close

limbah

Kebijakan Lingkungan

Belajar Mengelola Sampah dari Surabaya

Kota Surabaya di Jawa Timur dipilih menjadi tuan rumah Hari Peduli Sampah 2014. Di antara alasannya, Kota Surabaya dinilai berhasil mengelola sampah. Bagaimana cara kota ini mengelola sampahnya?

Menurut Wali Kota Tri Rismaharini, Surabaya menghasilkan rata-rata 1.200 ton sampah per hari. Sampah tersebut tidak dibuang, tetapi dimanfaatkan kembali.

Pemanfaatan kembali itu berupa pengolahan sampah menjadi kompos untuk tanaman di taman kota, untuk bahan pembangkit listrik, dan sebagian lagi direproduksi menjadi bahan yang bernilai ekonomis.

“Kami mau bangun tempat pengolah kompos dan tempat khusus pengolah sampah menjadi bahan pembangkit listrik berkapasitas 40.000 watt di tiga kecamatan,” kata Risma seusai acara Deklarasi Menuju Indonesia Bersih 2020 di halaman Balaikota Surabaya, Senin (24/2).

Konsep pemanfaatan sampah sebagai bahan pembangkit listrik sebelumnya juga sudah ada di tempat pembuangan akhir (TPA) di Kecamatan Keputih. “Bahkan di sana kapasitasnya sudah 60.000 kilowatt,” tambahnya.

Risma mengaku bersyukur bahwa warga kota sudah mulai berpikir memanfaatkan sampah menjadi bahan yang bernilai ekonomis, baik oleh lembaga maupun perorangan. Pemerintah Kota Surabaya juga melatih banyak fasilitator lingkungan, mulai dari ibu-ibu rumah tangga sampai kalangan pelajar.

Selain itu, kerap pula digelar lomba kebersihan di kampung-kampung yang memicu masyarakat peduli terhadap lingkungan. “Prinsipnya, semakin sedikit sampah dibuang ke TPA, semakin baik,” pesan Risma.

Sumber: NGI/Kompas.com

read more
Green Style

Menteri LH Canangkan 2020, Indonesia Bebas Sampah

Enam tahun mendatang, pemerintah menargetkan Indonesia bersih dari sampah. Target tersebut seiring kampanye pembudayaan kegiatan “Reduce, Reuse, dan Recycle” sampah (3R) kepada seluruh lapisan masyarakat.

Komitmen tersebut ditegaskan dalam “Deklarasi Menuju Indonesia Bersih 2020” yang digelar di Taman Surya depan Balaikota Surabaya, Senin (24/2/2014).

Hadir dalam deklarasi nasional tersebut Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, sejumlah lembaga terkait, dan perwakilan daerah serta provinsi seluruh Indonesia.

Menurut Balthasar, pertambahan penduduk Indonesia pada 2025 akan mencapai 270 juta dari total 237 juta saat ini. Dengan jumlah penduduk itu, diperkirakan akan dihasilkan 130 ribu ton sampah per hari.

“Saat ini sampah masih dianggap penyebab polusi, padahal dapat direproduksi untuk bahan energi,” katanya.

Pemerintah sendiri untuk mendukung kegiatan 3R tersebut sudah mengembangkan sejumlah proyek percontohan 3R di sejumlah provinsi. Sejak 2010, melalui Kementerian Pekerjaan Umum, sudah dibangun 336 fasilitas 3R.

“Namun upaya tersebut tidak akan optimal tanpa dukungan semua elemen masyarakat dalam membudayakan 3R,” tambahnya.

Poin deklarasi antara lain menurunkan timbunan sampah dengan target sampah terolah 3R minimal 20 persen pada 2019, menurunkan emisi gas rumah kaca dari sektor sampah sebesar 6 persen pada 2020, dan mengubah cara pandang masyarakat bahwa sampah adalah bahan berguna dan bermanfaat.

Surabaya ditunjuk sebagai tuan rumah Hari Peduli Sampah karena dinilai memiliki kelebihan dalam hal penanganan masalah sampah, serta sebagai kota yang memiliki komitmen program ramah lingkungan.

Sumber: kompas

read more
Ragam

Misteri Air Sungai Mendadak Merah Terungkap

Hasil penyelidikan Polresta Kota Bontang akhirnya menguak bahwa merahnya air sungai di sekitar Tanjung Laut, Kota Bontang, berasal dari limbah pencucian drum bekas pewarna pupuk.

Kapolres AKBP Heri Sasangka mengungkapkan, pihaknya sudah memeriksa tiga saksi, masing-masing berinisial SS, A, dan S. Dari keterangan ketiganya, drum-drum yang mereka cuci tersebut dibeli dari Pos 7 dekat wilayah PT Pupuk Kaltim dengan tujuan untuk wadah buah naga. Saat dicuci, masih ada sisa-sisa bahan pewarna sehingga pada saat dibuang ke sungai, air langsung ikut berubah warna.

“Sudah diamankan lima drum berukuran 200 liter. Ketiga pelaku tersebut masih saksi sehingga tidak ditahan dan saat ini sudah dipulangkan ke rumahnya,” ujarnya, Rabu (12/2/2014).

Meski demikian, Polresta telah mengirimkan sampel air sungai ke laboratorium. Kemungkinan hasil dari laboraturium akan diterima sampai dua atau tiga hari ke depan. “Jika dari hasil tersebut ternyata limbah yang dibuang tersebut berbahaya atau mengandung B3, maka kasus ini akan kami lanjutkan ke penyidikan. Namun, mudah-mudahan saja bukan bahan berbahaya,” lanjutnya.

Sementara itu, warga sekitar Tanjung Laut masih gempar dengan berubahnya air sungai menjadi merah. Meski pada Rabu siang (12/2/2014) tadi kondisi air sungai sudah surut, warga terus menelusuri asal mula warna merah itu.

“Kita tahunya perusahaan besar yang menjual pupuk, ya cuma Pupuk Kaltim. Kok aneh ya, seharusnya drum bekas pewarna itu tidak boleh dijual sembarangan, tapi kenapa warga bisa mendapatkan dengan mudah. Sama saja membuang limbah kan,” tanya Mahfud, salah satu nelayan yang bermukim di Tanjung Laut, Bontang.

Sumber: kompas.com

read more
Sains

Ini Cara Jernihkan Air Kotor tanpa Zat Kimia

Intensitas hujan di awal tahun ini memicu banjir di beberapa wilayah terutama di Jakarta. Kebutuhan air bersih makin meningkat. Menurut Tutor Mobil Hijau Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), Findryaningsih Fiona secara fisik air bersih haruslah jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau.

“Secara kimiawi kualitas air yang baik adalah bila memiliki keasaman (pH) netral serta tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun. Air sebaiknya tidak mengandung bakteri penyebab penyakiy (patogen) dan bakteri nonpatogen,” kata Fidry, Selasa (28/1/2014).

Menurut Fidry ada cara sederhana untuk membuat air menjadi jernih tanpa kimia, “Ada caranya. Mudah kok cukup dengan media penyaring seperti pasir, arang batok dan lain-lainnya,” kata Fidry.

Berikut cara sederhana menjernihkan air :

Media Penyaring
1. Pasir
“Digunakan untuk menyaring padatan. Ukuran pasir yang digunakan biasanya 0,2 – 0,8 mm. Jika sudah keruh, pasir dibersihkan,” kata Fidry.

2. Arang Batok
“Berguna untuk mengurangi warna dan bau. Ukurannya berdiameter 0,1 mm atau berbentuk bubuk. Jika air yang disaring sudah tidak jernih lagi arang batok harus diganti,” ujarnya.

3. Penyaring Lainnya
“Antara lain adalah kerikil, ijuk dan batu. Kapur, tawas dan kaporit disebut sebagai penggumpal koagulan yang membantu menggumpalkan kimia pencemar menjadi endapan,” kata Fidry.

Menjernihkan air kotor tanpa zat kimia, begini caranya :

1. Lumpang Batu
Letakan lumpang batu di dasar sungai dangkal yang kokoh dan tidak beraliran keras. Air sungai akan tersaring karena pori-pori lumpang batu sangat kecil.

Untuk mencegah air sungai yang kotor masuk ke dalam air jernih di dalam lumpang perlu dibuat tutup lumpang. Menjernihkan air sungai dengan mudah buatlah lumpang batu dengan batu cadas yang dibentuk seperti mangkok.

2. Arang Batok
Bak penyaringan dibuat sesuai kebutuhan. Letakan pipa bambu yang kulit luarnya dikupas sehingga terlihat bagian dalamnya di dasar bak.

Masukan arang batok, ait kotit diharapkan tersaring pada pipa bambu dan atang batok sehingga keluarlah air bersih.

Cara ini memerlukan dua drum berukuran sama yang dilengkapi keran air. Tinggi keran air dari dasar drum kurang lebih 5 sampai 10 cm (harus lebih tinggi dari endapan lumpur yang akan timbul).

Drum pertama berfungsi sebagai bak pengendap dan drum kedua sebagai bak penyaring.

Sumber: liputan6

read more
Kebijakan Lingkungan

Ghana Sebagai Tempat Sampah Elektronik Dunia

Asap hitam beracun membuat langit di atas Agbogbloshie terlihat kelam. Tujuan terakhir sampah elektronik yang dikirim dari seluruh dunia. Sekitar 50.000 orang, termasuk anak-anak, tinggal di pinggiran kota Accra ini – di salah satu tempat pembuangan sampah elektronik terbesar di dunia.

Berton-ton alat elektronik kuno dibakar di alam terbuka, menyebabkan kulit siapapun yang melintas terasa terbakar dan gatal. Bahkan ada rasa seperti logam dalam mulut, dan kepala berdenyut-denyut.

Kabel dan papan sirkuit dibakar demi mendapatkan emasnya orang miskin: tembaga, aluminium, timbal – bahan mentah yang berharga bagi industri.

Mengorbankan kesehatan
Badugu berusia 25 tahun. Ia tidak tahu sudah berapa lama mengumpulkan gulungan tembaga dan pelat logam dari radio-radio tua. Ia hanya tahu dirinya tak punya pilihan – ini caranya bertahan hidup.

“Saya butuh uang, itulah kenapa saya kerja seperti ini,” katanya. Ia menjelaskan, tubuhnya “bermasalah di bagian dalam” karena menghirup asap beracun.

Tak jauh dari Badugu, sekelompok anak-anak sibuk memereteli televisi-televisi tua. Mereka kemudian menjual hasil memulung kepada pedagang logam. Pemasukan mereka hanya beberapa sen Euro.

Memakai sendal plastik dan kaos compang-camping, Peter berdiri di atas pecahan kaca, kulkas tua, mesin fotokopi dan aki mobil yang menggunung. Kaki dan tangannya penuh luka akibat pecahan kaca dan potongan logam yang tajam.

“Kepala saya sakit,” ucapnya, menjelaskan pusingnya yang tak pernah hilang. Banyak anak-anak juga punya masalah pernafasan, dan batuk darah, kata Peter, yang punya masalah mata.

Sampah elektronik dari Eropa
Anak-anak yang tinggal dan bekerja di sini punya beragam penyakit – mulai dari penyakit ginjal, kerusakan hati, hingga masalah organ tubuh lainnya.

Aktivis lingkungan Ghana, Mike Anane, menilai penyakit pada anak-anak “akibat terpapar sampah elektronik dari negara-negara maju.”

Anane bertahun-tahun mengumpulkan bukti bagaimana negara-negara barat membuang sampah elektronik di Afrika. “Dari Jerman, Denmark, Cina – komputer, televisi, sampah elektronik. Ini menjadi tempat peristirahatan terakhir!” serunya. Sampah elektronik merusak lingkungan – dan membuat orang sakit, lanjutnya.

“Dulu sampah elektronik juga dibuang di Nigeria. Sampah elektronik tampaknya pergi ke negara yang ekonominya sedang booming, yang perdagangannya sedang meningkat,” ucap Anane. Sampah elektronik datang bersama perdagangan internasional Ghana. “Sangat mudah bagi organisasi kriminal untuk terlibat dalam aktivitas seperti ini, menyelundupkan kontainer melewati pelabuhan Ghana,” tudingnya.

Konvensi Basel, yang ditandatangani 170 negara, melarang ekspor sampah teknologi dari Eropa. Tetap saja, sekitar 500 kontainer berisi alat elektronik tua mendarat di Agbogbloshie setiap bulan. Mereka dinyatakan sebagai barang bekas, sehingga dianggap legal. Sejumlah eksportir bahkan percaya mereka membantu warga Afrika, ujar Anane.

“Tapi jelas tidak mungkin Ghana dapat mendaur ulang secara benar semua sampah elektronik beracun ini,” tegasnya.

Menjajakan alat elektronik tua
Di permukiman sekitar tempat pembuangan sampah, toko-toko berjamuran untuk menjual alat elektronik. Rockson menjual segalanya: onderdil AC tua, aki mobil, microwave. Yang paling laku terjual adalah televisi layar datar, ungkapnya, harganya 200 cedi – sekitar 100 Euro. Kebanyakan dagangannya datang dari Italia.

“Bisnis yang bagus – kami punya banyak konsumen,” tutur Rockson. Orang Ghana percaya pada merek-merek asli, bukan tiruan Cina yang lebih murah, tambahnya.

Ada juga barang-barang dari Jerman. “Ya kualitasnya sangat sangat bagus, konsumen saya suka,” ujarnya.

Rockson mengaku tidak semua dagangannya masih berfungsi baik. “Kami membeli grosir, dan tidak kami tes dulu,” katanya. Banyak dagangannya yang sudah berusia 10-20 tahun.

Tidak lagi ‘meniru burung unta’
Anane ingin negara-negara Eropa untuk berhenti membuang sampah elektronik di Afrika dan mengatasi masalah yang mereka perbuat.

“Negara-negara industri, Uni Eropa, tidak bisa terus-terusan membenamkan kepala di dalam tanah,” kata Anane. Mereka tahu sampah elektronik dikirim ke sini, dan mereka harus berbuat sesuatu, pikirnya.[]

Sumber: dw.de

read more
Ragam

Warning! Calang Tercemar Merkuri

Penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya dengan mengambil sampel air dan tanah di beberapa titik dalam kota Calang menyimpulkan telah terjadi pencemaran merkuri (Hg). Hasil ini kemudian dikonfirmasi kembali selang dua bulan kemudian oleh Laboratorium BTKL PP Kelas I Medan dengan hasil yang hampir sama. Penelitian yang serupa dilakukan oleh mahasiswa pasca Sarjana Unsyiah beberapa tahun lalu di Sungai Kr. Sabee juga menyatakan sungai tersebut telah tercemar limbah merkuri.

Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Kabupaten Aceh Jaya, Dahnial SKM yang ditemui beberapa waktu lalu menjelaskan bahwa titik-titik yang menjadi pengambilan sampel merupakan lokasi yang berdekatan dengan tempat pengolahan emas.

“ Sampel kami sebanyak seratus unit, di tiga kecamatan yaitu kecamatan Krueng Sabee, Panga dan Sampoiniet, sebanyak 54 sampel tanah atau 54 persen tercemar merkuri. Sedangkan sampel air sebanyak 79 persennya tercemar,” kata Dahnial.

Pengambilan sampel sendiri dilakukan pada bulan Juli 2012 oleh Dinas Kesehatan setempat dan sampel diperiksa di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Aceh di Banda Aceh.

Kandungan merkuri dalam baku mutu yang diperbolehkan sesuai dengan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Baku Mutu Kualitas Air Bersih adalah sebesar 0,001 mg/l. Ternyata 79 persen sampel air yang diambil mengandung merkuri diatas ketentuan tersebut, berkisar antara 0,002 – 0,01 mg/l.

Ketika ditanyakan, apa yang dilakukan Pemkab Aceh Jaya sehubungan dengan fakta ini, Dahnial menjawab bahwa saat ini sedang disusun qanun (perda) yang mengatur tentang pemakaian merkuri. “ Tapi saya tidak tahu sudah sampai dimana rancangan Qanun ini,” kata Dahnial.

Dahnial menjelaskan, selang dua bulan dari penelitian Dinkes Aceh Jaya, BTKL PP Kelas I Medan juga melakukan penelitian yang sama dan mendapati hasil yang tidak jauh berbeda. “ Mereka melakukan penelitian sekitar bulan Oktober 2012,” ujar Dahnial.

Sampel diambil pada lokasi yang berdekatan dengan tempat gelondongan pengolahan atau ekstraksi emas. Di Calang sendiri sejak beberapa tahun lalu marak penambangan emas liar. Salah satu lokasi tambang yang sangat populer adalah Gunong Ujeun (Gunung Hujan-red) yang mengundang ribuan orang termasuk dari Pulau Jawa untuk mengadu nasib di perut bumi. Daerah Aceh Jaya sendiri termasuk dalam suatu kawasan hutan luas yang dikenal dengan nama Ulu Masen.

Penambangan liar ini secara langsung memicu penggunaan merkuri besar-besaran untuk memurnikan emas dari material lain. Limbah merkuri yang dihasilkan dibuang begitu saja ke lingkungan sekitar tanpa melalui pengolahan. Limbah dibuang ke tanah dan ke aliran sungai yang berbahaya bagi makhluk hidup. Selain itu penambangan liar menghancurkan hutan Ulu Masen.

Beberapa tahun lalu, seorang mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Konservasi Sumber Daya Lahan Universitas Syiah Kuala yang bernama Iwandikasyah juga melakukan penelitian kandungan merkuri di daerah aliran sungai (DAS) Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya. Ia meneliti dampak limbah merkuri akibat aktivitas penambangan secara tradisionil dan semi modern.

Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa merkuri pada sedimen (hulu, median, dan hilir) di aliran Krueng Sabee berbahaya dan nilainya di atas ambang batas sebagaimana ditetapkan dalam Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Baku Mutu Kualitas Air Bersih sebesar 0,001 mg/l.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi kandungan merkuri pada biota di daerah hulu, median, dan hilir di aliran Krueng Sabee berbahaya dan nilainya di atas ambang batas. Menurut Iwandikasyah, bila kondisi ini terus dibiarkan, akan berdampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan warga yang menetap di daerah aliran sungai tersebut.

Iwandikasyah memperkirakan estimasi penggunaan merkuri perharinya mencapai 3 kg/hari/unit (0,75 kg x 4 penggilingan/hari). Jumlah kilang yang beroperasi lebih kurang 100 unit, maka pemakaian merkuri perharinya mencapai 300 kg/hari, 70 % terjadi penyusutan dan 30 % hilang terbawa air (terbuang dalam bentuk limbah), sehingga yang beredar di lingkungan masyarakat adalah 90 kg/hari. “Sehingga saya menyimpulkan bahwa limbah yang terdibuang bersama air ke aliran sungai Krueng Sabee di perkirakan sebesar 32.400 kg/tahun atau sekitar 32,4 ton/tahun,” jelasnya.[]

read more
Kebijakan Lingkungan

Cina di Persimpangan: Pertumbuhan Ekonomi dan Lingkungan

Tiga puluh lima tahun yang lalu, sebuah sidang pleno Partai Komunis China memprakarsai reformasi struktural yang mendorong perekonomian negara berorientasi eskpor, mengubah China menjadi kekuatan dagang baru dunia dan munculnya berbagai persoalan lingkungan.

Sekarang, sebuah pleno kunci lain berakhir minggu ini di Beijing, Presiden baru China, Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang menemukan negara mereka di persimpangan yang kritis . Ekonomi melambat dan China menghadapi banyak konsekuensi hasil ekspansi ekonomi tiga dekade dengan sedikit perhatian untuk biaya ekologi dan sosial.

Dampak dari reformasi China muncul dan jelas apakah reformasi ini akan melakukan sesuatu yang signifikan untuk mengatasi masalah lingkungan yang parah di negara itu – mulai dari udara busuk, pasokan air yang tercemar dan makanan tercemar .

Satu hal yang pasti kepemimpinan China sekarang menghadapi tekanan publik untuk melakukan sesuatu tentang lingkungan. Penduduk Cina kini mencapai 1,35 miliar orang – kelas menengah berkembang pesat – sudah muak dengan kelambanan pemerintah pada isu-isu lingkungan. Januari lalu, kemarahan warga atas kualitas udara kotor Beijing memaksa pemerintah pusat untuk bertindak dan sejak saat itu diambil langkah-langkah menggantikan sebagai sumber energi di kota-kota besar dan mengurangi jumlah mobil baru di Beijing dan wilayah metropolitan lainnya.

Musim panas ini, Departemen Perlindungan Lingkungan merilis hasil penelitian kualitas udara dari 74 kota menunjukkan bahwa daerah-daerah perkotaan memiliki tingkat polusi yang berbahaya. Beberapa minggu yang lalu kota Harbin, dengan populasi 11 juta, terpaksa ditutup karena polusi udara yang menyisakan pandangan mata hingga beberapa meter saja. Transportasi dihentikan, sekolah ditutup dan warga China bertanya-tanya apakah lebih ini akan mendefinisikan Cina pada abad ke-21.

Dua hal yang pasti : Tidak seperti tahun 1978, ketika semua yang penting adalah ekonomi, saat ini reformasi ekonomi, ekologi dan sosial saling mencari perhatian. Kepemimpinan Xi dan Li mengharapkan hasil besar pada tahun 2020. Pertanyaannya adalah, dapat mereka menetapkan agenda yang menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan kebutuhan untuk memperbaiki lingkungan yang hancur negara itu ?

Masalah lingkungan China pasti tidak akan pulih segera. Meskipun negara telah menghabiskan lebih banyak uang daripada negara manapun di tanah air dan pemulihan lingkungan, hanya sekitar 11 persen dari hutan China memiliki fungsi ekologis yang sehat. The Chinese Academy of Sciences melaporkan bahwa 43 persen dari air permukaan terlalu tercemar untuk digunakan dan 57 persen air tanah perkotaan – sumber utama air minum bagi ratusan juta orang – juga tercemar. Polusi tanah begitu luas sementara pemerintah menganggap hal itu adalah rahasia negara.

Swasembada pangan, tradisi budaya di Cina, tidak lagi memegang peranan dalam supply-demand, negara akan mengimpor sejumlah gandum pada 2013-2014 . Jumlah permintaan energi di Cina terus meroket . Batubara – sumber polusi udara di negara itu – tetap penting , selama dua dekade berikutnya, diproyeksikan akan meningkat sebesar 70 persen dari level saat ini.

Semua masalah ini terkait dengan transformasi perkotaan China yang sedang berlangsung . Dalam 17 tahun ke depan , diperkirakan 300-400 juta orang diproyeksikan pindah dari pedesaan ke kota-kota. Tetapi tidak ada aturan di tingkat nasional yang mengatur urbanisasi ini. Menjamurnya kota-kota besar di China memberikan contoh yang paling jelas tentang bagaimana sistem ekologi dan sosial terhubung.

Fakta bahwa makanan, energi, air dan urbanisasi merupakan pekerjaan rumah China mendatang, bersamaan menciptakan tantangan besar bagi kepemimpinan baru negara itu. Bagaimanapun langkah ke depan dan Xi dan Li telah mengambil langkah pertama turun dengan membuat pernyataan yang kuat dalam mendukung reformasi lingkungan dan sosial. Seperti Amerika Serikat, sistem politik China berkembang bukan pada revolusi tetapi pada perubahan inkremental.

Xi dan Li telah memutuskan untuk meningkatkan pendanaan guna melawan degradasi ekosistem. Yang juga dibutuhkan adalah komitmen untuk menggunakan ilmu pengetahuan untuk memantau upaya ini. Implementasi kuat undang-undang perlindungan lingkungan China juga penting.Selain itu, pemerintah harus mengganti target kampanye lingkungan kuantitas berorientasi dengan menekankan ekosistem yang sehat.

Sejauh ini di Cina, pemerintah tidak pernah mengizinkan harga pasar energi dan air. Tapi sebagai bagian dari Pleno Ketiga efisiensi pasar, ada perubahan dalam kebijakan harga energi untuk masa mendatang. Apa yang dibutuhkan ? Mengikat reformasi harga aturan baru yang menyebarluaskan insentif bagi pejabat pemerintah yang memenuhi energi dan target efisiensi penyaluran air dan memperkuat pelaksanaan green code bangunan perkotaan yang sudah ada. China juga harus merangkul pergeseran paradigma dalam kebijakan air dari fokus pada solusi engineering, seperti proyek kanal dan bendungan besar , dengan pendekatan berbasis ekosistem yang mendorong koordinasi antara lembaga-lembaga pemerintah .

China telah membuktikan bahwa membangun kekuatan ekonomi dan menarik ratusan juta orang keluar dari kemiskinan. Sekarang muncul tantangan besar – membangun sebuah negara yang adaptif dalam kondisi abad ke-21 dengan sumber daya berkurang, ketimpangan sosial yang lebih besar dan ketidakpastian iklim. Tugas-tugas yang menakutkan : China harus mengendalikan pertumbuhan ekonomi, merubah kebijakan lingkungan untuk membalikkan dekade penurunan , dan menghidupkan kembali kontrak sosial warga dalam menghadapi urbanisasi belum pernah terjadi sebelumnya.

Sumber: e360.yale.edu

read more
Ragam

Rio Tinto : Perusahaan Tambang Paling Bahaya di Dunia

Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) dan Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Tambang dan Lingkungan (LKMTL) Kutai Barat mendesak Pemerintah Indonesia menunda dan tidak tergesa-gesa menandatangani nota penutupan tambang dan serah terima Kawasan Pinjam Pakai seluas 6.750 Ha dari PT. Kelian Equatorial Mining (KEM) milik Rio Tinto. Nota tersebut akan memindahkan beban tanggung jawab mengurus 77 juta ton tailing di dam Namuk, pelanggaran HAM serta kerusakan lingkungan dan sosial yang belum juga dipulihkan dari PT. KEM/Rio Tinto ke Pemerintah Indonesia.

PT KEM milik Rio Tinto, perusahaan tambang mineral dan batubara terbesar di dunia asal Inggris, beroperasi sejak 1992 hingga 2004. Pertambangan ini menghasilkan 14 ton emas serta 13 ton perak setiap tahunnya. Sejak mulai eksplorasi terjadi rentetan kasus pelanggaran HAM, mulai perampasan tanah masyarakat adat dayak, serta pertambangan rakyat, kekerasan hingga kejahatan seksual Perhadap perempuan, kematian Edward Tarung di Tahanan Polres Kutai Kertanagara.

Masalah-masalah serius yang ditinggalkan Rio Tinto, Pertama, dua dam berisi 80 juta ton limbah tailing di dam Nakan dan Namuk, berada di hulu Sungai Kelian dan Sungai Nyuatan yang mengalir hingga Sungai Mahakam. Jelas ini bom waktu yang akan meneror Mahakam dan warga Kutai Barat.; Kedua, kasus kejahatan seksual terhadap puluhan perempuan Kelian oleh karyawan PT KEM sampai hari ini tidak jelas nasibnya.

Kasus itu seolah dicuci lewat pemberian uang pengganti ‘malu’, tidak menggoreskan nota predikat kejahatan Rio Tinto sebagai pemilik 80 persen saham dalam PT KEM. Bahkan salah satu pelakunya, Ismail Thomas, kini menjabat sebagai Bupati Kutai Barat;

Ketiga, jaringan listrik yang dijanjikan tidak kunjung terwujud, bahkan di Kampung Tutung dan Kelian Dalam masyarakat hanya mengandalkan Genset. Ditambah lagi kehidupan ekonomi masyarakat yang tidak menentu memaksa mereka masuk ke kawasan bekas tambang PT. KEM untuk mendulang emas secara tradisional. Ini lah yang memicu bentrok masyarakat dengan aparat keamanan, yang berujung dengan penembakan salah satu warga pada 2008;

Keempat, Pengelolaan dana abadi sebesar USD 11,2 juta seperti yang tertuang dalam Komunike KPPT No 5 27 Februari – 1 Maret 2002, sama sekali tidak transparan. Dana abadi yang tersimpan di bank HSBC Singapura tersebut bunganya dikelola oleh PT. Hutan Lindung Kelian Lestari (HLKL), sebuah badan hukum bentukan PT. KEM untuk melaksanakan reklamasi dan reboisasi kawasan pinjam pakai tersebut.

Oleh karena itu, JATAM dan LKMTL dengan tegas menuntut kepada Pemerintah Indonesia untuk menunda penandatanganan dan serah terima Kawasan Pinjam Pakai hingga PT. KEM menyelesaikan semua tanggung jawabnya dan memulihkan hak masyarakat Lingkar tambang.

Mengapa publik perlu mengetahui seluruh cerita pemburukan kehidupan sosial ekologi masyarakat Kelian?

Karena Rio Tinto hingga saat ini masih tetap dengan leluasa membuka dan merencanakan lokasi-lokasi tambang baru di Indonesia dengan berbagai macam wajah. Pada tanggal 13 Desember 2012, Menteri ESDM Jero Wacik menandatangani Kepmen No 3323 K/30/MEM 2012 tentang penciutan IUP Eksplorasi PT Sulawesi Cahaya Mineral yang semula seluas 50.700 (lima puluh ribu tujuh ratus) hektar (luas wilayah semula) dikurangi 6.633 Hektar menjadi 44.067  Hektar.

Lokasi tambang ini berada di dua Kabupaten dan Provinsi, yakni Morowali Sulawesi Tengah dan Konawe Utara Sulawesi Tenggara. Sudah sepatutnya Rio Tinto dihukum sebagai perusahaan paling berbahaya di dunia, atas kejahatan mereka di masa lalu. Agar tidak leluasa menciptakan ketidakadilan di bumi Sulawesi.

Sumber: jatam.org

read more
1 2 3 4 5
Page 3 of 5