close

energi

Energi

Hutan untuk Listrik Mikrohidro

Keberadaaan hutan Indonesia dengan beragam fungi seperti fungsi lindung, hidrologis,  membentuk iklim mikro dan penyerap karbon, namun hutan tersebut belum begitu penting bagi masyarakatyang tinggal di tepi hutan. Pentingnya hutan hanya bagi beberapa pihak saja, seperti pengusaha sawit, hutan tanaman, sektor tambang serta sektor industri lainnya.

Hutan di Indonesia belum mampu mendongkrak tingkat kemiskinan di wilayah terpencil (remote area), masyarakat yang tinggal di dalam kawasan hutan tersebar di 2.805 desa,  di sekitar kawasan hutan tersebar di 16.605 desa, umumnya tergolong miskin (Dr Hady Daryanto, 2011).

Kemiskinan di wilayah ini juga erat dengan ketiadaan listrik, rasio elektrifikasi Indonesia mencapai 66% di tahun 2009. Apabila dikaitkan dengan angka kemiskinan di Indonesia, maka rasio elektrifikasi dapat dikatakan berbanding terbalik dengan angka kemiskinan,  artinya saat rasio elektrifikasi meningkat, angka kemiskinan menurun (Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, ESDM, 2009)

Energi Listrik Untuk Desa
Saat ini masih ada 10.211 desa yang gelap gulita saat malam hari, yang sampai hari ini belum mendapatkan pasokan listrik dari PLN. Jumlah itu kurang lebih 13% dari total seluruh desa di Indonesia yang mencapai 72.944 desa/kelurahan hingga akhir 2012 dimana sebanyak 401 desa berada di Jawa -Bali. Ada dua faktor penyebab belum masuknya listrik , pertama karena lokasi desanya yang terpencar-pencar hingga ke pelosok, dan kurangnya dana PLN untuk menambah infrastruktur (PLN, 2013).

Salah satu manfaat hutan yang berdampak langsung adalah sungai, dimana dengan memanfaatkan arus yang deras dan  melalui sentuhan khusus,  arus tersebut menimbulkan daya untuk energi untuk listrik. Mungkin ini dapat menjadi jawaban terhadap pentingnya fungsi secara langsung dalam skala kecil disebut dengan Pembangkit listrik tenaga mikro hidro/PLTMH.

Jika di seluruh 10.211  desa di Indonesia dikembangkanlistrik, maka ini seluruh desa Indonesia akan terang dan tentu akan  memajukan ekonomi pedesaan dan akan muncul pemerataan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia dan tentu akan memajukan pendidikan di pedesaan. Masyarakat dan anak-anak dapat belajar dimalam hari serta mendapatkan informasi yang layak.

Sisi Lain Mikrohidro
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro   (PLTMH) adalah pembangkit listrik berskala kecil  (kurang dari  200  kW), yang  memanfaatkan tenaga  (aliran) air   sebagai sumber penghasil energi.  PLTMH termasuk sumber energi terbarukan dan layak disebut Clean   Energy  (energi bersih) karena ramah lingkungan. Dari sisi teknis, PLTMH konstruksinya lebih sederhana, mudah dioperasikan, serta mudah dalam perawatan dan penyediaan sukucadang serta pengelolaannya lebih ekonomis.

Secara sosial,  PLTMH mudah diterima masyarakat luas. PLTMH  biasanya dibuat dalam skala desa di daerah-daerah terpencil yang belum mendapatkan listrik dari  PLN.  Tenaga  air  yang digunakan dapat berupa aliran  air  pada sistem irigasi, sungai yang dibendung atau air terjun (Anya P. Damastuti, 1997).

Walau Indonesia memiliki potensi besar cadangan energi baru dan terbarukan tetapi pemanfaatannya dan realisasinya masih belum maksimal. Berdasarkan data Kementerian ESDM, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga air baik skala besar/kecil baru mencapai 4200 MW atau sekitar 5,5% dari total potensi yang ada. Sementara untuk yang skala mini/mikro mencapai 215 MW atau sekitar 37,5% dari total potensi.

Mikrohidro merupakan satu mekanisme dari pengembangan Skema Jasa Lingkungan air (PES). Mikrohidro disini tidak hanya dilihat dari sisi pembangunan energi, tetapi juga bisa dilihat dari sisi skema PES tersebut dan bagaimana mikrohidro dapat memberikan nilai tambah bagi kegiatan konservasi. Pengembangan mikrohidro dapat mengurangi nilai emisi CO2.

Program listrik pedesaan melalui pengembangan PLTMH dapat menjadi jawaban dari krisis listrik di Indonesia, keuntungan lain dari pengembangan PLTMH adalah keberlangsungan hutan dengan kegiatan konservasi. Masyarakat yang menggunakan PLTMH diharapkan dapat memahami manfaat keberadaan hutan sebagai daerah tangkapan air (catchment area). Dengan demikian, masyarakat juga akan tergerak untuk menjaga kelestarian hutan dan berbagai usaha konservasi lainya tanpa merusak keanekaragaman hayati yang terdapat di sekitar hutan.

PLTMH adalah sarana untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam memperbaiki kualitas sosial budaya desa. Sisi lain dari PLTMH, bukan hanya sebuah pembangkit energi listrik, tapi lebih pada gerakan sosial budaya dimana pembangunan PLTMH lebih bersifat gotong royong di desa. PLTMH merupakan jawaban atas pemanfaatan hutan dan kebutuhan listrik, kegiatan ini akan berdampak langsung bagi kemajuan masyarakat di pedalaman Indonesia. Dengan kata lain, pengembangan mikrohidro merupakan pemerataan pembangunan di pedesaan  dan merupakan suatu alat manajemen pengelolaan hutan yang tepat sasaran.(Az)

Penulis adalah pegiat lingkungan di Aceh.

read more
Energi

Krisis Listrik Berkelanjutan

Pertumbuhan kebutuhan listrik nasional tiap tahun rata-rata sebesar 9 persen. Kebutuhan di Jawa-Bali 7,2 persen dan di luar Jawa-Bali di atas 12 persen lebih. Dengan perhitungan sederhana, dalam waktu 10 tahun, Indonesia diperkirakan butuh pasokan listrik sebanyak dua kali lipat (Iwa Garniwa, 2013). Dengan kalkulasi itu, pemerintah (baca: Perusahaan Listrik Negara) harus menyediakan 4.000 megawatt listrik setiap tahun.

Ironinya, pemerintah seolah tak mampu menjawab pesatnya kebutuhan masayarakat akan daya listrik. Peningkatan kebutuhan listrik belum seimbang dengan peningkatan pasokan listrik dari kilang-kilang penghasil energi. Saat ini, menurut data PLN 2013, sumber energi utama di perusahaan listrik plat merah itu dalam memasok energi adalah solar, gas alam, dan batu bara. Kebutuhan akan energi fosil ini masih dominan sangat dominan.

Diperkirakan, 88 persen pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar fosil, terdiri dari 44 persen batubara, 23 persen dari solar, dan 21 persen gas alam. Angka ini jelas tak sebanding dengan pembangkit listrik menggunakan sumber energi terbarukan, seperti panas bumi, matahari, hidro (air) dan lainnya, yang hanya 13,7 persen.

Ketergantungan pada bahan bakar minyak untuk kepentingan kelistrikan nasional tentu sangat mengkhawatirkan. Secara ekonomis, penggunaan BBM memaksa pemerintah mengeluarkan subsidi, pada 2013, sebesar Rp 78,63 triliun. Belum lagi realitas bahwa cadangan minyak nasional hanya 3,7 miliar barel, atau hanya 0,3 persen dari cadangan minyak global. Indonesia saat ini hanya mampu memproduksi 830.000 barrel per hari. Jumlah ini tidak sepadang dengan kebutuhan minyak di Indonesia yang mencapai 1,2 juta barel per hari (Komaidi Notonegoro ,2013).

Peluang energi panas bumi
Jika dibandingkan dengan sumber energi fosil, panas bumi (geothermal) merupakan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan (clean energy). Potensi energi panas bumi terbesar di dunia.  dengan setidaknya 29 giga watt total potensi panas bumi. Posisi Indonesia yang berada di kerangka tektonik dunia, sangat berkaitan erat dengan surplus energi terbarukan ini (Wahyuningsih, 2005).

Indonesia mempunyai sumber panas bumi tersebar di 250 lokasi dengan total potensi lebih dari 28.000 megawatt (MW). Jumlah potensi yang berhasil diolah dari pemanfaatan energi panas bumi untuk listrik saat ini baru mencapai 1.324 MW. Salah satu yang menjadi penyebab kecilnya jumlah pertumbuhan adalah harga listrik dari panas bumi yang tidak kompetitif. Saat ini harga jual listrik dari pembangkit panas bumi ke PT PLN sekitar 7,5 sen dolar Amerika per kilo watt hour (kWh). Dengan total potensi 28.617 megawatt (MW) atau sekitar 40 persen dari potensi panas bumi dunia. Sedangkan jumlah pengembangan hanya sekitar 1.341 MA atau 4,6 persen dari potensi yang ada (Pertamina geothermal.2013).

Pemerintah harus memberi kepastian jaminan Internal Rate of Return (IRR) di sektor energi terbarukan panas bumi. Pemanfaatan energi panas bumi hanya terjadi oleh single buyer; PTPLN (Rahmat Gobel, 2014). Inilah yang menjadi pemicu permasalahan harga jual listrik. Permen ESDM Nomir 2 Tahun 2011 menetapkan harga energi listrik dari energi panas bumi sebesar 9,7 sen dolar Amerika/kWh sebagai harga tertinggi.

Salah satu solusinya adalah adanya regulasi yang memberikan fleksibilitas bagi PLN dalam pembelian energi sesuai dengan harga ekonomis penyediaan energi serta penawaran negosiasi harga listrik panas bumi, sementara harga jual listrik dari pembangkit diesel sekitar 20 sen dolar Amerika/kWh dan pembangkit gas sekitar 13 sen dolar Amerika/kWh. Kalau harga jual kita tidak kompetitif, sulit bagi investor untuk akselerasi proyek geothermal. dengan harga sangat murah (Pertamina Geotermal,2013).

Dilain sisi, analisa perkirakan harga yang sesuai untuk listrik geothermal sekitar US$ 11-14 sen/kWh. harga tersebut tergantung dari lokasi dan kompleksitas sumber panas bumi, Kendala lainnya adalah besaran harga dalam eksplorasi energi panas bumi di Indonesia yaitu pemanfaatannya untuk kebutuhan listrik lebih mahal dibanding dengan harga listrik yang dibeli oleh PLN, harga yang dibeli oleh Pertamina sebesar USD14–16 sen (Kisaran Rp 1.857 harga  kurs 1 USD  – Rupiah 11.610) sedangkan harga yang dibeli oleh PLN di bawah harga yang ditawarkan tersebut. (Pertamina geothermal.2013)

Harga jual listrik dari EBT yang terlalu murah, membuat investor kurang tertarik dan juga kalah bersaing dengan BBM yang disubsidi. Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2012 untuk menaikkan harga jual listrik dari panas bumi. Sebelumnya, tarif listrik dipatok maksimal 9,7 sen (1,261 Rupiah harga  kurs 1 USD  – Rupiah 11.610 ) dolar AS per kWh.

Namun, dengan aturan baru naik menjadi 10-18,5 sen dolar AS per kWh tergantung wilayahnya, Variasi harga jual listrik tersebut tergantung tempat, daerah perintis, dan nilai ekonomis. Saat ini Pemerintah juga mewajibkan PLN membeli listrik sesuai permen.(Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo, 2013)

Fundamental Energi  
Dalam kebijakan energi nasional, panas bumi ditargetkan menjadi penyokong 5 persen bauran energi nasional pada tahun 2025. Namun jika dilihat dari pertumbuhan, target ini sepertinya tidak bakal tercapai karena saat ini panas bumi baru berkontribusi 1 persen; perkembangan sangat lambat (WWF, 2012).

Harmonisasi kebijakan harus ada disektor pengembangan energi panas bumi, yang saat ini diatur melalui  UU Nomor 27 Tahun 2003 tentang EnergiPanas Bumi sebagai kegiatan pertambangan, UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengatur kawasan lindung dengan skema pinjam pakai kawasan dan  UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya. Ketiga aturan ini belum mengakomodir implementasi energi panas bumi dan resolusinya adalah perlu adanya penyesuaian atau revisi peraturan kehutanan dan panas bumi yang berlaku saat iniagar dapat mendorong percepatan implementasi pengembangan panas bumi.

Disamping sisi kebijakan, banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah, khususnya tantangan  dalam implementasi  panas bumi di Indonesia. Jika ini terus ditingkatkan, insya Allah, dapat menjadi jawaban atas krisis kebutuhan listrik nasional. Kebijakan energi nasional menetapkan agar panas bumi dapat menyokong 5 persen energi nasional pada 2025. Pengembangan dan pemanfaatan panas bumi penting untuk mendukung ketahanan energi dan pertumbuhan ekonomi.

Jika perlu, pemerintah membentuk kelembagaan setingkat kementerian untuk mengelola energi panas bumi. Masa depan pengelolaan energi Indonesia harusnya bertumpu pada energi panas bumi, terutama mengingat besarnya potensi panas bumi hingga 25 tahun yang akan datang. Jikapemerintah berhasil memanfaatkan 50 persen dari potensi tersebut, maka pada pada 2030 diperkirakan energi panas bumi mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan listrik Indonesia.

Lebih unggul
Banyak alasan mengapa kebijakan energi listrik Tanah Air harus beralih menggunakan energi terbarukan, terutama geothermal. Pertama, hampir seluruh sumber panas bumi berada di areal hutan lindung/kawasan konservasi. Energi panas bumi membutuhkan hutan untuk menjaga sistem sumber air. Kondisi ini jelas memberikan dorongan agar tutupan hutan di Indonesia terjaga.

Selain tidak menimbulkan polusi dan mengurangi ketergantungan kepada bahan bakar fosil, geothermal adalah salah satu  energi yang tidak akan habis, bersih, ramah lingkungan, dan mengurangi emisi gas efek rumah kaca. Dengan kata-kata lain, ketersedian energi geothermal dapat menjamin kelangsungan hidup yang lebih baik di masa mendatang.

*) penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan TGK Chik Pantee Kulu, Banda Aceh/Pegiat Lingkungan Aceh, berdomisili di Jl. Kuwera 1 NO 21 Lamprit, Banda Aceh Hp: 081269923974

read more
Energi

Ini Dia Tungku Hemat Energi Kayu Ala Lango

Masyarakat adat gampong (pedesaan) Mukim Lango Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat yang tinggal di daerah pegunungan umumnya menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak sehari-hari. Kayu bakar diambil dari hutan terdekat, kebun pribadi. Hanya sebagian kecil yang menggunakan kompor gas dengan berbagai alasan, misalnya tidak mampu membeli gas elpiji, takut meledak, sehingga pada saat pembagian tabung gas banyak warga yang langsung menjual tabungnya.

Masyarakat merasa menggunakan kayu bakar lebih nyaman dan murah sebab kayu bakar bisa dicari disekeliling pemukiman mereka. Namun ada permasalahan dengan tungku/kompor yang mereka gunakan, umumnya menggunakan tungku besi yang dirancang di bengkel yang boros kayu bakar. Implikasinya setiap harinya menggunakan kayu bakar yang banyak karena banyak panas yang terbuang, bahkan saat angina kencang api bisa bisa kemana-mana dan baranya terbang sehingga menajdi ancaman kebakaran rumah.

Masyarakat Lango Aceh Barat sedang membuat tungku hemat energi | Foto: JKMA
Masyarakat Lango Aceh Barat sedang membuat tungku hemat energi | Foto: JKMA

Jaringan Komunitas Masyarakat Adat (JKMA) Aceh bekerjasama dengan Global Environment Facilities (GEF) memperkenalkan Model Tungku Hemat Energi Kayu untuk mengatasi permasalahan di atas, setelah melalui wawancara dan pengamatan langsung. Pada tanggal 15-17 April 2014 diadakan Pelatihan Pembuatan Tungku Hemat Energi Kayu yang bertempat di Sekolah Dasar (SD) Lango Gampong (desa) Lango di ikuti oleh 25 peserta laki-laki dan perempuan yang berasal dari 4 Gampong (desa) dalam Mukim Lango yaitu: Gampong Lango, Gampong Lawet, Gampong Canggai dan Gampong Sikundo. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Project Coordinator Konservasi DAS Kreung Meureuboe Mukim Lango, Zulkifli Kawom, Rabu (7/5/2014).

Pada saat pelatihan dengan Metode Praktek Lapangan ini masyarakat dapat melihat dan membuat langsung tungku hemat energi. Mereka menamakan tungku ini dengan sebutan,“lungkee”.

Sebagai awal, dibuat Tungku Hemat Energi pertama di rumah Wahyudi (35), Tungku sengaja di bangun di luar rumah, agar menjadi perhatian masyarakat yang kebetulan lewat. Tungku yang bermaterial batu bata, tanah liat, dan bambu ini berbentuk kubus, diatasnya ada dua lubang api tempat memasak-menaruh alat masak seperti periuk/belanga/kuali. Dibagian depan ada lubang kayu bakarnyaberukuran kecil, kemudian bagian ujungnya ada sebuah cerobong ventilasi (tempat keluar asap).

Menurut wahyudi, hanya dengan 1 atau 2 potong kayu bakar, api yang keluar dari lubang tungku cukup besar dan sangat panas sehingga memasak menjadi lebih cepat. “Biasanya istri saya masak air sampai setengah jam, sekarang tidak sampai 15 menit sudah masak,” ujarnya. Singkatnya tungku tersebut sangat hemat kayu bakar, apinya sangat panas, sangat mudah dinyalakannya.

Ia menambahkan, hebatnya lagi tungku tersebut jika sudah banyak bara api di dalamnya, kita cukup hanya memasukan sepotong kayu bakar apinya langsung nyala, sekalipun kayu bakar tersebut agak basah, bisa juga digunakan serbuk kayu bekas perabotan.

Menurut Cut Ali warga Gampong Canggai, ini sebuah terobosan baru tungku hemat energi kayu bakar yang baru bagi mereka. “Tungku model ini mudah dinyalakan, sebab ruang tungku cepat panas, sistem ventilasi bagian lubang atas tungku sangat seimbang, bila sudah ada bara api, ruang tungku menjadi sangat panas, tungku memiliki alas dengan bahan yang sama,di dalam dinding dan alas tungku ada rongga, sehingga pada bagian luar tungku tidak begitu panas bila dipegang,”jelas Cut Ali.

Beberapa peserta pelatihan sepakat memberi nama Tungku Hemat Energi Kayu tersebut adalah si “LUNGKEE MUKIM LANGO”, artinya Tungku Buatan Mukim Lango. “Kami sudah sepakat membuat Kelompok Pengembang Tungku Hemat Energi LUNGKEE MUKIM Lango di Mukim Lango ini, saya dipercaya sebagai Kepala Tukang, sementara di masing gampong ada tukang  akan mengembangkan di gampong-gampong kedepannya,”kata Cut Ali. Mereka pun siap membantu jika ada masyarakat luar kecamatan yang ingin membuat tungku serupa.

JKMA Aceh pada tanggal 27 April telah membuat 100 unit tungku kemudian tanggal 4 Mei, tungku-tungku ini telah diuji coba. Hasil pengamatan waktu memasak yang biasanya sekitar 30 menit kini dengan tungku hemat energi tinggal 18-20 menit. Jika dengan tungku konvensional bisa menghabiskan kayu 7-10 potong,  namun dengan tungku hemat energi ini hanya menghabiskan 3-5 batang kayu dengan panjang 70 centimeter.[]

read more
Energi

Wamen ESDM Bahas Energi Ramah Lingkungan di AS

Pemerintah terlibat dalam upaya meningkatkan kerja sama usaha serta investasi bidang energi dan sumber daya mineral. Caranya melalui tukar menukar informasi kebijakan dan diskusi permasalahan energi di kedua negara.

Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo mengemukakan, perkembangan ekonomi dunia yang pesat selama beberapa dekade terakhir, telah menyebabkan meningkatnya konsumsi energi. Hal ini, terutama terjadi di sektor industri dan di perkotaan.

“Sementara di beberapa negara, pasokan energi stagnan karena berbagai faktor seperti menurunnya cadangan, kurangnya investasi dan keterbatasan teknologi. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami masalah tersebut,” katanya yang menghadiri The 5th Indonesia-US Energy Policy Dialogue yang berlangsung tanggal 1-2 Mei 2014 di Washington DC, Amerika Serikat, seperti mengutip situs Kementerian ESDM, Jumat (2/5/2014).

Di masa lalu, menurut Susilo, Indonesia merupakan salah satu pengekspor minyak utama di dunia. Namun setelah puncak produksi tahun 1996, produksi minyak terus mengalami penurunan hingga saat ini. Untuk mengatasi hal tersebut dengan perbagai langkah.

Pemerintah Indonesia akan terus meningkatkan produksi minyak dan sekaligus mengurangi ketergantungan pada minyak. Caranya melalui diversifikasi energi dengan memanfaatkan sumber-sumber energi yang berlimpah seperti panas bumi dan geothermal. []

Sumber: inilah.com

read more
Ragam

Ford Gelar Pelatihan Mengemudi Ramah Lingkungan

Program global keselamatan mengemudi, Driving Skills for Life (DSFL), kembali digelar Ford Motor Indonesia (FMI), di Cikarang, Jawa Barat, Kamis (24/4/2014). Kali ini temanya berkaitan dengan Hari Bumi (22 April), yang diselaraskan dengan orientasi Ford menciptakan teknologi ramah lingkungan.

DSFL merupakan program gratis yang telah digelar rutin sejak 2008, untuk mengedukasi peserta tentang bagaimana cara mendapatkan efisiensi maksimum saat berkendara. Sepanjang 6 tahun perjalanannya, FMI telah melatih 7.500 pengemudi dari berbagai kelompok serta organisasi.

Tahun ini, 100 karyawan Schneider Electric, di Kawasan Industri Jakarta Timur (EJIP), Cikarang, Jawa Barat, mendapatkan pelatihan tentang kesadaran teknik berkendara aman dan serta lebih hemat bahan bakar.

“Ford DSFL merupakan salah satu komitmen jangka panjang kami untuk menciptakan lingkungan berkendara yang lebih baik, memberikan pengemudi tips berharga untuk mencapai efisiensi bahan bakar yang lebih optimal,” ujar kata Lea Indra, Communications Director FMI , dalam keterangan resminya, Kamis (24/4/2014).

EcoBoost
Kendaraan peserta, Ford Fiesta EcoBoost yang baru saja diluncurkan FMI, Maret lalu. Meski berukuran lebih dengan tiga silinder, tenaga mesin yang dihasilkan setara dengan varian 1.6 liter terdahulu, yakni 120 PS. Dengan begitu konsumsi bahan bakar jauh bisa ditekan.

Tidak hanya soal kendaraan dengan kemampuan “hijau”, namun seseorang di balik kemudi juga ikut menentukan. Sebab itu FMI selalu selalu konsisten menggelar DSFL untuk menciptakan pribadi dewasa yang lebih peduli lingkungan.

“Ford peduli terhadap lingkungan dan kami berkomitmen untuk secara lebih jauh mengurangi penggunaan air, emisi CO2, dan limbah sepanjang produksi kendaraan. Mulai dari proses produksi kendaraan, hingga detil di interior mobil kami, serta teknologi mesin EcoBoost yang revolusioner, Ford terus memikirkan bagaimana cara untuk menjadi lebih ramah lingkungan,” tutup Lea.

Sumber: detik.com

read more
Energi

Penemuan Baru yang Memanfaatkan Limbah Panas

Hampir dua pertiga dari energi yang digunakan berubah menjadi limbah panas yang terbuang begitu saja. Namun sekarang para ilmuwan Northwestern University telah menemukan cara mengkonversi limbah panas listrik menjadi sesuatu yang berguna. Materi yang luar biasa ini dapat dimanfaatkan dalam perangkat solid-state  thermoelectric dalam berbagai industri, dengan penghematan energi yang berpotensi besar.

Sebuah tim interdisiplin yang dipimpin oleh ahli kimia anorganik Mercouri G. Kanatzidis menemukan bentuk kristal dari senyawa kimia timah selenide menghantarkan panas begitu buruk melalui struktur kisi sementara bahan thermoelectric ini dikenal yang paling efisien. Tidak seperti kebanyakan bahan termoelektrik, timah selenide memiliki struktur sederhana seperti dari akordeon yang memberikan sifat kunci yang luar biasa.

Efisiensi konversi limbah panas dalam thermoelectrics tercermin dari sosok yang disebut ZT. Tin selenide memperlihatkan ZT 2,6, dilaporkan sampai saat ini di sekitar 650 derajat Celcius . Konduktivitas termal material yang sangat rendah meningkatkan ZT ke tingkat tinggi ini sementara masih mempertahankan konduktivitas listrik yang baik.

ZT metrik merupakan rasio konduktivitas listrik dan listrik thermoelectric dalam pembilang ( yang harus tinggi ) dan konduktivitas termal dalam penyebut ( yang perlu rendah).

Potensi aplikasi untuk suhu tinggi bahan termoelektrik termasuk industri otomotif (sejumlah besar energi potensial bensin yang keluar dari knalpot kendaraan), industri manufaktur berat (seperti kaca dan pembuatan batu bata, kilang, batu bara dan pembangkit listrik-gas ) dan tempat-tempat di mana mesin pembakaran besar beroperasi secara terus menerus (seperti dalam kapal-kapal besar dan kapal tanker).

“Anda tidak perlu mengubah banyak energi yang terbuang di dunia menjadi energi yang berguna untuk membuat bahan yang sangat menarik. Kami membutuhkan portofolio solusi untuk masalah energi dan bahan termoelektrik ini dapat memainkan peran penting,” kata Vinayak Dravid P. , seorang peneliti senior di tim.

Rincian selenide timah, bahan kristal paling konduktif termal di dunia, diterbitkan 17 April 2014 oleh jurnal Nature.

Penemuan ini terjadi kurang dari dua tahun setelah kelompok riset yang sama memecahkan rekor dunia dengan bahan lain termoelektrik mereka dikembangkan di laboratorium dengan ZT 2,2.

” Ketidakefisienan bahan termoelektrik saat ini telah membatasi penggunaan mereka,” kata Kanatzidis, Profesor Kimia di Northwestern. ” Kami berharap sistem selenide timah diimplementasikan dalam perangkat thermoelectric untuk menjadi lebih efisien daripada sistem lain dalam mengkonversi limbah panas listrik yang berguna . “[]

Sumber: enn.com

read more
Energi

Hentikan Pemakaian Energi Kotor untuk Kurangi Emisi

IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), lembaga yang beranggotakan ilmuwan-ilmuwan terkemuka dunia, yang dibentuk oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan beroperasi dibawah pengawasan Program Lingkungan PBB (UNEP) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), kembali menerbitkan laporan terbaru di Berlin, Jerman, Minggu (13/4/2014).

Laporan yang dikerjakan secara intensif selama 6 tahun ini disusun menggunakan seluruh data ilmiah yang tersedia guna mendukung program adaptasi perubahan iklim.

Dalam laporannya, IPCC menyimpulkan, konsentrasi gas rumah kaca – yang menjadi penyebab perubahan iklim – terus meningkat lebih cepat dari yang diperkirakan selama tiga puluh tahun terakhir.

Pertumbuhan jumlah penduduk dan faktor ekonomi menjadi faktor utama peningkatan emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil. IPCC mencatat, tingkat pertumbuhan populasi mengalami selama sepuluh tahun terakhir identik dengan pertumbuhan pada tiga dekade sebelumnya. Namun kontribusi pertumbuhan ekonomi terhadap peningkatan emisi melonjak tinggi.

Skenario IPCC menunjukkan, guna membatasi kenaikan suhu bumi di bawah dua derajat Celsius, dunia harus mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 40-70% pada pertengahan abad ini dibanding tingkat emisi pada 2010 atau memangkasnya hingga nol pada akhir abad ini.

Ada delapan sektor ekonomi utama yang mendorong kenaikan emisi gas rumah kaca. Sektor-sektor tersebut adalah: sektor energi, transportasi, konstruksi, bangunan, industri, penggunaan lahan, pertanian dan kehutanan.

Emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil dan proses industri menyumbang 78% kenaikan total emisi gas rumah kaca dari tahun 1970 hingga 2010, dengan tingkat kontribusi yang sama dengan periode 2000-2010.

Separuh dari emisi CO2 pada periode 1750 hingga 2010 diproduksi oleh manusia dalam 23 tahun terakhir. Emisi gas rumah kaca terus meningkat setiap tahun dalam periode 2000-2010. Kenaikan ini berasal dari pasokan energi (47%), industri (30%), transportasi (11%) dan bangunan (3%). Dengan menghitung emisi tidak langsung dari sektor bangunan dan industri.

Tanpa upaya mitigasi yang serius, IPCC memerkirakan, rata-rata suhu bumi akan meningkat 3,7 hingga 4,8°C pada 2100 dibanding masa pra industri (dengan nilai median antara 2,5°C hingga 7,8°C jika faktor ketidakpastian iklim dimasukkan).

Menurut IPCC, memangkas emisi dari produksi listrik hingga ke titik nol bisa menjadi skenario mitigasi ambisius bersama. Namun IPCC menekankan, aksi efisiensi energi juga tidak kalah penting guna mengurangi emisi.

Sumber: Hijauku.com

read more
Energi

UNEP: Investasi Energi Terbarukan Merosot 14 Persen

Investasi global dalam energi terbarukan merosot 14% pada tahun lalu, dan Tiongkok untuk pertama kalinya menanamkan lebih banyak uang ke sektor ini daripada Eropa, demikian laporan Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) Senin (6/4) waktu setempat.

UNEP mencatat, penanaman modal energi terbarukan selain pembangkit listrik tenaga air (PLTA) turun menjadi 214,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2013, merosot 35,1 miliar dolar AS dari tahun sebelumnya dan 23 persen di bawah rekor yang dicapai pada 2011.

Penurunan tersebut, menurut UNEP, terjadi karena “ketidakpastian politik di beberapa pasar,” yang berarti kurangnya kejelasan atas dukungan pemerintah untuk sektor itu, dan kejatuhan biaya sistem-sistem tenaga surya.

“Sementara beberapa hal mungkin menunjukkan fakta bahwa investasi secara keseluruhan dalam energi terbarukan jatuh pada 2013, di balik penurunan itu banyak sinyal positif dari pasar dinamis yang cepat berkembang dan pasar mapan,” ujar Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP.

Angka-angka datang ketika panel ahli perubahan iklim PBB menerbitkan peringatan terkeras selama ini tentang bahaya dari sistem iklim yang dirusak untuk generasi mendatang.

“Dampak perubahan iklim akan meninggalkan tidak ada bagian dari dunia tak tersentuh dan tidak terpengaruh,” Ketua Panel Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim Rajendra Pachauri mengatakan pada Senin.

Di Eropa, yang telah menjadi pemimpin global dalam mendukung pengembangan energi terbarukan, investasinya anjlok 44% menjadi 48 miliar dolar AS (35 miliar euro) pada tahun lalu, catat UNEP.

Hal itu bila dibandingkan dengan penurunan 6% di Tiongkok, menjadi 56 miliar dolar AS, dan pengurangan sepersepuluh di AS menjadi 36 miliar dolar AS.

Setelah sembilan tahun bertumbuh, tahun lalu adalah untuk pertama kalinya investasi energi terbarukan jatuh di negara berkembang. Namun, UNEP juga mencatat, berita itu tidak semuanya buruk untuk sektor energi terbarukan.

Secara keseluruhan, UNEP merinci, pangsa pasar pembangkit listrik dunia naik menjadi 8,5% dari 7,8% pada 2012. Hal itu belum termasuk pembangkit listrik tenaga air, yang energi terbarukan menyumbang 43,6% dari kapasitas pembangkit baru yang dipasang pada 2013

Energi matahari masih memiliki dukungan terkuat dari investor, meskipun harga rata-rata pemasangan panel surya telah menurun sebesar 60%.

Perusahaan-perusahaan energi terbarukan juga mendapat dukungan lebih banyak dari investor swasta, dengan ekuitas meningkat dua kali lipat ke rekor 11 miliar dolar AS selama setahun lalu, demikian laporan UNEP.[]

Sumber: antaranews.com

read more
1 2 3 4 7
Page 2 of 7