close

pemanasan global

Perubahan Iklim

Pulau-pulau Kecil Indonesia Terancam Tenggelam

Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) mengatakan, keberadaan pulau-pulau kecil di Indonesia yang kaya potensi terancam perubahan iklim dan pemanfaatan yang merusak.

“Pemanasan global yang mengakibatkan cairnya es di kutub dan akhirnya membuat muka laut menjadi lebih tinggi dapat menenggelamkan pulau-pulau kecil di Indonesia,” kata Program Officer Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Yayasan Kehati Basuki Rahmad di Jakarta, Kamis (22/5).

Seperti diberitakan Antara, pemanasan global juga memberi dampak pada kerusakan terumbu karang yang sangat rentan pada perubahan suhu di laut.

Kondisi itu, katanya, diperburuk dengan kerusakan yang diakibatkan kegiatan manusia. Padahal proses pertumbuhan terumbu karang rata-rata satu sentimeter untuk setiap tahunnya. Jika kerusakan menimpa lima meter terumbu karang, maka pemulihannya bisa mencapai waktu 500 tahun.

Terumbu karang merupakan organisme yang sangat penting bagi pulau-pulau kecil sebagai benteng bagi pantai atau pulau dari gerusan arus laut. Jika tidak ada karang yang melindungi maka pengikisan pantai akan semakin cepat terjadi.

Selain itu, rusak atau hilangnya terumbu karang juga mempengaruhi produksi perikanan, sebab ikan melakukan pemijahan (mencampur jantan dan betina) di sekitar karang. Tanpa adanya karang, ikan-ikan ini akan pergi dan sulit untuk ditangkap.

Ancaman lain dari kegiatan manusia di antaranya reklamasi pantai serta berubahnya muka tanah di pulau-pulau kecil karena perkebunan dan pertambangan.

Selain itu, kata Basuki Rahmad, pulau-pulau kecil yang tersebar di seluruh Indonesia juga memiliki isu serius dari sisi kedaulatan negara. Masih banyak pulau-pulau berpenghuni yang belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.

“Mereka merasa diambil sumberdayanya akan tetapi tidak mendapatkan imbal balik yang setimpal. Kekecewaan seperti ini tentunya mengancam kesatuan negara ini,” kata Basuki.

Bertepatan dengan Hari Keanekaragaman Hayati Dunia, 22 Mei 2014, Yayasan Kehati mengajak masyarakat Indonesia untuk peduli pada pulau-pulau kecil sesuai dengan tema tahun ini “island biodiversity”.

Sumber: merdeka.com

read more
Tajuk Lingkungan

“An Inconvenient Truth”, Arti Sebuah Kebenaran dan Kesadaran

“Ada begitu banyak hal selain teroris dan masalah politik lainnya  yang layak mendapatkan perhatian kita di dunia“

Ini adalah kata-kata yang di ucapkan Al Gore, tokoh utama dalam sebuah film dokumenter yang mengangkat tema isu lingkungan global saat ini. An Inconvenient Truth adalah judul yang dipilih untuk film ini, film yan telah memenangkan penghargaan bergengsi di dunia film yaitu  Piala Oscar pada tahun 2007 dalam kategori “Best Documentary” dan “Best Original Song”.

Film ini sarat akan moral dan sindiran sosial atas ketidak pedulian kita terhadap lingkungan dan tentang isu – isu Pemanasan Global. Kita cenderung lebih melihat terhadap masalah-masalah lain yang lebih kepada kepopuleran dan bersifat non-ilmiah. Film ini juga menggambarkan bagaimana keadaan sebenarnya bumi kita yang sedang mengalami ancaman yang cukup serius apabila kita tidak segera bertindak. Membosankan?

Topik ilmiah seperti pemanasan global adalah topik yang membosankan bagi kebanyakan orang, tetapi berbeda jika dibawakan oleh seorang Al Gore. Harus diakui Al Gore memiliki kemampuan mempresentasikan sesuatu dengan baik. Ia mampu menampilkan ekspresi wajah dan gesture yang sangat baik. Ini membantunya dalam menggunakan humor dalam presentasi. Kita bisa melihat mimik wajah yang menunjukkan rasa kaget, keheranan, sedih dan berbagai ekspresi lainnya ketika dia menjelaskan presentasinya. Al Gore mampu menyajikan topik ini dengan sangat baik sehingga mudah dicerna oleh orang awam.

Albert Arnold Gore Jr, atau akrab disebut Al Gore, seorang senator di Amerika dan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat di era 1993 hingga 2001, dianggap politisi pertama yang mengangkat bahaya dari emisi karbon dioksida sebagai penyebab meningkatnya pemanasan global. Pemanasan Global adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca yang menyelimuti bumi dan memerangkap panas.

Secara sederhana Al Gore menjelaskan dalam presentasinya bahwa, sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Sebagaimana didalam presentasi tersebut, sinar tampak adalah gelombang pendek, setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar inframerah), yang kita rasakan. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya.

Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal. Inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi, maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu sangat berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.

Al Gore memberi contoh misalnya gletser yang mencair di berbagai tempat di dunia, badai Katrina, rata-rata suhu yang panas di berbagai kota di dunia, bencana kekeringan, penipisan es di Artik, serta luas daratan yang berkurang jika es di Antartika atau Greenland mencair.

Dalam beberapa kesempatan, Al Gore juga menceritakan kehidupan pribadinya, bagaimana hal-hal yang terjadi pada kehidupannya membuat beliau menjadi seorang pejuang lingkungan. Pertama kali Al Gore mengetahui pemanasan global adalah dari Roger Revelle, dosennya sewaktu kuliah dan salah satu orang yang pertama kali mempelajari pemanasan global. Al Gore juga menceritakan rasa frustasinya ketika menghadapi senat Amerika Serikat, sebelumnya dia yakin jika kongres akan sama-sama terkejut jika mengetahui fakta pemanasan global, tetapi kenyataannya tidak sama sekali.

Dan setelah kekalahan tipisnya dari George W. Bush pada pemilu Amerika Serikat,Al Gore memilih untuk pergi dari kota ke kota untuk membicarakan isu lingkungan.

Amerika Serikat, negara maju yang menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia (30,3% dari seluruh negara dunia) ternyata memang menjadi negara yang paling ‘keras kepala’ untuk mendukung gerakan penyelamatan lingkungan ini.  Al Gore menyebutkan bahwa Amerika Serikat sudah seharusnya sangat bertanggung jawab terhadap hal ini. Namun, pemerintah Amerika Serikat dalam film ini memberikan alasan klasik bahwa memperhatikan lingkungan akan menimbulkan kerugian ekonomi. Tentu menjadi kenyataan yang menyedihkan bagi Al Gore, sebagai aktivis lingkungan hidup yang selalu lantang menyuarakan penyelamatan lingkungan tetapi sering mendapat pertentangan dari negaranya sendiri.

Para politisi seniornya seperti George Bush Senior dan Ronald Regan pun memberikan berbagai komentar skeptis bahkan mengatakan issue ini hanyalah hoax (berita bohong). Al Gore menanggapi mereka dengan pernyataan “If the issue is not on the tip of their constituent’s tongue, it’s easy for them to ignore it”.

Peningkatan ekonomi, peningkatan kebutuhan energi dan cadangan energi yang berkurang adalah masalah di hampir semua negara. Pertambahan penduduk menyebabkan pertambahan permintaan akan makanan, air, dan sumber daya alam. Kemajuan teknologi dalam satu hal memudahkan pekerjaan manusia, tapi di lain hal membutuhkan energi bahan bakar yang tidak sedikit. Ini semua secara langsung maupun tidak mempercepat kehancuran bumi. Namun sayangnya isu pemanasan global masih sering dinafikkan dengan kaitan politik dan berbagai kepentingan.

Agaknya berbagai bencana tidak bisa membuka mata manusia, mungkin sebelum bencana itu menimpanya sendiri. Padahal pada satu sisi yang lebih penting, Politik salah satu unsur yang sangat berperan penting dalam menangani permasalahan ini. Semua dapat di lakukan melalui produk-produk yang dihasilkan dari proses perpolitikan yang ada pada setiap negara dan lebih pro terhadap masalah-masalah lingkungan global. Produk – produk ini haruslah menjuru kepada kebijakan- kebijakan yang sangat kuat baik dari segi pengaturan, penerapan, hukum dan keseriusan.

Namun harus diakui, bukannya berpandangan skeptis tapi memang pada kenyataannya saat ini masih sangat sulit menembus tembok kebijakan untuk mengutamakan isu lingkungan disana daripada isu-isu lainnya. Meskipun juga saat ini beberapa tempat atau pun negara sudah behasil melakukannya, namun persentasenya masih sangat minim.
Untuk saat ini, hal terkecil adalah tidak ada cara lain selain memulai dengan cara menumbuhkan kesadaran pribadi dan memberikan pemahaman dasar di lingkungan sekitar kita. Bahwa sebenarnya pemanasan global ini bukanlah hanya sekedar isu rendahan atau isu anak sekolahan saja, tetapi ini merupakan isu umum yang bersifat pribdi terhadap setiap individu.

Kita harus sadar bahwa kita yang menyebabkan masalah lingkungan ini dan apa yang harus kita lakukan untuk itu. Al Gore  menyatakan bahwa kita bisa meralat kesalahan kita dan bersama-sama ‘menyembuhkan’ dunia ini kembali. Mana yang harus kita pilih jika disuruh untuk memilih: emas atau bumi? Emas tidak berarti jika kita tidak memiliki bumi.

Hal yang harus kita lakukan adalah setidaknya mengubah gaya hidup kita, seperti mulai mengurangi emisi karbon dengan memakai peralatan hemat energi, kurangi pemakaian alat permanas dan pendingin, menggunakan alat transportasi hemat energi dan lingkungan seperti mobil hybrid, budayakan berjalan kaki atau gunakan sepeda atau kendaraan masal untuk pergi ke manapun, gunakan lagi barang-barang yang masih bisa digunakan dan daur ulang, sebarkan pada orang keluarga katakan pada orang tua mu untuk tidak merusak bumi kita, atau ajak anak, saudara dan teman kita untuk menyayangi planet tempat mereka tinggal ini, pilih pemimpin yang perduli lingkungan hidup dan bertekad menyelamatkan lingkungan.

Tanamlah banyak pohon, berbicaralah pada komunitasmu untuk ikut berpartisipasi, bergabunglah dengan organisasi pencegahan pemanasan global, dan perbanyaklah pengetahuan tentang krisis iklim dan wujudkan pengetahuanmu itu dalam aksi. Mungkin hanya ini yang bisa kita lakukan seperti yang diungkapkan pada bagian akhir dari film dokumenter menarik ini, atau masih banyak hal lainnya. Intinya kembali kepada seberapa besar kepedulian dan kesadaran kita bersama untuk merespon dan mencari solusi terhadap isu pemanasan global tersebut.

Dan diakhir mari kita renungkan sebuah pesan singkat yang di lemparkan Al Gore pada sebuah pidatonya : “Generasi mendatang akan bertanya kepada kita satu dari dua pertanyaan berikut. Mungkin mereka bertanya: “Apa yang kalian pikirkan di masa lalu; mengapa kalian tidak bertindak ?” Atau mereka akan bertanya: “Bagaimana kalian menemukan dorangan moral untuk membahas dan pada akhirnya memecahkan krisis yang menurut banyak orang mustahil terpecahkan ? “Kita memiliki tujuan. Kita banyak. Untuk tujuan ini kita bangkit, dan kita akan bertindak.”[]

Penulis adalah mahasiswa Fisip Unsyiah dan artikel ini merupakan tugas Mata Kuliah Politik Lingkungan Global dan Sumber Daya Alam.

read more
Green Style

Teknologi Hemat Energi untuk Rumah dua Lantai

Ada banyak alasan mengapa orang memilih membangun rumah dua lantai. Rumah dua lantai lebih banyak keunggulan dibandingkan bungalow dan jauh lebih mudah membangunnya dan lebih murah daripada rumah dengan lantai lebih banyak. Bagi pemilik rumah rata-rata, rumah bertingkat dua memiliki keseimbangan yang tepat dari ruang interior, penampilan fisik, efisiensi energi, kustomisasi, dan nilai jual kembali . Jika Anda memiliki keluarga besar, rumah bertingkat dua masuk akal karena menawarkan ruang untuk keluarga lebih luas.

Sejak isu penyelamatan lingkungan menjadi topik, pemilik rumah mencari cara untuk membuat rumah mereka hemat energi. Sementara isolasi rumah, kaca jendela dan menggunakan peralatan yang lebih efisien adalah metode standar untuk mengendalikan pengeluaran energi. Namun teknologi modern telah membawa metode baru dalam penghematan energi. Beberapa diantaranya seperti tersebut di bawah ini:

Sensor liburan
Sensor hunian dapat melakukan berbagai tugas ketika mendeteksi keberadaan seseorang di rumah. Fungsi utama antara lain mengatur lampu dan AC atau pemanas ketika seseorang memasuki ruangan. Menggunakan sinyal inframerah untuk mendeteksi gerakan, sensor bisa mengubah lampu pada saat seseorang masuk serta pengaturan suhu yang benar . Hal ini berpengaruh besar untuk mengurangi tagihan listrik, terutama jika keluarga Anda cenderung pelupa atau lalai untuk mengubah mematikan peralatan listrik.

Penggunaan lain dari sensor tersebut adalah untuk keamanan. Setelah meninggalkan rumah, penghuni dapat mengaktifkan sensor dan jika mendeteksi gerakan yang tak terduga dalam bentuk apapun, sensor membunyikan alarm, mengirimkan pemberitahuan kepada pemilik rumah atau bahkan memberitahu pihak berwenang. Sistem ini telah terbukti sangat efektif baik sebagai pencegah dan mengatur keamanan.

Jendela Ganda Glazed 
Ini adalah jenis khusus dari jendela yang terdiri dari dua panel kaca dipisahkan oleh lapisan gas (biasanya udara). Panel kaca ini dan lapisan gas di antara mereka disegel ketat untuk meningkatkan isolasi properti jendela. Akibatnya, jendela kaca ganda memberikan perlindungan yang lebih baik dari suhu luar baik di iklim panas ataupun dingin. Mengingat ruang yang tersedia dalam rumah bertingkat dua, siapa saja yang berniat untuk membangun satu tentu harus mempertimbangkan jendela kaca ganda. Hal ini menghasilkan penghematan besar-besaran pada tagihan energi. Selain itu , jendela ini lebih mudah untuk mempertahankan dari satu panel jendela. Hampir semua rumah yang baru dibangun menggunakan jendela kaca ganda dalam konstruksi mereka .

Pemanasan Efisien dan Sistem Pendingin
Pada kebanyakan rumah, pemanasan dan pendinginan selama merupakan lebih dari setengah penggunaan energi. Oleh karena itu sangat penting bahwa Anda menginstal pemanas dan sistem pendingin di rumah Anda yang efisien. Dalam sebuah rumah bertingkat dua, menginstal sistem pemanas sentral dan termostat yang diprogram akan membantu Anda menghemat besar tagihan energi.

Sejak pemerintah memberikan banyak insentif untuk menjadi lebih hemat energi, juga dalam kepentingan terbaik Anda untuk menginstal sebuah pemanas yang sesuai dan sistem pendingin di rumah Anda. Selain itu, ada berbagai pilihan pembiayaan yang dapat Anda memanfaatkan untuk membangun rumah sesuai dengan kebutuhan Anda.

Membangun rumah hemat energi tidak hanya akan menghemat banyak uang pada biaya energi  tetapi Anda juga akan menikmati banyak manfaat pajak . Seiring dengan insentif keuangan, Anda juga akan memiliki kontribusi untuk menyelamatkan lingkungan . Ini adalah win-win solution!

Sumber: greenerideal.com

read more
Perubahan Iklim

Salju di Puncak Kilimanjaro Ditaksir Habis 2030

Gletser di Gunung Kilimanjaro yang telah berusia sekitar 10.000 tahun diprediksi akan habis pada tahun 2030.

“Seluruh bidang es, yang memegang sebagian besar sisa es glasial Kilimanjaro, mengalami penyusutan lebih dari 140 juta kaki kubik (4 juta meter kubik) es dalam 13 tahun terakhir,” kata Pascal Sirguey, seorang ilmuwan penelitian di University of Otago di New Zealand. Bidang itu berbentuk kubus berukuran sekitar 520 kaki (158 meter) di setiap sisi.

Hilangnya volume ini sekitar 29 persen terjadi sejak tahun 2000, sedangkan total luas permukaan yang hilang adalah 32 persen, kata Sirguey. Tahun lalu, padang es terbelah dua, memunculkan lava kuno yang mungkin tidak pernah melihat matahari selama ribuan tahun.

Credner Glacier, yang mungkin mendapatkan lebih banyak sinar matahari di titik barat lautnya, menyumbang hampir setengah (43 persen) dari kehilangan es dalam kurun waktu dekade terakhir, menurut temuan peneliti.

Jika gletser utara Kilimanjaro yang terus menyusut seperti dalam 12 tahun terakhir, Credner benar-benar akan hilang pada tahun 2030, kata Sirguey. Sisa es akan bertahan 30 tahun lagi dari sekarang, tambahnya. Sekitar 700 juta kaki kubik (20 juta meter kubik) es tersisa di gletser utara, 71 persennya terdapat di Drygalski dan Great Penck Glaciers.

Sirguey dan rekannya melacak perubahan yang sedang berlangsung di Kilimanjaro, gunung tertinggi di Afrika, dengan model elevasi digital rinci dikembangkan dari satelit GeoEye-1.

Tim peneliti juga berencana untuk menggunakan model ini untuk lebih memahami alasan es menyusut.

Sumber: Live Science

read more
Kebijakan Lingkungan

Berharap Pemimpin Baru Konsisten Atas Perubahan Iklim

Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) telah berusia lima tahun, berdiri 2008. Tahun depan, era terakhir kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, alias, bakal ada Presiden baru. DNPI berharap, Presiden terpilih peka terhadap perubahan iklim hingga bisa memperkuat kehadiran lembaga ini.

“Penting dan wajib keberlanjutan tata kelola perubahan iklim nasional, DNPI itu penting. Ini untuk hadapi kelembagaan perubahan iklim di tingkat global,” kata Rachmat Witoelar, Ketua DNPI di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pergantian kepempimpinan pemerintahan pada 2014, menimbulkan kekhawatiran perubahan komitmen tentang iklim. “Gimana kalo calon tidak tune in, malah tak mau ada DNPI.” “Kalau sampai calon-calon tak concern (pada perubahan iklim) itu merugikan.”

Dia berkaca, pada pengalaman negara lain, setelah ada pergantian pemerintahan, keberadaan lembaga perubahan iklim menjadi tak jelas. Australia, misal, malah menghapus kebijakan perubahan iklim mereka setelah pemerintahan baru, seperti climate change authtority, clean energy finance company, dan domestic carbon pricing scheme.

“Policy berubah drastis. Saya harap Indonesia tak demikian. Jika lembaga tak berlanjut,  maka akan akan kembali ke nol lagi. Dana-dana yang ada 2014, mau diberikan ke mana?”

Perubahan komitmen penurunan emisi karbon juga terjadi di Jepang. Pemerintah negeri sakura ini dalam COP19 di Warsawa, Polandia, resmi mengumumkan perubahan komitmen penurunan emisi karbon dari 25 persen emisi tahun 1990 menjadi 3,8 persen dari emisi 2005. “Jepang shock dengan (tragedi pembangkit nuklir) di Fukushima, lalu pake power plant lagi.”

Untuk urusan perubahan iklim, sebenarnya, ideal ada sistem peraturan UU komprehensif, yang mempunyai kekuatan hukum tertinggi.  Terlebih, jika ingin legal secara global, tentu diawali di level nasional terlebih dahulu. “Yang ada di Indonesia, sekarang parsial. Itu harus diusahakan. Kini, diproses antara kementerian agar ada pegangan institusional,” ucap Rachmat.

Apakah sudah melakukan pendekatan-pendekatan ke calon-calon Presiden 2014? Menurut dia,  pendekatan-pendekatan informal sudah dilakukan ke para kandidat. Namun, lebih intens akan dilakukan setelah April 2014. Dia juga sudah berbicara dengan berbagai pihak dan mentitipkan agar Indonesia  tetap memegang komitmen tentang iklim. Kepada masyarakat, Rachmat berpesan, pada pemilu nanti agar memilih figur-figur peduli lingkungan, baik DPR maupun Presiden.

Kepedulian negara-negara dalam meningkatkan komitmen penurunan emisi karbon sangat penting. Mengingat tanpa kepedulian dari semua negara, dampak buruk perubahan iklim bakal menimpa bumi dan penduduknya.

Ban Ki Moon, Sekjen PBB,  mendorong seluruh kepala negara dan kepala pemerintahan memberikan dan meningkatkan komitmen penanganan perubahan iklim. Bahkan, pada 23 September 2014, akan digelar UN Climate Summit, sehari sebelum sidang umum PBB. “RI tetap mempertahankan komitmen pengurangan emisi karbon sebesar 26 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional sampai 2020,” ucap Rachmat.

Hasil COP19
Dalam konferensi Perubahan Iklim ke 19 (COP19) pada Sabtu (23/11/13) ini, Indonesia lewat Kementerian Perhubungan, mendapatkan bantuan pendanaan internasional untuk sistem transportasi massal ramah lingkungan.

Proposal Kemenhut sebagai bentuk penurunan emisi gas rumah kaca Indonesia (sustainable urban transport initiative-nationally approriate migitigation action/SUTRI NAMA), mendapat pendanaan lewat NAMA’s facility dari Pemerintah Inggris dan Jerman.

Total dana proyek ini sekitar 70 juta Euro, dan Indonesia bersama Kolumbia, mendapatkan pendanaan sektor transportasi. Kuki Soejachmoen, Sekretaris Pokja Nagoisasi Internasional DNPI, mengatakan, proyek ini untuk pengembangan moda transportasi ‘hijau’ kota-kota sedang.

“Kemenhub sudah cukup lama studi dan perencanaan pengembangan sistem transportasi kota bersahabat ini. Sudah ada rencana di beberapa kota didukung technical assistant,” ucap Kuki.

Sedang, hasil penting lain dalam konferensi itu, antara lain penajaman rencana kerja menuju kesepakatan 2015, the Warsaw Framework for REDD+. Lalu, the Warsaw International Mechanism for Loss and Damage, mekanisme pendanaan di bawah United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Ada juga hasil kesepakatan tentang arsitektur kerangka kerja global perubahan iklim pasca 2020.

Sumber: mongabay.co.id

read more
Perubahan Iklim

Bappenas: Laporan Penurunan GRK Daerah Belum Lancar

Pencapaian penurunan emisi Gas Rumah Kaca sesuai Rencana Aksi Daerah (RAD–GRK) belum terukur karena laporan rekapitulasi capaian penurunan emisi dari 33 provinsi belum lancar.

“(Penurunan emisi) 33 provinsi harus dapat dihitung, ini pekerjaan melelahkan, tapi kontribusi daerah harus bisa dihitung,” kata Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Wahyunungsih Darajati, dalam seminar nasional Strategi Indonesia dalam Mengatasi Dampak Sosial Perubahan Iklim di LIPI, Jakarta, Kamis.

Sesuai dengan Rencana Aksi Nasional untuk penurunan Gas Rumah Kaca (RAN–GRK) yang tertuang dalam Perpres Nomor 61 Tahun 2011, menurut dia, Indonesia menggunakan dua pendekatan ganda yakni secara sektoral dan regional untuk mengalokasikan upaya-upaya mitigasi.

Ia mengatakan secara sektoral upaya mitigasi fokus dilakukan di sektor pertanian, kehutanan dan lahan gambut, energi dan transportasi, industri, limbah, dan kegiatan pendukung lainnya. Sedangkan secara regional memastikan RAD–GRK yang telah disusun melalui Peraturan Gubernur berjalan di 33 provinsi.

“Mempersiapkan sumber daya manusia di daerah agar paham dan mampu menjalankan RAD–GRK sangat penting. Pelatihan, pemberian panduan, TOT sudah dilakukan dengan harapan mereka dapat membuat rencana aksi sesuai dengan kondisi dan karakter daerah masing-masing,” ujar dia.

Guna mengetahui kemajuan dan kendala dalam pelaksanaan RAN–GRK dan RAD–GRK maka Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP) harus dilakukan, kata Wahyuningsih.

“Daerah masalahnya masih bolong-bolong dalam membuat laporan. Kegiatannya sih ada realisasi anggarannya pun ada, tapi laporan rekapitulasi capaian penurunan emisinya tidak tahu,” ujar dia.

Arah kebijakan pembangunan nasional selain memastikan pertumbuhan ekonomi sampai dengan tujuh persen juga upaya penurunan emisi GRK 26–41 persen pada 2020. “Komitmen pernurunan emisi 26 persen dengan dana sendiri, 41 persen target dengan bantuan pihak lain,” katanya.(*)

Sumber: antaranews.com

read more
Perubahan Iklim

COP-19 Warsawa Hasilkan Keputusan Implementasi REDD

Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim ke-19 (COP19 UNFCCC) di Warsawa, Polandia berakhir pada Sabtu (23/11/2013) sekitar pukul 23.00 malam atau lebih lambat 29 jam dari jadwal penutupan. Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan kesepakatan akan keputusan tentang arsitektur kerangka kerja global untuk perubahan iklim pasca 2020 yang seharusnya disepakati eleman-elemen pentingnya pada pertemuan di Warsawa.

Beberapa keputusan penting yang berhasil disepakati, antara lain mengenai penajaman rencana kerja menuju kesepakatan 2015, the Warsaw Framework for REDD+, the Warsaw International Mechanism for Loss and Damage, dan yang terkait dengan peningkatan dan penyaluran pendanaan perubahan iklim.

Negara-negara UNFCCC menyepakati bahwa pada COP21, akhir tahun 2015 di Paris, Perancis, akan diadopsi suatu protokol, instrumen legal atau keputusan yang memiliki kekuatan hukum sebagai basis kerangka kerja global baru untuk penanganan masalah perubahan iklim pasca 2020. Keputusan di Warsawa menegaskan perlunya tahap-tahap persiapan menjelang COP21, antara lain upaya setiap negara di dalam negeri masing-masing untuk menyiapkan kontribusi mereka yang akan menjadi bagian dari komitmen global pasca 2020, yang ditetapkan sendiri (nationally determined contribution) dan tanpa pretensi atas sifat hukum dari kontribusi tersebut (without prejudging the legal nature of the contributions).

The Warsaw Framework for REDD+ merupakan paket dari tujuh keputusan terkait implementasi lebih lanjut skema “reducing emission from deforestation and forest degradation (REDD) plus”, termasuk di dalamnya metodologi, koordinasi dan kelembagaan, safeguards, penyebab deforestasi dan pendanaan.

The Warsaw Framework for REDD+ diperkuat dengan komitmen penyediaan dana dari Amerika Serikat, Norwegia dan Inggris sebesar USD280 juta. Keputusan COP19 tersebut memberikan panduan perlindungan lingkungan dan membuka jalan untuk pelaksanaan penuh skema REDD+ di lapangan yang transparan dan terjamin pendanaannya.
Selain itu, telah disepakati operasionalisasi sistem MRV (measurement, reporting and verification) untuk aksi mitigasi perubahan iklim, termasuk untuk REDD+.

Sedangkan keputusan the Warsaw International Mechanism for Loss and Damage merupakan hasil kompromi perundingan antara negara berkembang –khususnya least developed countries (LDCs) dan aliansi negara kepulauan kecil (AOSIS) yang menginginkan mekanisme penggantian tersendiri atas kehilangan dan kerusakan (loss and damage) dari dampak perubahan iklim yang bukan bagian dari adaptasi–dan kelompok negara maju seperti Australia, Jepang, Uni Eropa, Norwegia dan Amerika Serikat yang menginginkan mekanisme penggantian tersebut masuk dalam konteks adaptasi. Mekanisme tersebut bersifat interim dan akan ditinjau kembali tiga tahun mendatang (2016).

Delegasi Indonesia melihat kompromi tersebut merupakan kemajuan perundingan walaupun komitmen negara maju dalam hal pendanaan, teknologi dan penguatan kapasitas masih dinilai kurang kuat dalam upaya menekan loss and damage sebagai dampak perubahan iklim.

Dari hasil perundingan pendanaan, COP19 memutuskan bahwa akan dilaksanakan high level ministerial dialogue on climate finance setiap dua tahun sekali mulai 2014 hingga 2020 untuk memastikan dilaksanakannya komitmen pendanaan sebesar USD100 milyar hingga 2020. Untuk mendukung pelaksanaan dialog tersebut, negara-negara maju diminta untuk menyampaikan informasi—setiap dua tahun sekali—mengenai strategi dan pendekatannya untuk memobilisasi pendanaan, dan Sekretariat UNFCCC diminta untuk melaksanakan beberapa lokakarya terkait peningkatan aliran pendanaan dari sumber publik, swasta dan alternatif.

Sementara itu, beberapa negara maju memberikan pledge kontribusi pendanaan kepada Adaptation Fund yang tengah mengalami krisis keuangan sehingga tidak mampu mendanai proyek yang telah disetujuinya. Total komitmen pendanaan dari negara maju yang dibuat di Warsawa mencapai lebih dari USD100 juta.

Menuju kesepakatan 2015
Menanggapi keseluruhan keputusan konferensi, Presiden COP19 yang juga Menteri Lingkungan Hidup Polandia, Marcin Korolec dalam siaran pers resmi COP19 mengatakan hasil konferensi Warsawa menjadi pintu pembuka menuju kesepakatan iklim yang universal pada tahun 2015, dengan meletakkan rancangan teks negosiasi perjanjian iklim baru yang universal untuk dibahas pada COP20 di Lima, Peru dan bakal diadopsi pada COP21 di Paris, Perancis pada tahun 2015.

Ketua Delegasi RI, Rachmat Witoelar yang juga Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim melihat adanya berbagai keputusan COP19 menjadi pijakan negosiasi selanjutnya untuk pencapaian keputusan yang mengikat pada 2015.

“Berbagai keputusan COP19 memberikan dasar yang kuat untuk pembahasan yang lebih mendalam di tahun mendatang dalam rangka merumuskan elemen-elemen kesepakatan 2015 yang mengikat (legally binding) dan melibatkan semua negara Pihak (applicable to all Parties),” kata Rachmat Witoelar .

Indonesia mengharapkan semua keputusan COP19 tersebut akan ditindaklanjuti dengan peningkatan komitmen negara – negara dalam upaya pengendalian perubahan iklim, khususnya komitmen penurunan emisi pra-2020 oleh negara-negara maju.

Melemahnya komitmen beberapa negara seperti Jepang dan Australia memberikan sinyal negatif atas kepastian pelaksanaan komitmen-komitmen yang dibuat di Warsawa.

Seperti diketahui, Jepang telah mengumumkan penurunan yang sangat drastis dari komitmen penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari 25 persen pada level emisi tahun 1990, menjadi 3,8 persen dari emisi tahun 2005 atau setara 3,1 persen dari level emisi tahun 1990.

Sedangkan Australia membuat kebijakan baru terkait perubahan iklim yaitu membubarkan Climate Change Authority dan Clean Energy Finance Company, serta membatalkan skema pasar karbon domestik.

Sekjen PBB Ban Ki-Moon sendiri akan menggelar UN Climate Summit yang dilaksanakan sehari sebelum Sidang Umum PBB pada 23 September 2013 yang bertujuan untuk mendorong seluruh kepala negara dan kepala pemerintah memberikan dan bahkan meningkatkan komitmen untuk penanganan perubahan iklim, mengingat urgensi akibat buruk dari berbagai dampak perubahan iklim.[rel]

read more