pemerintah setempat mengembangkan urban farming atau pertanian perkotaan mulai tahun ini, di mana para keluarga di setiap Rukun Warga atau RW wajib menanam berbagai tanaman produktif yang bernilai ekonomis bagi keluarga.

Tanaman produktif tersebut yaitu termasuk sayur-sayuran seperti tomat, cabe rawit, kangkung, bawang daun, dan caisim.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, Ely Wasliah mengatakan, program yang sepenuhnya diprakarsai oleh pemerintah kota Bandung tersebut akan menyasar seluruh warga. Pemerintah kota sendiri akan memberikan bantuan sarana seperti bibit, pupuk, dan pot-pot atau rak-rak tanaman, ujarnya.

“Dari urban farming ini karena nanti yang akan dikembangkan di sana itu di antaranya adalah komoditas sayuran, jadi kebutuhan pangan sayuran untuk rumah tangga tersebut dipasok dari lahan pekarangannya sendiri. Kami bantuannya nanti dalam bentuk barang, benih, pupuk, juga ada rak-rak vertikultur yang memang cocok dikembangkan di lahan pekarangan,” ujarnya.

Dalam program urban farming, masyarakat dapat bercocok tanam di pekarangan masing-masing dengan memanfaatkan lahan yang ada. Meski lahan yang dimiliki sempit, masyarakat bisa menanam tanaman dengan sistem vertical garden, atau menanam secara vertikal di dinding dengan menggunakan rak-rak tanaman yang disusun berderet.

“Kalau misalnya satu RW semuanya rumah ini mengembangkan urban farming, jadi lingkungan itu akan nyaman, asri, hijau, menambah kontribusi terhadap Ruang Terbuka Hijau, RTH dari privat. Kalau yang di jalan-jalan yang taman-taman kan fasilitasnya RTH umum, publik. Kalau kami RTH privat, RTH yang ada di masyarakat,” ujar Ely.

Jayadi, ketua RW di kawasan Margahayu Raya, Kota Bandung mengatakan, dengan program ini lingkungan warga menjadi semakin hijau dan asri. Warga pun dapat menikmati hasil cocok tanam mereka sendiri.

“Di taman, di halaman rumah masing-masing, di sekolah, dan di tempat olahraga lapangan voli. Lingkungan jadi hijau, bagus dipandang, ada hasilnya, kelihatannya juga indah,” ujarnya. Warga Kota Bandung pun menyambut baik program pertanian perkotaan ini.

“Untuk nambah-nambah oksigen lah, artinya lingkungan kan jadi tidak terlalu panas. Kalau tidak ada pohon kan kita kepanasan,” ujar seorang warga bernama Umi. Yang lain mengatakan program ini memudahkan mereka dalam memasak dan membuat lebih hemat.

“Satu hijau; kedua ada manfaatnya seperti tanaman (sayuran), setidaknya kita mengurangi beli di warung-warung,” ujar Eli.

Konsep urban farming telah ada di beberapa negara. Salah satunya di Montreal, Kanada, dengan nama Lufa Farm yaitu konsep pertanian perkotaan di atas atap atau rooftop farming.

Di Indonesia, konsep urban farming yang diwajibkan untuk seluruh warga baru ada pertama kali di Kota Bandung. Diharapkan konsep ini bisa menjadi budaya baru yang tak hanya bermanfaat secara ekologi tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan estetika.

Sumber: NGI/VOA Indonesia

read more
Sains

Matematika Hijau Pohon Berkah

Saya pernah menulis tentang ‘Mencari Berkah Yang Hilang’, yang antara lain menjelaskan berkah sebagai sesuatu yang mengandung kebaikan yang amat sangat banyak. Malam yang berkah nilainya sekitar 29,500 kali dari malam yang lain, shalat di Masjidil Haram di kota Mekah yang diberkahi – nilainya bahkan 100,000 kali dari sholat di tempat yang lain. Bayangkan bila kita bisa menghadirkan keberkahan itu ke sekitar kita, antara lain melalui pohon yang diberkahi.

Zaitun usia sekitar 1 tahun | Foto: geraidinar.com

Menggunakan analogi nilai malam Lailatul Qadar dan kota Mekah yang diberkahi tersebut, insyaAllah akan memudahkan kita untuk bisa memahami bagaimana pohon yang diberkahi – yaitu zaitun – itu bisa menjadi berkah yang amat sangat banyak, yang nilainya puluhan ribu sampai seratus ribu kali pohon yang lain.

Untuk bisa berbagi memahami bagaimana keberkahan pohon zaitun itu dapat kami jelaskan dengan apa yang terjadi di laboratorium pembenihan zaitun kami. Pohon zaitun yang berumur 1 tahun seperti pada gambar disamping, Alhamdulillah bisa dengan relative mudah menghasilkan 3 pohon zaitun baru dengan teknologi micro-cutting di salah satu cabang atau rantingnya. Teknik ini hanya memerlukan 4 sampai 6 ruas daun (sekitar 10 cm) cabang atau ranting untuk bisa menjadi bakal pohon baru.

Setelah tahun ini (pohon usia 1 tahun)  menghasilkan 3 pohon baru, tahun depan insyaAllah akan ada minimal 3 cabang yang bisa dipotong lagi masing-masing menjadi 3 bibit baru. Artinya pohon yang setahun sekarang, ketika usianya dua tahun dia bisa menghasilkan 9 pohon baru plus 3 dari tahun sebelumnya, begitu seterusnya.

Bibit Zaitun hasil Micro-Cutting | Foto: geraidinar.com

Dalam tujuh tahun sampai tahun 2020, satu pohon zaitun yang sekarang berumur satu tahun setelah beranak-pinak, insya Allah bisa menghasilkan sekitar 7 juta pohon. Ini dimungkinkan dengan teknik micro-cutting – yang hanya membutuhkan cabang/ranting kecil sepanjang sekitar 10 cm yang terdiri dari 4-6 ruas daun tersebut di atas.

Padahal sekarang di seluruh lab kami (3 lokasi) ada sekitar 1,000 pohon zaitun. Artinya dengan matematika yang saya tunjukkan di gambar di bawah, teoritis kita bisa menghasilkan 7 milyar pohon zaitun sampai tahun 2020.

Pekerjaan yang sangat besar dan berat yang tentu saja tidak akan kami lakukan sendiri. InsyaAllah pekerjaan besar tersebut akan kami share ilmunya dan bibitnya sehingga bisa dilakukan rame-rame oleh masyarakat luas.

Pekerjaan besar lainnya adalah menemukan lahan di mana menanam 7 milyar pohon tersebut nantinya. Diperlukan luasan lahan sekitar 43 juta hektar untuk menanam pohon sejumlah ini atau sekitar 5 kali luasan tanaman kelapa sawit yang ada di Indonesia saat ini.

Matematika Micro Cutting Zaitun
Tidak mungkinkah memperoleh luasan ini ? mungkin sih mungkin tetapi tentu tidak akan mudah karena 43 juta hektar lahan adalah setara kurang lebih 22 % dari luasan Indonesia. Bukan berarti kita akan menanami 22 % lahan Indonesia dengan zaitun, tetapi matematika ini untuk menunjukkan bahwa bahkan kalau kita mau memenuhi Indonesia dengan pohon zaitun-pun; benih yang sekarang ada sangat cukup untuk melakukannya.

Belanda hanya perlu membawa empat benih sawit untuk kemudian Indonesia menjad produsen sawit terbesar di dunia dalam beberapa ratus tahun kemudian. Yang kita miliki kini bukan hanya empat benih, tetapi seribu benih – yang penggandaannya dengan micro-cutting bisa jauh lebih cepat ketimbang penggandaan sawit.

Artinya secara matematis-pun menjadi sangat mungkin untuk menanam zaitun dengan cara yang se masif penanaman sawit. Lebih dari itu zaitun adalah pohon yang diberkahi yang kabarnya langsung datang dari Yang Maha Tahu.

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS 24:35)

Maka bila diperlukan ratusan tahun untuk menjadikan Indonesia produsen sawit terbesar di dunia, hanya perlu waktu sekitar 10 tahun bagi Indonesia untuk menyamai produksi minyak zaitunnya sama besar dengan produksi minyak sawit sekarang. Data produksi minyak tersebut di atas hanya sampai tahun 2020 ketika mayoritas pohon belum berbuah, semua  pohon insyaAllah akan berbuah dalam empat tahun kemudian atau tahun 2023 – yaitu saat zaitun bisa menggantikan sawit kita sekarang.  Inilah barangkali bentuk keberkahan yang seharusnya bisa kita raih itu.

Zaitun  tidak memerlukan pabrik untuk membuat minyaknya, artinya masyarakat bisa lebih mudah di-encourage untuk menanamnya dan mengolahnya sendiri. Jadi keberkahan itu bener-bener menjadi hak semua orang.

Bahwa zaitun adalah pohon yang banyak berkahnya – itu sudah pasti benarnya karena Allah sendiri yang mengabarkannya, matematika di atas hanya alat bantu kita untuk memahami bagaimana keberkahan yang sangat banyak itu bisa kita hadirkan di sekitar kita.

Sumber: geraidinar.com

read more