close

perubahan iklim

Tajuk Lingkungan

An Inconvenient Truth: Sebuah Kabar Tentang Bumi

An Inconvenient Truth, adalah sebuah film dokumenter bergenre scientific yang diluncurkan tahun 2006 dan berhasil menjadi salah satu film dokumenter terlaris di negara asalnya, Amerika Serikat (AS).

Film dokumenter An Inconvenient Truth atau yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak menyenangkan, berisikan tentang presentasi Al-Gore, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat masa Bill Clinton, tentang isu lingkungan, perubahan iklim, dengan menitik beratkan global warming (pemanasan global) sebagai poin bahasan presentasinya. Sejak kekalahannya dari George W. Bush dalam Pilpres Amerika Serikat, Al-Gore mendedikasikan hidupnya untuk memberikan kuliah umum tentang isu lingkungan dari satu kota ke kota lainnya di Amerika Serikat.

Dalam film berdurasi 100 menit ini, Al-Gore dengan apik menjelaskan tentang kondisi bumi yang banyak tidak diketahui oleh manusia. Berbagai fakta dan penelitian para ilmuwan tentang pemanasan global, dijelaskan dalam film ini. Meningkatnya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) yang menyebabkan efek rumah kaca, peningkatan suhu bumi di berbagai kota di dunia, melelehnya gletser di Kutub Utara dan Kutub Selatan, dan hal-hal buruk lainnya yang terjadi akibat pemanasan global.

Bahkan, efek parah lainnya, yang juga dijelaskan dalam film ini apabila gletser-gletser mencair, adalah terancamnya ketersediaan air bersih, dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut dunia, daratan juga akan berkurang. Berbagai video visualisasi yang ditampilkan dalam film ini juga menambah kekayaan dari isi film.

Terlepas dari berbagai hal ilmiah yang sungguh sangat menyedihkan diatas, film ini secara garis besar akan sangat membosankan bila dicicipi untuk sekedar sebagai “tontonan”. Namun, film ini menjadi menarik ketika berbagai upaya tentang penyelamatan bumi harus berbenturan dengan kepentingan politik penguasa. Ketidakberdayaan AS dalam menghadapi isu lingkungan, juga menjadi daya tarik dari film dokumenter ini. Isu lingkungan terus diperjuangkan para aktifis lingkungan, bahkan sampai ke tingkat parlemen di AS dengan berbagai jalan, namun pemerintah AS justru memberikan tanggapan yang tidak seharusnya.

Mereka tidak menganggap serius isu ini dengan alasan akan mengancam keseimbangan ekonomi, bahkan dibeberapa kesempatan, film ini mengutip perkataan ‘sadis’ orang-orang berpengaruh di Amerika, seperti George W. Bush, yang sangat mendiskreditkan aktifis lingkungan dalam hal ini Al-Gore.

Menyambung tentang ketidakberdayaan AS atas isu lingkungan ini, dalam video digambarkan analogi tentang kebijakan politik AS yang mejadikan ekonomi sebagai alasan untuk tidak fokus memperhatikan isu lingkungan, yaitu dengan menganalogikan emas dan bumi dalam satu timbangan yang sama, mana yang lebih dipilih? AS memilih emas, lalu, apalah arti emas jika tanpa bumi ? Analogi ini sungguh menarik.

Begitu banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film dokumenter “An Inconvenient Truth”.  Film ini membuka mata banyak manusia, termasuk saya, akan kondisi bumi yang sedang ‘sakit’ dan akan terus-terusan ‘sakit’, jika kita tidak mulai ‘menyembuhkannya’. Kita bisa mulai berbuat untuk bumi dengan minimal peduli dan yakin dengan kebenaran isu lingkungan seperti yang dipaparkan dalam film ini.

Lebih dari sekedar itu, kita harus mencoba untuk membiasakan gaya hidup sederhana yang go green, seperti, tidak menggunakan air secara berlebih, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, mengurangi penggunaan AC, dan masih banyak hal-hal yang sebenarnya sangat mudah kita lakukan, namun, hanya sulit jika kita belum memulai dan biasakan.

Saya punya cerita tentang kegiatan Go Green unik yang dilakukan dosen saya dan diceritakan di kelas, beliau bercerita, bahwasanya beliau jarang mencuci kendaraan pribadi miliknya dengan alasan penghematan air. Ini, keren.

Diluar isu lingkungan, saya melihat film ini bisa dijadikan sebagai gaya baru dalam berkampanye, menonjolkan sisi positif seseorang, dan disisi lain mem-blow-up sisi negatif rivalnya. Terakhir, lagi-lagi harus sama-sama kita sadari, seperti perkataan Al-Gore yang saya kutip dalam film ini, “…pada akhirnya, isu lingkungan bukanlah sekedar masalah politik, lebih dari itu, ini adalah masalah moral.”

“What gets us into trouble, is not what we don’t know.
It’s what we know for sure that just ain’t so.”
(Mark Twain)

Penulis adalah mahasiswa Fisip Unsyiah dan artikel ini merupakan tugas Mata Kuliah Politik Lingkungan Global dan Sumber Daya Alam.

read more
Perubahan Iklim

An Incovenient Truth, Kisah Politisi Perubahan Iklim

An incovenient truth adalah sebuah film dokumenter yang menceritakan tentang  terjadi nya proses pemanasan global  (global warming) yang terjadi di bumi saat ini akibat emis gas rumah kaca. Dalam film ini di ceritakan perubahan iklim adalah akibat dari panas bumi yang dihasilkan oleh radiasi matahari. Ozon memerangkap sebagian panas bumi yang tujuan sebenarnya untuk mencegah suhu dingin yang terlalu ekstrim di muka bumi. Namun akibat pemanasan global, ozon tersebut menebal dan memerangkap panas yang berlebihan di muka bumi.

Banyak dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global ini. Gunung Kilimanjaro, Taman Nasional Glasier, Columbia, Pegunungan Himalaya, Pegunungan Alpen, dan bagian bumi yang terdapat glasier telah rusak dan mencair. Jika di seluruh dunia es akan mencair maka permukaan laut akan meningkat yang dapat menyebabkan tenggelamnya sebagian daratan di bumi. Selain daratan es yang mencair, pemanasan global juga mengakibatkan terjadinya gelombang panas yang mempunyai suhu tertinggi hingga > 50 C dan menewaskan manusi di berbagai wilayah bumi.

Pemanasan Global juga dapat mengakibatkan badai dan angin puting beliung yang juga merugikan banyak pihak. Satu hal yang sering tak diperhatikan dari dampak masalah ini yaitu meningkatnya curah hujan, tetapi pemanasan global juga mengakibatkan kekeringan yang luar biasa dahsyat di wilayah yang sangat panas. Batu karang di seluruh dunia berubah menjadi berwarna putih yang tidak dapat dihidupi lagi oleh organisme laut yang membutuhkan tempat tinggal di sana.

Al  Gore mempresentasikan data bagaimana bumi ini makin ‘panas’ karena efek rumah kaca  dan Al Gore juga menunjukkan foto terkenal “Earthrise,” diambil dari ruang angkasa oleh astronot Amerika pertama. Lalu ia menunjukkan serangkaian foto-foto ruang kemudian, jelas menunjukkan bahwa gletser dan danau yang menyusut, salju yang mencair, garis pantai yang mundur. Banyaknya polusi menyebabkan banyak sinar infra merah yang seharusnya dipantulkan ke luar angkasa ditahan oleh bumi, akibatnya bumi semakin panas dan sedikit demi sedikit melelehkan gumpalan es di kutub.

Al Gore dengan berani memaparkan contoh nyata seperti salju di Kilimanjaro dan glacier-glacier di seluruh dunia mencair,dan tentang  badai Katrina, rata-rata suhu yang panas di berbagai kota di dunia, bencana kekeringan, penipisan es di Artik, serta luas daratan yang berkurang jika es di Antartika atau Greenland mencair dan apabila Greenland mencair pasti akan membanjiri kota-kota di dunia seperti Beijing, Shanghai, sampai Washington DC.

Dalam beberapa kesempatan, Gore juga menceritakan kehidupan pribadinya, bagaimana hal-hal yang terjadi pada kehidupannya membuat beliau menjadi seorang pejuang lingkungan. Dan dalam film ini Gore juga memperlihatkan tentang anaknya yang kecelakaan dan ayahnya yang meninggal karna kanker paru-paru, Pertama kali Gore mengetahui pemanasan global adalah dari Roger Revelle, pengajarnya sewaktu kuliah dan salah satu orang yang pertama kali mempelajari pemanasan global.

Gore juga menceritakan rasa frustasinya ketika menghadapi senat Amerika Serikat, sebelumnya dia yakin jika kongres akan sama-sama terkejut jika mengetahui fakta pemanasan global, tetapi kenyataannya tidak sama sekali. Dan setelah kekalahan tipisnya dari George W. Bush pada pemilu Amerika Serikat, Gore memilih untuk pergi dari kota ke kota keliling dunia untuk membicarakan isu lingkungan.

Untuk mengatasi masalah ini maka Al Gore ingin menimbulkan perubahan hingga Kongres di AS bereaksi pada masalah ini. Al Gore juga mengajak seluruh dunia khususnya warga AS untuk peduli pada masalah-masalah yang terjadi akibat pemanasan global. Hal yang harus dilakukan manusia adalah memisahkan kebenaran dan fiksi. Jika sudah dapat memisahkan maka jika memang itu adalah kebenaran untuk itu semua manusia di negara manapun harus mencari cara untuk memastikan peringatan itu didengar dan ditanggapi.

Sebagai manusia, kita jangan hanya memikirkan tentang apa yang diberikan oleh bumi ini, tapi pikirkanlah hal terbaik apa yang telah kita lakukan pada bumi ini dan jika kita melakukan yang terbaik untuk bumi maka dengan sendirinya akan berdampak baik dengan manusia. Selanjutnya, menurut Al Gore yang dapat mengatasi masalah ini adalah pengefisiensian barang elektronik dan kendaraan bermotor.

Hal yang harus saya lakukan untuk turut membantu mengatasi masalah ini adalah memberitahu orang lain terlebih dahulu sebagai proses kesadaran manusia agar tanggap dengan masalah ini. Kemudian, memperbaiki lingkungan di kampus dan sekitarnya, begitu pula dengan sekitar kos-kosan. Membuang sampah pada tempatnya merupakan hal yang paling kecil untuk memperbaiki lingkungan di dunia ini.

Seperti solusi Al Gore di atas, saya akan menggunakan energi seminimal mungkin, contohnya mematikan lampu dan televisi ketika tidak dipakai, mencabut charger laptop dan handphone ketika tidak digunakan, dan lain hal yang dapat mengefisienkan energi. Menggunakan kertas dengan seminimal mungkin dan  kantong plastik. Menghindari dari namanya rokok yang menambah gas rumah kaca.

Dari penayangan film ini, dapat ditarik kesimpulan yaitu, pemanasan global dapat mengakibatkan hal yang sangat-sangat ekstrim bagi bumi ini dan berdampak mengerikan pada manusia sendiri. Kemudian, sekarang ini manusia belum banyak yang menyadari efek dari masalah ini sehingga banyak orang yang menganggap bahwa masalah ini hanya teori/fiksi belaka. Untuk itu, cara mengatasinya hanya perlu kesadaran semua negara untuk saling bahu-membahu dalam menangani masalah ini dan mengikutsertakan seluruh manusia tanpa terkecuali, karena tanpa bumi tamatlah kita.[]

Penulis adalah mahasiswa Fisip Unsyiah dan artikel ini merupakan tugas Mata Kuliah Politik Lingkungan Global dan Sumber Daya Alam.

read more
Tajuk Lingkungan

Perubahan Iklim, Bikin Manusia Seperti Katak Dalam Tempurung

Jika membahas tentang isu pemanasan global hal pertama yang muncul disetiap benak orang adalah “membosankan”, tidak terkecuali saya sendiri. Hal ini karena selama ini kita hanya menerima apa yang diberitakan media-media mengenai isu pemanasan global, seperti isu pemanasan global akan mendatangkan kiamat di bumi dan es yang mencair akan menenggelamkan bumi dan lainnya diluar nalar manusia.

Namun tahukah anda apa itu pemanasan global ? Ddefinisi tradisional mengenai pemanasan global adalah radiasi matahari masuk dengan pola berbentuk gelombang cahaya dan memanasi bumi, lalu sebagian radiasinya diserap dan menghangatkan bumi, sebagian lagi dipantulkan kembali ke angkasa dalam bentuk radiasi inframerah. Namun sinar yang dipantulkan ini tidak bisa keluar karena dijebak oleh lapisan atmosfir dan akhirnya tertahan di angkasa.

Hal ini sebenarnya baik sebab bisa menjaga suhu bumi hingga batas waktu tertentu dan stabil. Tapi masalahnya adalah lapisan atmosfir semakin ditipiskan oleh polusi industri yang menghasilkan gas rumah kaca yang terjadi dibumi. Terjadilah pemanasan global sebagaimana yang disampaikan oleh Al Gore dalam film An Inconvenient Truth.

Dalam filmnya Al Gore menceritakan tentang kondisi bumi saat ini yaitu terkait dengan pemanasan global. Al Gore mampu menyajikan topik ini dengan sangat baik, sehingga mudah dicerna oleh orang awam. Di dalam film juga dijelaskan bahwa daratan menyimpan panas bumi, namun lautan tidak. Sehingga pada suatu saat tertentu udara laut dan udara daratan bertemu, akan terjadi bencana seperti badai Huricane yang sangat merusak bila terjadi di daratan.

Dalam kurun waktu 1996-2006, banyak sekali terjadi badai Huricane di Amerika Serikat dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda. Badai seperti ini sangat berbahaya dan mampu menelan banyak korban jiwa.

Al Gore juga menjelaskan bagaimana teknologi yang berkembang pesat berpengaruh terhadap pemanasan bumi. Di dalam sebuah penelitian yang ditampilkan, Amerika Serikat merupakan kontributor pemanasan global yang paling tinggi. Hal ini disebabkan oleh teknologi yang digunakan Amerika Serikat merupakan yang paling canggih, seperti banyaknya pengguna kendaraan bermotor dan berdirinya pabrik-pabrik yang turut menyumbang terhadap pemanasan global. Meski sulit diterima, namun kenyataan bahwa kemajuan teknologi tidak selalu diiringi dengan penanganan lingkungan yang baik harus diterima oleh masyarakat Amerika Serikat.

Al Gore tak hentinya menjelaskan bagaimana akibat dari pemanasan global tak bisa dihindari oleh manusia. Di dalam presentasinya, mantan presiden Amerika Serikat ini menjelaskan bahwa kita ibarat katak yang terperangkap di dalam sebuah teko pemanas yang ditutup. Kita tidak bisa kabur dari bumi sebagai tempat hidup. Hanya bumi lah pilihan kita untuk tinggal dan menyelamatkan bumi dari pemanasan global merupakan satu-satunya jalan jika kita ingin umat manusia berlanjut.

Lalu apa yang bisa lakukan untuk melawan perubahan iklim ini ? Menurut saya tindakan yang harus kita ambil yaitu, membeli peralatan elektronik yang hemat energi, rancang bentuk rumah yang hemat energi yang sesuai dengan lingkungan hidup kita, lakukan daur ulang sampah, gunakan angkutan publik, pilih pemimpin yang peduli terhadap lingkungan, lakukan penanaman pohon dan bergabung dengan organisasi yang melindungi bumi serta banyak hal lain yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan bumi.[]

Penulis adalah mahasiswa Fisip Unsyiah dan artikel ini merupakan tugas Mata Kuliah Politik Lingkungan Global dan Sumber Daya Alam.

read more
Perubahan Iklim

PBB: Skenario Terburuk Iklim Bisa Dihindari

Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan negara-negara dunia masih bisa menghindari konsekuensi serius perubahan iklim. Asalkan, mereka bertindak cepat dan agresif guna memangkas laju percepatan emisi gas rumah kaca.

Berdasarkan laporan, emisi gas rumah kaca menguat cepat antara tahun 2000 dan 2010. Laju penguatan lebih kencang dibanding dalam tiga dekade sebelumnya. Krisis ekonomi global pada 2007 dan 2008 secara temporer mengurangi emisi. Namun, kondisi itu tidak mengubah tren keseluruhan, sebut laporan.

Laporan terbaru PBB menjadi perhatian utama para perancang kebijakan di seluruh dunia. Sebab, laporan berfokus pada berbagai skenario guna memangkas pemanasan global. Dipresentasikan hari Minggu di Berlin, laporan merupakan episode ketiga dalam catatan komprehensif empat bagian yang disusun Panel Antar-Pemerintah PBB tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Panel mendesak koordinasi internasional untuk mengatasi tantangan perubahan iklim. Banyak cara bisa dilakukan, misalnya mendirikan institusi penetapan harga karbon, mempromosikan pajak karbon dioksida (CO2), serta menambah investasi untuk energi terbarukan.

Penundaan aksi hanya akan memperdalam risiko dan ongkos yang harus dibayar di kemudian hari. Ottmar Edenhofer, wakil ketua kelompok kerja III IPCC, mengingatkan bahwa mitigasi perubahan iklim tak akan tercapai, jika perusahaan dan pemerintah “memajukan kepentingan mereka secara mandiri.”

Menurut Edenhofer, tindakan bukan berarti “masyarakat dunia mesti mengorbankan pertumbuhan [ekonomi]. … Kebijakan iklim memang bukan makan siang gratis, tetapi makan siang ini layak dibeli.”

Dengan laporan ini, “pembuat kebijakan diberi pelbagai opsi. Mereka bisa memutuskan apapun yang mereka inginkan,” kata Ed Hawkins, ilmuwan iklim di University of Reading, Inggris. Ia merupakan salah satu penulis laporan IPCC sebelumnya.

Pesan kunci dalam laporan terbaru IPCC adalah skenario mengkhawatirkan masih dapat dihindari. “Hanya dengan perubahan besar-besaran dari sisi teknologi dan kelembagaan, kita bisa mencapai peluang lebih baik untuk mencegah pemanasan global melampaui ambang batas,” demikian kesimpulan sementara panel PBB.

Pada 2010, sekitar 200 negara sepakat mengurangi emisi untuk mencegah kenaikan suhu dunia mencapai ambang batas tertentu. Batas kenaikan itu adalah dua derajat Celsius di atas level sebelum era industri.

Untuk sampai ke titik itu, kata IPCC, pada pertengahan abad ini emisi gas rumah kaca mesti bisa dipangkas sebesar 40% sampai 70% dibanding level tahun 2010. Emisi mesti dipangkas hampir nol pada akhir abad.

Bagaimanapun, perubahan skala besar—khususnya yang melibatkan pemerintah serta pelaku industri pembangkit listrik serta transportasi—akan membutuhkan pengeluaran besar. Kenyataan itu sudah menjadi subjek kontroversi dan pertentangan besar di banyak tempat.

Dalam konferensi pers di Berlin, ketua IPCC Rajendra Pachauri menyatakan analisis biaya dan manfaat mitigasi merupakan “pertanyaan yang kompleks.” Namun, ia mengajak semua untuk tak lagi memperhitungkan nilai dolar, jika berkaitan dengan hilangnya nyawa manusia serta rusaknya ekosistem darat dan laut yang dipicu perubahan iklim.

“Kita harus memikirkan kembali tentang apa yang mungkin terjadi, jika kita tidak mengambil tindakan yang diperlukan,” katanya.

Sumber: WSJ Indonesia

read more
Tajuk Lingkungan

“An Inconvenient Truth”, Arti Sebuah Kebenaran dan Kesadaran

“Ada begitu banyak hal selain teroris dan masalah politik lainnya  yang layak mendapatkan perhatian kita di dunia“

Ini adalah kata-kata yang di ucapkan Al Gore, tokoh utama dalam sebuah film dokumenter yang mengangkat tema isu lingkungan global saat ini. An Inconvenient Truth adalah judul yang dipilih untuk film ini, film yan telah memenangkan penghargaan bergengsi di dunia film yaitu  Piala Oscar pada tahun 2007 dalam kategori “Best Documentary” dan “Best Original Song”.

Film ini sarat akan moral dan sindiran sosial atas ketidak pedulian kita terhadap lingkungan dan tentang isu – isu Pemanasan Global. Kita cenderung lebih melihat terhadap masalah-masalah lain yang lebih kepada kepopuleran dan bersifat non-ilmiah. Film ini juga menggambarkan bagaimana keadaan sebenarnya bumi kita yang sedang mengalami ancaman yang cukup serius apabila kita tidak segera bertindak. Membosankan?

Topik ilmiah seperti pemanasan global adalah topik yang membosankan bagi kebanyakan orang, tetapi berbeda jika dibawakan oleh seorang Al Gore. Harus diakui Al Gore memiliki kemampuan mempresentasikan sesuatu dengan baik. Ia mampu menampilkan ekspresi wajah dan gesture yang sangat baik. Ini membantunya dalam menggunakan humor dalam presentasi. Kita bisa melihat mimik wajah yang menunjukkan rasa kaget, keheranan, sedih dan berbagai ekspresi lainnya ketika dia menjelaskan presentasinya. Al Gore mampu menyajikan topik ini dengan sangat baik sehingga mudah dicerna oleh orang awam.

Albert Arnold Gore Jr, atau akrab disebut Al Gore, seorang senator di Amerika dan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat di era 1993 hingga 2001, dianggap politisi pertama yang mengangkat bahaya dari emisi karbon dioksida sebagai penyebab meningkatnya pemanasan global. Pemanasan Global adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca yang menyelimuti bumi dan memerangkap panas.

Secara sederhana Al Gore menjelaskan dalam presentasinya bahwa, sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Sebagaimana didalam presentasi tersebut, sinar tampak adalah gelombang pendek, setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar inframerah), yang kita rasakan. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya.

Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas ke angkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal. Inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi, maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu sangat berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.

Al Gore memberi contoh misalnya gletser yang mencair di berbagai tempat di dunia, badai Katrina, rata-rata suhu yang panas di berbagai kota di dunia, bencana kekeringan, penipisan es di Artik, serta luas daratan yang berkurang jika es di Antartika atau Greenland mencair.

Dalam beberapa kesempatan, Al Gore juga menceritakan kehidupan pribadinya, bagaimana hal-hal yang terjadi pada kehidupannya membuat beliau menjadi seorang pejuang lingkungan. Pertama kali Al Gore mengetahui pemanasan global adalah dari Roger Revelle, dosennya sewaktu kuliah dan salah satu orang yang pertama kali mempelajari pemanasan global. Al Gore juga menceritakan rasa frustasinya ketika menghadapi senat Amerika Serikat, sebelumnya dia yakin jika kongres akan sama-sama terkejut jika mengetahui fakta pemanasan global, tetapi kenyataannya tidak sama sekali.

Dan setelah kekalahan tipisnya dari George W. Bush pada pemilu Amerika Serikat,Al Gore memilih untuk pergi dari kota ke kota untuk membicarakan isu lingkungan.

Amerika Serikat, negara maju yang menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia (30,3% dari seluruh negara dunia) ternyata memang menjadi negara yang paling ‘keras kepala’ untuk mendukung gerakan penyelamatan lingkungan ini.  Al Gore menyebutkan bahwa Amerika Serikat sudah seharusnya sangat bertanggung jawab terhadap hal ini. Namun, pemerintah Amerika Serikat dalam film ini memberikan alasan klasik bahwa memperhatikan lingkungan akan menimbulkan kerugian ekonomi. Tentu menjadi kenyataan yang menyedihkan bagi Al Gore, sebagai aktivis lingkungan hidup yang selalu lantang menyuarakan penyelamatan lingkungan tetapi sering mendapat pertentangan dari negaranya sendiri.

Para politisi seniornya seperti George Bush Senior dan Ronald Regan pun memberikan berbagai komentar skeptis bahkan mengatakan issue ini hanyalah hoax (berita bohong). Al Gore menanggapi mereka dengan pernyataan “If the issue is not on the tip of their constituent’s tongue, it’s easy for them to ignore it”.

Peningkatan ekonomi, peningkatan kebutuhan energi dan cadangan energi yang berkurang adalah masalah di hampir semua negara. Pertambahan penduduk menyebabkan pertambahan permintaan akan makanan, air, dan sumber daya alam. Kemajuan teknologi dalam satu hal memudahkan pekerjaan manusia, tapi di lain hal membutuhkan energi bahan bakar yang tidak sedikit. Ini semua secara langsung maupun tidak mempercepat kehancuran bumi. Namun sayangnya isu pemanasan global masih sering dinafikkan dengan kaitan politik dan berbagai kepentingan.

Agaknya berbagai bencana tidak bisa membuka mata manusia, mungkin sebelum bencana itu menimpanya sendiri. Padahal pada satu sisi yang lebih penting, Politik salah satu unsur yang sangat berperan penting dalam menangani permasalahan ini. Semua dapat di lakukan melalui produk-produk yang dihasilkan dari proses perpolitikan yang ada pada setiap negara dan lebih pro terhadap masalah-masalah lingkungan global. Produk – produk ini haruslah menjuru kepada kebijakan- kebijakan yang sangat kuat baik dari segi pengaturan, penerapan, hukum dan keseriusan.

Namun harus diakui, bukannya berpandangan skeptis tapi memang pada kenyataannya saat ini masih sangat sulit menembus tembok kebijakan untuk mengutamakan isu lingkungan disana daripada isu-isu lainnya. Meskipun juga saat ini beberapa tempat atau pun negara sudah behasil melakukannya, namun persentasenya masih sangat minim.
Untuk saat ini, hal terkecil adalah tidak ada cara lain selain memulai dengan cara menumbuhkan kesadaran pribadi dan memberikan pemahaman dasar di lingkungan sekitar kita. Bahwa sebenarnya pemanasan global ini bukanlah hanya sekedar isu rendahan atau isu anak sekolahan saja, tetapi ini merupakan isu umum yang bersifat pribdi terhadap setiap individu.

Kita harus sadar bahwa kita yang menyebabkan masalah lingkungan ini dan apa yang harus kita lakukan untuk itu. Al Gore  menyatakan bahwa kita bisa meralat kesalahan kita dan bersama-sama ‘menyembuhkan’ dunia ini kembali. Mana yang harus kita pilih jika disuruh untuk memilih: emas atau bumi? Emas tidak berarti jika kita tidak memiliki bumi.

Hal yang harus kita lakukan adalah setidaknya mengubah gaya hidup kita, seperti mulai mengurangi emisi karbon dengan memakai peralatan hemat energi, kurangi pemakaian alat permanas dan pendingin, menggunakan alat transportasi hemat energi dan lingkungan seperti mobil hybrid, budayakan berjalan kaki atau gunakan sepeda atau kendaraan masal untuk pergi ke manapun, gunakan lagi barang-barang yang masih bisa digunakan dan daur ulang, sebarkan pada orang keluarga katakan pada orang tua mu untuk tidak merusak bumi kita, atau ajak anak, saudara dan teman kita untuk menyayangi planet tempat mereka tinggal ini, pilih pemimpin yang perduli lingkungan hidup dan bertekad menyelamatkan lingkungan.

Tanamlah banyak pohon, berbicaralah pada komunitasmu untuk ikut berpartisipasi, bergabunglah dengan organisasi pencegahan pemanasan global, dan perbanyaklah pengetahuan tentang krisis iklim dan wujudkan pengetahuanmu itu dalam aksi. Mungkin hanya ini yang bisa kita lakukan seperti yang diungkapkan pada bagian akhir dari film dokumenter menarik ini, atau masih banyak hal lainnya. Intinya kembali kepada seberapa besar kepedulian dan kesadaran kita bersama untuk merespon dan mencari solusi terhadap isu pemanasan global tersebut.

Dan diakhir mari kita renungkan sebuah pesan singkat yang di lemparkan Al Gore pada sebuah pidatonya : “Generasi mendatang akan bertanya kepada kita satu dari dua pertanyaan berikut. Mungkin mereka bertanya: “Apa yang kalian pikirkan di masa lalu; mengapa kalian tidak bertindak ?” Atau mereka akan bertanya: “Bagaimana kalian menemukan dorangan moral untuk membahas dan pada akhirnya memecahkan krisis yang menurut banyak orang mustahil terpecahkan ? “Kita memiliki tujuan. Kita banyak. Untuk tujuan ini kita bangkit, dan kita akan bertindak.”[]

Penulis adalah mahasiswa Fisip Unsyiah dan artikel ini merupakan tugas Mata Kuliah Politik Lingkungan Global dan Sumber Daya Alam.

read more
Perubahan Iklim

Kedubes Inggris Luncurkan Komik Perubahan Iklim

Kedutaan Besar Inggris di Jakarta meluncurkan komik berjudul Noru, mengisahkan keadaan dunia setelah terkena dampak buruk dari perubahan iklim, guna mengajak masyarakat Indonesia lebih waspada dan mulai berupaya melestarikan bumi.

“Saya baru tahu tentang Noru dari Kedubes Inggris di Korea Selatan. Harapan saya melalui komik Noru ini, masyarakat Indonesia yang membacanya mulai berpikir mengenai hal yang bisa dilakukan untuk mengubah iklim di bumi menjadi lebih baik,” kata perwakilan Kedubes Inggris di Jakarta, Stuart Bruce, di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, tujuan diterbitkannya komik online Noru di Indonesia adalah untuk meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim serta mendorong pemikiran dan diskusi seputar dampak perubahan iklim, khususnya di kalangan masyarakat usia muda.

Stuart juga mengatakan, laporan Climate Asia dari Media Aksi BBC, yang diluncurkan di Indonesia pada Oktober 2013, menunjukkan, masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan paling minim tentang dampak perubahan iklim dibandingkan dengan masyarakat dari seluruh negara di Asia.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya berharap melalui penyebaran komik Noru itu, setiap orang Indonesia yang sudah membacanya dapat berpartisipasi untuk mencegah dampak buruk perubahan iklim dengan kegiatan pelestarian bumi.

“Saya berharap semua orang yang sudah baca Noru akan melakukan aksi sederhana saja untuk pelestarian bumi, seperti mematikan lampu bila tidak diperlukan atau membawa botol air dari rumah sehingga tidak perlu beli air botolan terus-menerus,” ujarnya.

“Saya juga berharap mereka yang sudah menonton akan menyebarkan informasi tentang Noru ini ke orang lain, agar yang lainnya juga tergerak melakukan sesuatu untuk bumi kita,” lanjutnya.

Noru, yang dalam bahasa Korea berarti rusa, diciptakan komikus Korea Selatan, Sung-Ho An. Komik online Noru ini pertama kali dikeluarkan dalam bahasa Korea oleh Kedubes Inggris dan British Council di Korea Selatan.

Situs www.noruindonesia.com akan diluncurkan bersamaan dengan episode pertama komik online Noru, yakni pada 2 April 2014. Episode selanjutnya akan diluncurkan melalui situs tersebut setiap dua minggu sekali.

“Episode kedua akan diterbitkan pada 16 April, episode ketiga pada 30 April dan seterusnya hingga episode ke-18 pada akhir November 2014,” jelas Stuart.

Hak publikasi dan terjemahan bahasa Indonesia untuk Noru Indonesia didukung sepenuhnya oleh Kedubes Inggris dan Unit Perubahan Iklim Inggris di Jakarta.

Sumber: antaranews.com

read more
Tajuk Lingkungan

Bahaya Pemanasan Global

An Inconvenient Truth adalah sebuah film dokumenter tentang pemanasan global yang dibintangi oleh Al Gore, mantan wakil presiden Amerika Serikat pada era Bill Clinton.

Al Gore kerap bepergian dari kota ke kota untuk membicarakan isu lingkungan. Dalam urusan pemanasan global, Amerika Serikat adalah negara yang ‘kontribusi’-nya paling banyak, tak kurang dari 25% produksi karbondioksida dunia berasal dari Amerika Serikat.

Sementara isu pemanasan global masih saja menjadi polemik, antara lain akibat pemberitaan yang tidak berimbang di media massa serta lobi politis dari pihak-pihak yang tidak pro lingkungan. Al Gore yang juga merangkap sebagai salah satu direktur Apple Corporation dan penasihat Google ini dapat menjelaskan dengan baik bahwa pemanasan global sedang terjadi dan hal tersebut berbahaya bagi masa depan umat manusia.

Gore juga membantah miskonsepsi bahwa belum ada kesepakatan tentang pemanasan global di antara para ilmuwan dengan mengutip penelitian kontroversial Naomi Oreskes pada tahun 2004.

Gore memberi contoh dampak pemanasan global antara lain volume gletser yang berkurang di berbagai tempat di dunia, badai Katrina, rata-rata suhu yang panas yang meningkat di berbagai kota di dunia, bencana kekeringan, penipisan es di Artik, serta luas daratan es yang berkurang jika es di Antartika atau Greenland.

Dalam beberapa kesempatan, Gore juga menceritakan kehidupan pribadinya, bagaimana hal-hal yang terjadi pada kehidupannya membuat beliau menjadi seorang pejuang lingkungan. Pertama kali Gore mengetahui pemanasan global adalah dari Roger Revelle, pengajarnya sewaktu kuliah dan Roger merupakan salah satu orang yang pertama kali mempelajari pemanasan global.

Alasan klasik pemerintah Amerika Serikat dalam menanggapi isu pemanasan global adalah takut mempengaruhi perekonomian negara. Al Gore menanggapi isu ini dengan menggunakan analogi bumi dan emas. Mana yang harus kita pilih jika disuruh untuk memilih: emas atau bumi? Emas tidak berarti jika kita tidak memiliki bumi.

Film dokumenter ini akan terlihat seperti kampanye kepresidenan bagi lawan politik Al Gore, tetapi isu yang disajikannya adalah isu nyata yang telah berulang kali diabaikan oleh lawan-lawan politiknya. Amerika Serikat tidak akan rugi seandainya Al Gore menjadi presiden Amerika Serikat berikutnya. Untuk ukuran politisi Amerika Serikat, Al Gore termasuk konservatif dalam politik luar negeri, dan lebih mementingkan masalah-masalah yang jauh lebih penting seperti pemanasan global. Sayangnya, Al Gore sudah menyatakan tidak akan ikut pemilihan umum lagi.

Dalam setiap perubahan akan selalu memberikan pengaruh positif dan negatif bagi manusia. Tetapi sayangnya perubahan iklim lebih banyak memberikan pengaruh negatif bagi manusia. Berbagai fenomena-fenomena bencana alam akibat perubahan iklim telah menimbulkan duka tersendiri bagi manusia.

Di Indonesia, meskipun hanya terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, tetapi itu cukup untuk memaksa masyarakatnya menderita. Perubahan iklim ekstrim membuat perubahan dalam distribusi curah hujan. Perubahan ini biasanya di hubungkan dengan fenomena El Nino Southern Oscialltion (ENSO) di mana akan terdapat kemarau yang panjang di Indonesia pada tahun-tahun El Nino dan curah hujan tinggi pada tahun-tahun La Nina.

Dampak dari perubahan ini menyebabkan berbagai potensi bencana alam akan sering terjadi. Untuk daerah dengan curah hujan tinggi akan rentan dengan resiko banjir, longsor, peluapan sungai dan penyebaran vektor penyakit. Sedangkan untuk daerah dengan curah hujan rendah akan berpotensi terjadinya kekeringan, gagal panen, kekurangan air bersih dan berbagai permasalahan sosial lainnya. Sayangnya bencana alam ini tidak hanya untuk menghukum para pelaku, tetapi juga berimbas bagi manusia lainnya.

Selain berpotensi bencana alam, dampak lain dari perubahan iklim ini adalah membuat harga pangan melonjak naik, hasil tangkapan laut yang berkurang, rusaknya berbagai infrastruktur dan berkurangnya sumber-sumber air.

Masyarakat sebagai kumpulan komunitas manusia yang merasakan dampak langsung perubahan iklim ini pun dipaksa untuk terus bertahan hidup dalam ancaman. Resiko kekeringan dan curah hujan yang tinggi adalah resiko yang telah menjadi keseharian mereka.[]

Penulis adalah mahasiswa Fisip Unsyiah dan artikel ini merupakan tugas Mata Kuliah Politik Lingkungan Global dan Sumber Daya Alam.

 

read more
Perubahan Iklim

Erupsi Vulkanik Bantu Lambatkan Pemanasan Global

Meskipun letusan gunung api memuntahkan abu vulkanik berton-ton, tapi itu ternyata bisa berdampak untuk menjebak panas karbondioksida naik ke udara. Erupsi dari letusan gunung api telah membantu perlambat pemanasan global selama dua dekade terakhir ini. Oleh karena itu, penelitian terbaru dilakukan pengaturan model iklim dengan memanfaatkan letusan gunung api.

Gunung api dapat menghasilkan gas sulfur dioksida. Gas tersebut kemudian berubah menjadi partikel kecil asam sulfat di atmosfer. Partikel asam tersebut bertindak seperti cermin-cermin kecil yang dapat memantulkan sinar matahari ke angkasa. Sebagai contoh, setelah letusan gunung api yang sangat besar pada 15 Juni 1991, suhu permukaan bumi berubah lebih rendah dari sebelumnya.

Sebuah hasil studi yang baru diterbitkan di Nature Geoscience juga membuktikan bahwa parikel-partikel yang dikeluarkan oleh gunung api di awal abad 21 memberikan efek seperti cermin yang telah membantu mengurangi perubahan iklim.

Dengan adanya partikel itu di atmosfer, telah membantu mengurangi pemanasan global sekitas 15 persen.

Sumber: NGI/intisari-online.com

read more
1 2 3 4 8
Page 2 of 8