close

sampah

Kebijakan Lingkungan

Ghana Sebagai Tempat Sampah Elektronik Dunia

Asap hitam beracun membuat langit di atas Agbogbloshie terlihat kelam. Tujuan terakhir sampah elektronik yang dikirim dari seluruh dunia. Sekitar 50.000 orang, termasuk anak-anak, tinggal di pinggiran kota Accra ini – di salah satu tempat pembuangan sampah elektronik terbesar di dunia.

Berton-ton alat elektronik kuno dibakar di alam terbuka, menyebabkan kulit siapapun yang melintas terasa terbakar dan gatal. Bahkan ada rasa seperti logam dalam mulut, dan kepala berdenyut-denyut.

Kabel dan papan sirkuit dibakar demi mendapatkan emasnya orang miskin: tembaga, aluminium, timbal – bahan mentah yang berharga bagi industri.

Mengorbankan kesehatan
Badugu berusia 25 tahun. Ia tidak tahu sudah berapa lama mengumpulkan gulungan tembaga dan pelat logam dari radio-radio tua. Ia hanya tahu dirinya tak punya pilihan – ini caranya bertahan hidup.

“Saya butuh uang, itulah kenapa saya kerja seperti ini,” katanya. Ia menjelaskan, tubuhnya “bermasalah di bagian dalam” karena menghirup asap beracun.

Tak jauh dari Badugu, sekelompok anak-anak sibuk memereteli televisi-televisi tua. Mereka kemudian menjual hasil memulung kepada pedagang logam. Pemasukan mereka hanya beberapa sen Euro.

Memakai sendal plastik dan kaos compang-camping, Peter berdiri di atas pecahan kaca, kulkas tua, mesin fotokopi dan aki mobil yang menggunung. Kaki dan tangannya penuh luka akibat pecahan kaca dan potongan logam yang tajam.

“Kepala saya sakit,” ucapnya, menjelaskan pusingnya yang tak pernah hilang. Banyak anak-anak juga punya masalah pernafasan, dan batuk darah, kata Peter, yang punya masalah mata.

Sampah elektronik dari Eropa
Anak-anak yang tinggal dan bekerja di sini punya beragam penyakit – mulai dari penyakit ginjal, kerusakan hati, hingga masalah organ tubuh lainnya.

Aktivis lingkungan Ghana, Mike Anane, menilai penyakit pada anak-anak “akibat terpapar sampah elektronik dari negara-negara maju.”

Anane bertahun-tahun mengumpulkan bukti bagaimana negara-negara barat membuang sampah elektronik di Afrika. “Dari Jerman, Denmark, Cina – komputer, televisi, sampah elektronik. Ini menjadi tempat peristirahatan terakhir!” serunya. Sampah elektronik merusak lingkungan – dan membuat orang sakit, lanjutnya.

“Dulu sampah elektronik juga dibuang di Nigeria. Sampah elektronik tampaknya pergi ke negara yang ekonominya sedang booming, yang perdagangannya sedang meningkat,” ucap Anane. Sampah elektronik datang bersama perdagangan internasional Ghana. “Sangat mudah bagi organisasi kriminal untuk terlibat dalam aktivitas seperti ini, menyelundupkan kontainer melewati pelabuhan Ghana,” tudingnya.

Konvensi Basel, yang ditandatangani 170 negara, melarang ekspor sampah teknologi dari Eropa. Tetap saja, sekitar 500 kontainer berisi alat elektronik tua mendarat di Agbogbloshie setiap bulan. Mereka dinyatakan sebagai barang bekas, sehingga dianggap legal. Sejumlah eksportir bahkan percaya mereka membantu warga Afrika, ujar Anane.

“Tapi jelas tidak mungkin Ghana dapat mendaur ulang secara benar semua sampah elektronik beracun ini,” tegasnya.

Menjajakan alat elektronik tua
Di permukiman sekitar tempat pembuangan sampah, toko-toko berjamuran untuk menjual alat elektronik. Rockson menjual segalanya: onderdil AC tua, aki mobil, microwave. Yang paling laku terjual adalah televisi layar datar, ungkapnya, harganya 200 cedi – sekitar 100 Euro. Kebanyakan dagangannya datang dari Italia.

“Bisnis yang bagus – kami punya banyak konsumen,” tutur Rockson. Orang Ghana percaya pada merek-merek asli, bukan tiruan Cina yang lebih murah, tambahnya.

Ada juga barang-barang dari Jerman. “Ya kualitasnya sangat sangat bagus, konsumen saya suka,” ujarnya.

Rockson mengaku tidak semua dagangannya masih berfungsi baik. “Kami membeli grosir, dan tidak kami tes dulu,” katanya. Banyak dagangannya yang sudah berusia 10-20 tahun.

Tidak lagi ‘meniru burung unta’
Anane ingin negara-negara Eropa untuk berhenti membuang sampah elektronik di Afrika dan mengatasi masalah yang mereka perbuat.

“Negara-negara industri, Uni Eropa, tidak bisa terus-terusan membenamkan kepala di dalam tanah,” kata Anane. Mereka tahu sampah elektronik dikirim ke sini, dan mereka harus berbuat sesuatu, pikirnya.[]

Sumber: dw.de

read more
Ragam

Korsel Bangun Taman Impian dari Tempat Pembuangan Sampah

Bermula dari kegelisahan anak bangsa Korea Selatan, yang merasa bersalah, ketika lingkungannya rusak tercemar limbah industri pada tahun 1970-an karena mengejar pertumbuhan ekonomi. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Bedanya, anak bangsa Indonesia belum secara total menebus ‘dosa-dosa’ kerusakan lingkungan yang mereka buat seperti bangsa Korea.

”Bumi tempat kita tinggal adalah warisan yang amat berharga. Generasi mendatang juga akan menempati Bumi ini. Kami mendorong masa depan yang hijau dan ramah lingkungan sehingga generasi mendatang bisa menikmati lingkungan yang asri nan sehat,” kata Yoon Seung-joon, Presiden Korea Environmental and Technology Institute, pada 29 Oktober lalu, di arena Expo Lingkungan, COEX, Seoul.

Korea Selatan menjadikan persoalan lingkungan hidup sebagai tantangan sekaligus peluang bisnis. Bahkan, bisnis industri lingkungan Korea Selatan telah merambah ke berbagai belahan dunia. Ratusan orang asing sudah berkunjung dan menyaksikan langsung proyek percontohan penanganan lingkungan hidup yang dibuat Korea Selatan.

Shim Choong-goo, pejabat Kementerian Lingkungan Hidup Korea, mengatakan, Korea telah melakukan berbagai terobosan penting di bidang teknologi untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup. Kini Korea Selatan bahkan dimintai bantuan merancang masterplan (tata ruang induk) yang ramah lingkungan di 12 negara dan melakukan studi kelayakan untuk proyek lingkungan internasional di 112 negara.

Tingginya tingkat pencemaran lingkungan karena ”Negeri Ginseng” tersebut tengah gencar-gencarnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada saat itu terjadi ketidakseimbangan sehingga menghasilkan tingkat polusi yang tinggi. Kebijakan sekarang antara mencari harmoni pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan,” kata Shim Choong-goo.

Lingkungan tercemar yang dimaksud Shim Choong-goo adalah sungai-sungai dan aliran-alirannya, ekosistem, kualitas udara, air minum, perkotaan yang kotor karena sampah, dan lain-lain. Sektor-sektor inilah yang sekarang mendapat perhatian Korea Selatan.

Sebelumnya, saat negeri ini dibangun di era tahun 1960-an yang kemudian berlanjut hingga tahun 1970-an, industri tumbuh cukup pesat. Saat itu perkembangan industri berat dan kimia tidak terkendali sehingga pencemaran lingkungan tidak terhindar.

Sekarang, dampak buruk dari sampah dan limbah industri dapat diatasi. Rekayasa teknologi industri pengolah sampah, limbah, dan air lindinya telah diterapkan untuk teknologi tepat guna dan telah dipasarkan ke mancanegara.

Alat-alat teknologi lingkungan buatan Korea telah mampu menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan dengan urusan daur ulang sampah dan pemurnian air sungai dan rawa-rawa serta udara. Dengan demikian, lingkungan benar-benar kembali sehat.

Ilalang di rawa-rawa menjadi tumbuh subur, capung-capung beterbangan di atasnya, binatang melata seperti ular bisa kembali hidup di lingkungan yang sudah dinormalkan kembali. Begitu pula burung-burung mulai bisa hidup di rawa-rawa dan berkembang biak. Restorasi lingkungan hidup dengan hasil binatang-binatang yang lincah dan liar yang menjadi penghuninya dipertontonkan kepada dunia.

Saat berada di tempat pembuangan akhir (TPA) Sudakwon yang terletak di luar kota Seoul—sekitar 40 menit perjalanan dengan mobil dari Seoul—ribuan orang sudah berkunjung. Sanitary landfill atau TPA dikatakan sebagai yang terbesar di dunia.

Menurut catatan pihak pengelola TPA Sudakwon, Sudokwon Landfill Site Management Corp (SLC), sudah 500.000 orang dari dalam dan luar negeri berkunjung ke TPA Sudakwon. Lokasi ini memang pantas untuk dijadikan studi banding bagi siapa saja yang berkepentingan dalam menangani sampah dan kebersihan lingkungan. TPA ini dirancang untuk bisa lahir menjadi taman impian (dream park) yang di dalamnya terdapat lapangan golf dan perumahan mewah.

TPA seluas 20 juta meter persegi ini dibagi menjadi empat lokasi TPA dan sebagian lainnya untuk kompleks olahraga dan hiburan. Penimbunan sampah di setiap TPA dibuat delapan lapis. Pertama sampah, tanah 0,5 meter, lalu ditutup sampah lagi dan seterusnya sampai delapan lapisan.

TPA 1 sudah dipakai untuk menimbun sampah sejak tahun 1992 hingga akhirnya tahun 2000 tempat ini sudah dipenuhi sampah. Pada 2001-2003 di lokasi tersebut dibangun konstruksi dan stabilisasi taman olahraga bagi warga. Tahun 2004 sampai tahun 2006 dibangun taman bunga liar, wilayah pengamatan, dan pembelajaran alam. Pada tahun 2013 dibangun lapangan golf, wilayah pengamatan lahan basah, alun-alun, lapangan olahraga berkuda yang disiapkan untuk ASEAN Games tahun 2014, dan tempat masuk ke wilayah pengamatan ekologi.

Dalam pelaksanaan the dream park dari TPA ini telah ditetapkan sebagai milestone dengan rentang waktu 1992-2026. Sesuai dengan rentang waktu tersebut, di kawasan TPA Sudakwon akan terdapat fasilitas warga yang berkualitas baik.

Secara lengkap akan ada Kompleks Ekobudaya (di dalamnya terdapat kompleks sumber daya, pusat lingkungan, serta taman seni dan lingkungan). Akan ada taman olahraga (lapangan golf publik, taman observasi, jungle tracking, dan taman olahraga warga), taman rekreasi tanah dan udara, lapangan parkir, serta stasiun induk CNG.

Selain itu, juga ada kompleks eco-event (meliputi arboretum, taman aroma/bunga, kebun raya, dan arena pameran lingkungan), observasi alam kompleks (danau alam, lahan basah, kawasan ekologi sungai, kawasan hutan ekologi, serta ruang pembelajaran dan observasi alam), serta kompleks penelitian lingkungan.

Sampah yang dibawa masuk ke TPA tersebut setiap hari mencapai 18.000 ton per hari. Sampah itu berasal dari rumah tangga, industri, dan konstruksi dari tiga daerah yang berpenduduk sekitar 24 juta orang, yakni kota Metropolitan Seoul, Incheon, dan Gyeonggi.

Gas yang dikumpulkan dan air lindi yang tertampung diolah dengan menggunakan teknologi mutakhir sehingga menjadi sumber daya yang berharga. Dari kawasan TPA tersebut gas didistribusikan melalui jaringan pipa yang ada ke fasilitas pembangkit listrik yang memproduksi tenaga listrik senilai 42 juta dollar AS dan menghasilkan kredit karbon 394.000 ton (CO2) dari Persatuan Bangsa-Bangsa.

Nanti jika pembangunan Kota Metropolitan Energi Lingkungan selesai dibangun pada 2020, setiap tahun akan menghasilkan energi sebesar 2,8 juta Gcal. Jumlah itu akan menjadi substitusi 1,92 juta barrel minyak mentah dan mengurangi 1,17 juta ton karbon setiap tahun.

Menurut perencanaan, Kota Metropolitan Energi Lingkungan di dalamnya terdapat Kota Limbah-Energi, Kota Energi Alam, Kota Bio-Energi, dan Kompleks Ekobudaya. Kota metropolitan dan taman yang bertema lingkungan itu akan menjadi lebih indah dengan dimanfaatkannya Gyungin Waterway.

Ditangani Korsel
Korea Selatan telah membuktikan mampu menjaga kelestarian lingkungan, menangani limbah, bahkan memulihkan lingkungan yang rusak akibat polusi. Sungai Han yang membelah kota Seoul semula kotor seperti Sungai Ciliwung, Jakarta. Namun, kini airnya jernih dan menjadi pemandangan yang menarik. Untuk menjaga kebersihan, penduduk dilarang beraktivitas di sungai itu.

”Seperti kegiatan memancing juga tidak boleh. Namun, kalau melintas dengan perahu boleh,” kata Minjeong Jeon dari Dongyang Int’l Travel Service Inc. Kemungkinan, kalau proyek kerja sama pemulihan Sungai Ciliwung antara Indonesia dan Korea Selatan sudah dikerjakan, nasib Ciliwung tidak mustahil seperti Sungai Han.

Saat ini Korsel tengah bersiap melakukan restorasi Sungai Ciliwung pula, setelah nota kesepahaman bersama ditandatangani Menteri Lingkungan Hidup RI Balthasar Kambuaya dan Menteri Lingkungan Hidup Republik Korea You Young-sook, di Jakarta, 3 Desember 2012.

Kegiatan perbaikan Ciliwung yang akan diawali dari kawasan Masjid Istiqlal ini diperkirakan menelan dana Rp 96,4 miliar. Sebagian besar dana proyek merupakan hibah dari Kementerian Lingkungan Hidup Korea.

”Kalau hitung-hitungannya sudah ketemu, kami akan mulai menggarap Ciliwung. Sekarang masih dilakukan revisi-revisi anggaran. Persoalan terberat untuk Ciliwung adalah sampahnya yang luar biasa banyak dan sungainya sangat kotor. Namun, tidak apa-apa, Sungai Han dulu juga begitu,” kata Lee Joon-heon, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan KC Rivertech Co Ltd, Korea, seusai konferensi tentang teknologi lingkungan terdepan Korea di Seoul.

Sumber: Kompas

read more
Energi

Sampah Kota Tangerang Dibikin Pembangkit Listrik

Kota Tangerang, Banten, menjadi kota pertama di Indonesia yang dijadikan “Project Riset” dalam pengujian dan pengolahan sampah berbasis ramah lingkungan dari Lembaga Riset Muda Indonesia (LRMI).

“Kota Tangerang terpilih sebagai kota pertama untuk menjadi project riset dalam pengujian dan pengolahan sampah berbasis ramah lingkungan oleh LRMI,” kat Walikota Tangerang, Arief R Wismansyah, di Tangerang, Minggu.

Ia mengatakan, riset oleh LRMI tersebut akan dilaksanakan pada minggu kedua bulan Januari di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing.

Tujuan riset ini untuk mengurangi volume sampah secara efektif berbasis efesien dan ramah lingkungan. Selain itu, nantinya dari pengolahan sampah akan menghasilkan pembangkit listrik skala makro.

Adapun alasan terpilihnya Kota Tangerang sebagai project pertama, Arief menambahkan, karena Pemkot Tangerang dinilai sangat konsisten dalam penanganan sampah sehingga sudah menjadi salah perhatian bank dunia.

Selain itu, kuantitas dan volume sampahnya yang sangat besar. Walaupun tercatat sudah ada 20 kota/kabupaten yang telah siap menjadi project riset ini. “Namun kota Tangerang menjadi kota pertama yang dipilih oleh LRMI untuk menjadi project riset,” pungkasnya.

Dijelaskannya, project riset ini berbasis teknologi “Enviro Zero Waste System” yaitu metode dan hasil yang digunakan akan dikembangkan tetap berbasis lingkungan.

Cara kerja teknologi dalam pengolahannya tidak memerlukan pemilahan dan pemisahan sampah, sehingga berbeda dengan teknologi pengolahan sampah lainnya.

“Teknologi sangat efektif karena kita dapat mengelola sampah tanpa harus memilah sampah basah dan sampah kering, sampah langsung bisa diolah tanpa proses pengeringan,” ujarnya.

Teknis sistem pengolahan sampah ramah lingkungan ini juga tanpa menggunakan bahan bakar karena sistem pembakaran menggunakan energi udara dengan bantuan blower.

Untuk awalnya, energi pembakaran dengan menggunakan magma karena pembakarannya harus bekerja selama 24 jam. Sehingga kondisi alat akan memiliki status panas stabil.

Dengan menggunakan teknologi ini pengelolaan sampah akan menghasilkan insectisida organik, pupuk dan abu bahan batako.

Walikota juga menambahkan bahwa teknologi ini akan mengelola sampah di TPA Rawa Kucing sebanyak 10 ton sampah setiap harinya.

Bahkan nantinya bisa diterapkan di TPST karena memang sistemnya yang ramah lingkungan, tidak menggunakan bahan bakar dan tidak menimbulkan bau sampah bahkan akan tercium bau ragi karena ada metode fermentasi.

“Intinya, Pemerintah Kota Tangerang terus berkomitmen melakukan penataan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing karena seiring dengan bertambahnya penduduk,” katanya.

Sumber: antaranews.com

read more
Ragam

Melihat Kampung Organik Nan Asri Kota Magelang

Di Kota Magelang, Jawa Tengah, budidaya organik tak hanya berkembang di perumahan. Budidaya organik merebak pula di sekolah. Salah satunya di SD Negeri Kramat 1 Kota Magelang. Halaman sekolah ini tak luas-luas amat. Namun, aneka tanaman organik berjejer di sana. Dari tanaman bunga hingga sayur-mayur.

Tanaman organik tersebut berada di pot plastik, kaleng bekas, bahkan sekadar tumbuh di dalam kantong plastik. “Sebelumnya halaman sekolah hanya ditanami berbagai bunga,” kata Roinah, penjaga SDN Kramat 1, Senin (6/1).

Setelah berkonsultasi dengan para guru, lanjut Roinah, tanaman selain bunga pun dicoba. Mulailah muncul cabai, sawi, kubis, terong, hingga daun bawang. Tanaman di halaman sekolah ini memang belum sampai umur panen tapi semua tanaman terlihat terawat dan tumbuh baik.

Ide kreatif SD Negeri Kramat 1 pun mendapat apresiasi. Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengatakan, budidaya tanaman organik ini patut dicontoh. “Tularkan kepada siapa pun agar budidaya tanaman organik dapat bermanfaat bagi semua warga,” kata dia.

Selain mendukung program kampung organik dan penghijauan, ujar Sigit, tanaman organik juga dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari warga.

Budidaya tanaman organik atau dikenal dengan kampung organik adalah salah satu program Pemerintah Kota Magelang. Warga di kampung tersebut akan melestarikan lingkungan dengan baik dan benar, untuk lingkungan biotik, abiotik, sanitasi, ekonomi, serta sosial dan budaya.

Program ini antara lain bertujuan memberdayakan masyarakat dalam pelestarian lingkungan. Dari 17 kelurahan di Kota Magelang, tiga di antaranya sudah menerapkan kebijakan kampung organik itu.

Sumber: NGI/KOMPAS.com

read more
Green Style

Paramadina Gelar Kampanye Stop Gunakan Plastik

Universitas Paramadina menggelar gerakan untuk mengajak masyarakat menghentikan penggunaan plastik dalam aktivitas sehari-hari.

“Gerakan bertemakan Stop Plastic Now sejak Rabu (18/2/2013) dimulai dari lingkungan kampus, kemudian baru dilaksanakan di luar kawasan kampus,” kata Fariz Czaesariyan di Jakarta, Kamis.

Gerakan ini dengan cara menukarkan kantong plastik yang dipergunakan masyarakat/ mahasiswa ketika membeli barang (makanan, minuman, dan lain-lain) dengan kantong daur ulang, jelas Fariz yang juga didampingi Jody Ridwan selaku Wakil Ketua Panitia.

Fariz mengatakan, dalam melakukan aksi tukar “kantong” tersebut sekaligus dilakukan edukasi kepada masyarakat mengenai bahayanya menggunakan kantong plastik.

Fariz mengatakan, gerakan ini berangkat dari keprihatinan mahasiswa terhadap kondisi lingkungan di Provinsi DKI Jakarta banyak sekali ditemukan sampah plastik yang susah untuk hancur atau musnah secara alami.

Fariz mengatakan, melalui aksi ini nantinya kantong-kantong plastik yang terkumpul akan diserahkan kepada petugas kebersihan agar dapat dimusnahkan atau didaur ulang. Jody menambahkan, kegiatan ini murni berasal dari iuran mahasiswa ditambah donasi berupa kantong daur ulang dari universitas.

Jody mengungkapkan, kegiatan ini sudah dirancang dengan matang dan dipersiapkan sejak 2 bulan lalu, mulai dari membentuk panitia sebanyak 13 orang serta melibatkan 30 mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan.

Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina Nurhayani Saragih mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari program studi komunikasi perusahaan (corporate communication).

Menurut Nurhayani, kampanye lingkungan ini diharapkan menjadi awal kegiatan selanjutnya yang melibatkan kalangan mahasiwa tentunya dengan wilayah kerja yang lebih luas lagi.

Nurhayani berharap melalui kampanye semacam ini diharapkan dapat membuka mata hati untuk peduli dan menyayangi lingkungan sekitar karena sudah banyak terjadi pencemaran dan terancamnya ekosistem.[]

Sumber: antaranews.com

read more
Sains

Mahasiswa Temukan Cara Mengubah Sampah Menjadi Bio-Plastik

Tim peneliti yang beranggotakan mahasiswa dari Imperial College London berhasil menciptakan bio-plastik dari tumpukan sampah dengan bantuan bakteri. Teknologi ini tercipta dengan menggunakan bakteri yang sudah dikondisikan sehingga mampu mengubah sampah menjadi bio-plastik atau plastik yang bisa didaur ulang.

Tim peneliti menyatakan, plastik ini bisa dipakai untuk memproduksi alat-alat kesehatan yang dipakai di rumah sakit. Mereka juga berhasil mengembangkan metode penguraian bio-plastik sehingga bisa dibuang dengan aman ketika sudah tidak diperlukan.

Tim peneliti mengembangkan teknologi mereka dari bakteri yang aman dan ragi serta mendesain ulang DNA mereka agar bisa menjalankan fungsinya mengubah sampah menjadi bio-plastik.

Mereka merancang ulang kode genetis bakteri E.coli yang menjadi alat utama mengubah limbah di tempat pembuangan sampah akhir menjadi bio-plastik.

Selama ini, tanaman menjadi bahan utama dalam pembuatan bio-plastik sehingga berpotensi memicu alih guna lahan untuk pertanian. Tim peneliti menyatakan bahwa proses ini bisa dikembangkan dalam skala industri dan berpotensi meningkatkan produktivitas pertanian.

Atas penemuan ini, tim peneliti mendapatkan penghargaan dari kompetisi International Genetically Engineered Machine (iGEM), sebagai penelitian terbaik mengalahkan 200 tim dari seluruh dunia.

Sumber: Hijauku.com

read more
Ragam

Rio Tinto : Perusahaan Tambang Paling Bahaya di Dunia

Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) dan Lembaga Kesejahteraan Masyarakat Tambang dan Lingkungan (LKMTL) Kutai Barat mendesak Pemerintah Indonesia menunda dan tidak tergesa-gesa menandatangani nota penutupan tambang dan serah terima Kawasan Pinjam Pakai seluas 6.750 Ha dari PT. Kelian Equatorial Mining (KEM) milik Rio Tinto. Nota tersebut akan memindahkan beban tanggung jawab mengurus 77 juta ton tailing di dam Namuk, pelanggaran HAM serta kerusakan lingkungan dan sosial yang belum juga dipulihkan dari PT. KEM/Rio Tinto ke Pemerintah Indonesia.

PT KEM milik Rio Tinto, perusahaan tambang mineral dan batubara terbesar di dunia asal Inggris, beroperasi sejak 1992 hingga 2004. Pertambangan ini menghasilkan 14 ton emas serta 13 ton perak setiap tahunnya. Sejak mulai eksplorasi terjadi rentetan kasus pelanggaran HAM, mulai perampasan tanah masyarakat adat dayak, serta pertambangan rakyat, kekerasan hingga kejahatan seksual Perhadap perempuan, kematian Edward Tarung di Tahanan Polres Kutai Kertanagara.

Masalah-masalah serius yang ditinggalkan Rio Tinto, Pertama, dua dam berisi 80 juta ton limbah tailing di dam Nakan dan Namuk, berada di hulu Sungai Kelian dan Sungai Nyuatan yang mengalir hingga Sungai Mahakam. Jelas ini bom waktu yang akan meneror Mahakam dan warga Kutai Barat.; Kedua, kasus kejahatan seksual terhadap puluhan perempuan Kelian oleh karyawan PT KEM sampai hari ini tidak jelas nasibnya.

Kasus itu seolah dicuci lewat pemberian uang pengganti ‘malu’, tidak menggoreskan nota predikat kejahatan Rio Tinto sebagai pemilik 80 persen saham dalam PT KEM. Bahkan salah satu pelakunya, Ismail Thomas, kini menjabat sebagai Bupati Kutai Barat;

Ketiga, jaringan listrik yang dijanjikan tidak kunjung terwujud, bahkan di Kampung Tutung dan Kelian Dalam masyarakat hanya mengandalkan Genset. Ditambah lagi kehidupan ekonomi masyarakat yang tidak menentu memaksa mereka masuk ke kawasan bekas tambang PT. KEM untuk mendulang emas secara tradisional. Ini lah yang memicu bentrok masyarakat dengan aparat keamanan, yang berujung dengan penembakan salah satu warga pada 2008;

Keempat, Pengelolaan dana abadi sebesar USD 11,2 juta seperti yang tertuang dalam Komunike KPPT No 5 27 Februari – 1 Maret 2002, sama sekali tidak transparan. Dana abadi yang tersimpan di bank HSBC Singapura tersebut bunganya dikelola oleh PT. Hutan Lindung Kelian Lestari (HLKL), sebuah badan hukum bentukan PT. KEM untuk melaksanakan reklamasi dan reboisasi kawasan pinjam pakai tersebut.

Oleh karena itu, JATAM dan LKMTL dengan tegas menuntut kepada Pemerintah Indonesia untuk menunda penandatanganan dan serah terima Kawasan Pinjam Pakai hingga PT. KEM menyelesaikan semua tanggung jawabnya dan memulihkan hak masyarakat Lingkar tambang.

Mengapa publik perlu mengetahui seluruh cerita pemburukan kehidupan sosial ekologi masyarakat Kelian?

Karena Rio Tinto hingga saat ini masih tetap dengan leluasa membuka dan merencanakan lokasi-lokasi tambang baru di Indonesia dengan berbagai macam wajah. Pada tanggal 13 Desember 2012, Menteri ESDM Jero Wacik menandatangani Kepmen No 3323 K/30/MEM 2012 tentang penciutan IUP Eksplorasi PT Sulawesi Cahaya Mineral yang semula seluas 50.700 (lima puluh ribu tujuh ratus) hektar (luas wilayah semula) dikurangi 6.633 Hektar menjadi 44.067  Hektar.

Lokasi tambang ini berada di dua Kabupaten dan Provinsi, yakni Morowali Sulawesi Tengah dan Konawe Utara Sulawesi Tenggara. Sudah sepatutnya Rio Tinto dihukum sebagai perusahaan paling berbahaya di dunia, atas kejahatan mereka di masa lalu. Agar tidak leluasa menciptakan ketidakadilan di bumi Sulawesi.

Sumber: jatam.org

read more
Green Style

Hijrah Purnama Sulap Sampah Plastik Jadi Kerajinan

Keprihatinan dan kecemasan Hijrah Purnama terhadap limbah sampah plastik mulai ia rasakan ketika duduk di bangku kuliah. Bermula dari mencuci sampah plastik yang dilakukannya bersama teman-temannya, lalu sampah-sampah tersebut dikumpulkan dalam kamar kost.

Sejenak, ia bingung dan belum tercetus ide untuk mengolah sampah plastik tersebut menjadi bermanfaat dan berdaya guna.  Ide untuk mendaur ulang sampah menjadi barang-barang layak guna akhirnya lahir. Ia bersama koleganya menamakan usaha daur ulang sampah mereka yaitu Project B Indonesia. Berikut wawancara dengan Mas Hijrah sebagaimana dilansir oleh Mongabay-Indonesia.

Mongabay-Indonesia: Apa yang melatarbelakangai anda untuk membuat saur ulang sampah, Project B Indonesia ?
Keprihatinan.  Awalnya hanya itu, banyaknya kantin/cafe atau yang biasa kita sebut burjo di lingkungan kampus menggerakkan kami untuk berbuat sesuatu. Di bangku kuliah selalu disuguhkan materi-materi tentang pengelolaan lingkungan membuat kami merasa risih dengan sampah yang dibiarkan begitu saja, hanyut di sungai, ditimbun ataupun dibakar. Orang-orang melakukan hal tersebut karena tidak paham, jadi kalo bukan kami? Siapa lagi yang peduli? Begitu yang terbesit didalam pikiran beberapa tahun yang lalu.

Mongabay-Indonesia: Siapa saja yang terlibat awal dalam project ini dan kapan dimulainya ?
Kami memulai project ini pada April 2008 dengan anggota berjumlah empat orang dan semuanya masih berstatus mahasiswa, dua mahasiswa S1 dan dua lagi mahasiswa S2. Boleh dibilang kegiatan ini tanpa modal, berawal dari hobi sering nongkrong di burjo, akhirnya memberanikan diri untuk meminta pemilik burjo untuk mengumpulkan sampah plastik kemasan. Satu minggu sekali diambil dan selama satu tahun pertama setiap Sabtu dan Minggu, kegiatan kami adalah menghitung, mencuci dan menjemur sampah plastik. Setelah kering sampah dipilah sesuai jenisnya. Sambil berjalan kami melatih kemampuan komunikasi kepada masyarakat. Kegiatan awal kami lakukan dengan sosialisasi pengelolaan sampah di beberapa desa di wilayah Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta. Sambutannya luar biasa, satu tahun pertama kami sudah bisa membuat beberapa desa secara sukarela mengumpulkan sampah plastik yang dihasilkan setiap rumah untuk disetorkan kepada kami.

Mongabay-Indonesia: Mengapa diberi nama Project B Indonesia?
Tidak ada alasan khusus kenapa kami namai kegiatan kami dengan Project B Indonesia, banyak usul nama dari empat orang anggota awal, tapi kami memilih Project B Indonesia. Banyak plesetan yang kami buat, B bisa berarti burjo karena awal idenya berasal dari tongkrongan burjo. Ato bisa juga B itu adalah awal, akan ada bisnis selanjutnya karena alphabet masih 24 huruf lagi..

Hijrah Purnama Putra (paling kiri) bersama para pengunjung dari Salatiga | Foto: Dok: Project B indonesia

Mongabay-Indonesia: Mengapa sampah plastik yang menjadi objek daur ulangnya mengapa tidak kertas dan yang lainya?
Plastik itu banyak jenisnya, kalau menurut referensi ada tujuh jenis plastik.. HDPE, PE, PP dan lain-lain. Kami memilih jenis plastik kemasan dengan lapisan alumunium foil. Berbeda dengan plastik yang lain dapat didaur ulang menjadi produk lain. Tapi jenis plastik beralumuniumlah yang kami fokusi, plastik jenis ini tidak laku dijual, membuat pemulung-pun tidak mau mengambil jenis plastik ini. Padahal kita tahu jumlah sampah jenis ini terus meningkat, hampir semua produk dibungkus dengan kemasan. Kadang orang membeli produk tidak mementingkan isi tapi lebih tergoda karena melihat kemasannya.

Mongabay-Indonesia: Dari mana sampah-sampah plastik itu anda dapatkan? membeli dari pemulung sampah atau bagaimana?
Dari masyarakat, kami mengelolanya dalam bentuk Bank Sampah. Tapi berbeda dengan bank sampah pada umumnya, kami hanya menerima sampah kemasan. Tentunya sebelum menabung kami mensosialisasikan tata cara penabungan, pengelolaan rekening, dan pencairan dana. Saat ini telah ada 150 nasabah yang tercatat dalam sistem kami. 150 nasabah ini bukan berarti 150 orang, tapi jika dihitung jumlah orangnya bisa mencapai 600 orang, karena 1 nomor rekening bisa terdiri dari 60 sampai 80 orang. Pengelolaan Bank Sampah ini juga cukup unik, jika bank sampah lain hidup dari hasil tabungan nasabah melalui pemotongan langsung berupa biaya adminitrasi, berbeda dnegan sistem kami. Kami tidak melakukan pemotongan sedikit pun dari sampah yang ditabungkan oleh masyarakat.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kami menghidupi bank sampah kami? Ya, dari jualan produk, kami memutar semua keuntungan penjualan untuk biaya pengelolaan, termasuk kegiatan sosialisasi yang kami lakukan setiap bulannya, promosi, pameran dan kegiatan lainnya. Jadi, kami selalu mengatakan jika memakai produk daur ulang ini tidak hanya membuat kami untung, tapi lebih dari 600 orang juga akan diuntungkan dengan program ini. Disamping nilai-nilai lingkungan yang begitu besar yang bisa kita dapatkan dari program ini.

Mongabay-Indonesia: Apakah ada komunitas atau kelompok yang diuntungkan dari Project B Indonesia ?
Pasti ada, keuntungan terbesar adalah bagi nasabah yang berasal dari berbagai wilayah di Yogyakarta.

Mongabay-Indonesia: Bagaimana dengan respon masyarakat (pasar) terhadap procuk hasil daur ulang sampai saat ini ? Apakah tidak ada ketakutan dengan persaingan produk terkenal ?
Respon masyarakat semakin hari semakin baik, masyarakat saat ini sudah terbiasa dengan slogan 3R (reduse. reuse and recycle). Sudah lumayan tidak risih lagi melihat produk daur ulang. Sudah jauh sekali peningkatannya ketika kami baru mulai di tahun 2008. Setiap produk tentunya sudah dipikirkan segmennya, kami mengejar segmen mahasiswa dan ibu-ibu. Mahasiswa kami sediakan berbagai produk seperti tempat pencil, tas laptop, backpack dan lainnya. Sedangkan ibu – ibu kami sediakan tas belanja ke pasar, tas laundry dan lain-lain. Bersaing dengan produk terkenal? Wah tidak ada apa-apa nya, produk kita dibandingkan produk mereka.

Berbagai sampah plastik berdaya guna untuk kebutuhan rumah tangga kerja dan kuliah

Mongabay Indonesia: Konsep daur ulang sampah di Jogja dan Indonesia saat ini seperti apa ?
Sebenarnya di Jogja sendiri sudah cukup baik dibandingkan dengan kota-kota lain di wilayah Indonesia. Jogja telah memiliki paguyuban pengelola sampah mandiri, saat ini kalau saya tidak salah sudah ada 50-an desa yang telah melakukan pengelolaan sampahnya secara mandiri. Kebanyakan dari desa tersebut memang tidak dilayani oleh pengangkutan dinas kebersihan, jadi mereka mau tidak mau harus mengolah sampahnya sendiri selain menimbun, menghanyutkan disungai ataupun membakar.

Mongabay-Indonesia: Apa kendala yang dihadapi selama berjalannya Project B Indonesia ?
Pasti setiap usaha ada kendalanya. Selam ini yang kami alami, mulai dari bahan baku, bank sampah, pegawai, produk, pemasaran pernah menjadi masalah. Kesempatan “bermasalah” itu kita jadikan sebagai sarana belajar. Konsepnya adalah learning by doing. Jadi enjoy-enjoy saja pas ada masalah.

Mongabay Indonesia: Apa saja capaian yang sudah didapat sejak dimulainya Project B Indonesia ?
Sejak berdiri sampai sekarang alhamdulillah sudah banyak capaian yang dapatkan, awal bekerja tanpa pegawai sekarang sudah ada lima pegawai tetap yang membantu kami. Dulu belum punya showroom, sekarang sudah ada walaupun bentuknya masih minimalis. Dulu belum pernah kirim barang keluar negeri, sekarang sudah beberapa kali “mengimpor” sampah ke Philipine, Jepang, Amerika dan Jerman. Tentunya semua itu kita syukuri dengan rasa syukur yang luar biasa.

Mongabay-Indonesia: Bagaimana dengan respon dan peran pemerintah terhadap pelaku usaha daur ulang seperti yang anda geluti?
Responnya cukup baik, beberapa instansi sudah rutin memesan produk daur ulang kami untuk kegiatan yang mereka lakukan. Tapi untuk respon yang lain belum ada sampai saat ini.[]

Sumber: mongabay.co.id

read more
1 2 3 4
Page 3 of 4