close

20/03/2014

Energi

Solo Bangun Energi Listrik dari Sampah

Proses pemanfaatan sampah perkotaan di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Putri Cempo Solo, untuk bahan baku energi listrik terus bergulir. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Solo pada Rabu (19/3/2014) menghadirkan calon 17 investor, untuk mendapatkan penjelasan (aanwijzing) proyek energi listrik berbahan baku sampah dari Kepala DKP, Hasta Gunawan.

“Aanwijzing kepada 17 calon investor tersebut untuk mengetahui detail rencana dan kelayakan yang ditawarkan investor. Pemerintah Kota (Pemkot) Solo ingin tahu banyak hal, terutama tentang manfaat dan nilai ekonomi dihasilkan proyek selain energi listrik. Termasuk kepastian jangka waktu pengelolaan yang menggunakan sistem build, oparation and transfer (BOT) dan alasan kenapa BOT 20 tahun atau 25 tahun. Semua informasi itu diperlukan untuk kelangsungan proyek,” ujar Hasta Gunawan kepada wartawan di Balaikota Solo, Kamis (20/3/2014).

Menurut Kepala DKP itu, proyek energi listrik berskala relatif besar itu akan digarap dengan sistem konsorsium. Pemkot Solo berharap, proyek tersebut menggunakan investasi kecil tetapi hasilnya besar, yakni dari nilai ekonomi di luar energi listrik yang dihasilkan. Dalam kaitan itu, sekaligus dibahas pembagian tanggung jawab proyek antara Pemkot Solo dengan investor. “Hal itu disebabkan investor kelak akan mengelola sampah perkotaan sepenuhnya dan Pemkot Solo tidak terlibat lagi dalam pengelolaan TPA Putri Cempo.

Dalam proses penjelasan dan prakualifikasi proyek yang disaksikan perwakilan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan dilanjutkan dengan proses penawaran bagi calon investor yang lolos. Pengumuman nama-nama calon investor peserta lelang akan diumumkan pada 25 April 2014. “Nama-nama calon investor yang dinyatakan lolos berhak ikut lelang. Kita belum tahu siapa saja di antara 17 calon investor yang nanti ikut lelang,” jelasnya.

TPA Putri Cempo yang berlokasi di sisi utara pinggiran Kota Solo, seluruhnya menempati areal seluas hampir 8 Ha. Di kawasan TPA Putri Cempo, selain beroperasi 300-an lebih pemulung, juga ada rumah penduduk dengan status hak milik di seputar TPA. Hasta menambahkan, jika kawasan TPA Putri Cempo dikelola investor, Pemkot Solo akan mengalihkan para PKL ke profesi lain.

Menyinggung kebutuhan luas lahan untuk proyek energi listrik tersebut, Hasta menegaskan, luas lahan dan deposit sampah Putri Cempo cukup untuk menghasilkan energi listrik yang besarnya masih dihitung. Dia menyebut contol di Cina banyak energi listrik yang dihasilkan dari limbah sampah perkotaan dengan lahan hanya 1,2 kilometer tersegi.
“Saya lihat dalam kunjungan ke Cina, ada pembangkit listrik dari sampah hanya butuh lahan 1,2 Ha. Kalau Putri Cempo seluas hampir 8 Ha dimanfaatkan, akan menghasilkan energi listrik lebih besar dari Cina,” tuturnya.[]

Sumber: pikiranrakyat.com

read more
Perubahan Iklim

Lingkungan Tak Sehat Bisa Sebabkan Autisme

Hingga kini penyebab gangguan autisme masih belum sepenuhnya dipahami. Banyak ahli kesehatan percaya bahwa genetika, faktor lingkungan atau kombinasi dari keduanya merupakan biang keladi timbulnya autisme.

Sebuah hasil analisa terbaru menyatakan bahwa racun di lingkungan mungkin memainkan peran yang jauh lebih signifikan dalam pembentukan gangguan perkembangan saraf daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal PLoS Computational Biology, peneliti dari University of Chicago, Amerika Serikat (AS) memeriksa catatan medis lebih dari 100 juta orang yang tinggal di AS. Analisis mereka menunjukkan bahwa tingkat autisme dan cacat intelektual berkorelasi dengan insiden malformasi (kelainan yang terjadi pada pembentukan struktur) alat reproduksi pada bayi laki-laki yang baru lahir.

“Pada dasarnya, masa kehamilan adalah periode sensitif, di mana janin sangat rentan terhadap berbagai molekul kecil, dari hal-hal seperti plasticizer (bahan-bahan tambahan pada produk tertentu), obat resep, pestisida lingkungan dan hal-hal lain,” kata penulis studi Andrey Rzhetsky, seorang profesor kedokteran genetik dan genetika manusia di University of Chicago kepada FoxNews.com baru-baru ini.

“Dan beberapa dari molekul-molekul kecil tersebut bisa mengubah perkembangan normal. Ini tidak benar-benar diketahui mengapa, tapi itu pengamatan eksperimental, terutama pada anak laki-laki dan sistem reproduksinya,” lanjut Rzhetsky.

Para peneliti melihat data dari masing-masing negara, pada lebih dari 3.100 kawasan. Setelah diteliti lebih detail untuk jenis kelamin, faktor etnis, sosial ekonomi dan geopolitik, para peneliti menemukan bahwa tingkat autisme meningkat sebesar 283 persen untuk setiap kenaikan 1 persen pada frekuensi malformasi saat lahir. Tingkat cacat intelektual meningkat sebesar 94 persen untuk setiap kenaikan 1 persen.

“Tingkat autisme diprediksi dari malformasi dan tingkat malformasi per orang bervariasi secara signifikan di seluruh negeri,” kata Rzhetsky.

Malformasi kebanyakan terjadi pada anak laki-laki, dimana kemungkinan autisme hampir enam kali lebih mungkin untuk menuju cacat bawaan. Kejadian autisme pada wanita yang terkait dengan tingkat malformasi juga meningkat, namun jumlahnya tidak terlalu banyak.

Rzhetsky mengakui bahwa faktor lingkungan bukan satu-satunya penyebab autisme, sebab bisa pula masalah gen bawaan. Namun demikian, kondisi lingkungan yang tidak baik akan memicu semakin tingginya jumlah anak yang menderita gangguan autisme.

Sumber: beritasatu.com

read more
Ragam

GreenJournalist Raih Penghargaan Jurnalistik TFCA

Anggota Green Journalist Aceh (GreenJou), M. Nizar Abdurrani meraih penghargaan Jurnalistik Konservasi Hutan Sumatera yang diselenggarakan oleh The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) bekerjasama dengan Yayasan Kehati dan Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Sumatera. Sebanyak 51 karya jurnalistik dari para jurnalis se-Sumatera masuk ke meja panitia untuk mengikuti kompetisi ini dan M. Nizar Abdurrani meraih juara IV untuk region Sumatera Bagian Utara.

Anugerah Jurnalistik Konservasi Hutan Sumatera dibagi menjadi dua region: Sumatera Bagian Utara, dan Sumatera Bagian Selatan.

Para jurnalis diminta menulis kondisi terkini di salah satu dari 13 kawasan konservasi di Sumatera yaitu: Hutan Warisan Seulawah; Taman Nasional Leuser &  Ekosistem Leuser; Taman Nasional Batang Gadis; Ekosistem Angkola; Batang Toru; Daerah Aliran Sungai Toba Barat; TN Bukit Tigapuluh; Semenanjung Kampar; Ekosistem Tesso Nilo; TN Kerinci Seblat; Kepulauan Siberut & Mentawai; TN Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas

Anggota GreenJou menuliskan tentang program TFCA yang dilaksanakan oleh LSM Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) di daerah hutan gambut Rawa Tripa. Hutan ini terletak di kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Artikel yang ditulis oleh M. Nizar Abdurrani mengupas program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar Rawa Tripa agar mereka punya mata pencarian alternatif selain merambah hutan gambut.

Karyanya berjudulbertajuk,”Masyarakat Berdaya Rawa Tripa pun Lestari.” Tulisan ini dimuat dalam website berita lingkungan www.greenjournalist.net, edisi tanggal 3/1/2014.

Berikut adalah daftar lengkap pemenang Anugerah Jurnalistik Konservasi Hutan Sumatera yang diumumkan pada 20 Maret 2014 oleh The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ).

daftar-pemenang

read more