close
Flora Fauna

Harimau Sumatera Melawan Punah (Bagian I)

Harimau dan manusia telah hidup berdampingan di Sumatera. Manusia bersaing dengan harimau untuk memperoleh makanan, terkadang harimau membunuh manusia dan sebaliknya manusia dengan akal pikiran dan taktik serta alat modern mampu membunuh harimau. Selalu terjadi ketegangan antara manusia dan harimau tentang siapa yang seharusnya menguasai hutan di Sumatera.

Menurut WWF – Indonesia  (Sumatran Tiger Conservation 2010) perkiraan populasi harimau di Sumatera berjumlah 400 individu tersebar di beberapa kantong habitat, nyatanya habitat alami Harimau telah terdegradasi. Saat ini harimau  masih  terus berjuang secara alami untuk dapat bertahan hidup, habitatnya terdesak kanan kiri, diburu siang dan malam oleh manusia, ini  salah satu kesialan harimau Sumatera.

Beruntung harimau tercipta sangat kuat, daya jelajahnya bisa sampai puluhan kilometer, harimau Sumatera bisa melintas segala medan dari gunung, Sungai, rawa dan hutan rimba. Harimau  memiliki mata yang dilengkapi dengan retina mengandung unsur infra merah yang mampu menguasai malam dan memangsa di kegelapan hutan.

Kemampuan berlarinya  memiliki  kecepatan untuk menangkap mangsa. Kemampuan memakan mangsanya mengandalkan taktik perburuan individual, bersembunyi, mengejar dan menyerang secara tiba-tiba lalu membunuh mangsanya. Suaranya adalah intimidasi dan teror bagi mangsa bahkan untuk manusia,

Menurut Ahli Harimau Sumatera Sunarto dalam jurnal ilmiah (Tigers Need Cover 2012), harimau Sumatera cenderung menghindari perkebunan dan lebih memilih hutan. Habitat hutan tropis Sumatera adalah rumah yang menyediakan makanan. Kondisi yang disukai harimau, selain ketersediaan mangsa yang cukup, adalah, jarak yang tidak terlalu jauh dari titik pusat blok hutan berukuran besar (>50,000 ha). Tutupan tumbuhan bawah yang rapat, serta tingkat aktivitas manusia yang minimal.

Hidup dihabitat baru seperti di kebun sawit, karet dan  hutan tanaman industri,  ini terjadi di Sumatera Bagian Tengah di Provisinsi Riau  dan  Jambi, harimau harus beradaptasi dengan  lingkungannya. Nasib paling sial jika ditembaki oleh pengawas perkebunan dan petugas hutan dan terkena jerat pemburu.

Habitat baru harimau  juga kemungkinan akan dikuti oleh satwa mangsa untuk beradaptasi dengan lingkungan baru agar tetap bertahan hidup. Disini pula akan  ada makanan bagi harimau seperti babi hutan, rusa, atau pun landak, teritorial pun harus diperkecil sesuai dengan daya dukung perkebunan. Tanda alami teritorial  seperti air kencing, bulu,  cakaran kuku di pohon,  ini semua akan di  bagi rata dengan harimau lainnya, harimau harus “Sharing territorial”

Habituasi dan Adaptasi
Contoh paling nyata terjadi di Provinsi  Riau yang kawasan hutan alamnya  telah terdegradasi, dikonversi menjadi perkebunan  sehingga mengubah habitat harimau. Sejalan  dengan itu banyak aktivitas manusia dihabitat harimau  seperti aktivitas perkebunan, Hutan Tanaman Industri dan  transmigrasi dan serta hadirnya rombongan  pencari getah gaharu yang hilir mudik di kawasan ini.

Harimau Sumatera dalam 20 tahun terakhir  kemungkinan  besar  paham terhadap kehadiran manusia di sekitar hutan yang disebutkan di atas. Secara alami mereka mempelajari pola harian manusia, analisa sederhananya  adalah  anak harimau telah diajarkan oleh induknya dalam menghadapai manusia dan  dari proses habituasi (kebiasaan) ini,  harimau telah mengenal baik kehadiran manusia di habitatnya, secara naluri tinggal mau diapakan manusia tersebut,

Pembelajaran oleh induk adalah kunci dari bertahannya harimau di alam liar sumatera. Induk akan membiasakan dengan pola habitat ini, ini adalah salah satu suksesnya harimau bertahan di segala kondisi habitat.

Begitu pula pemahaman manusia di sekitar habitat terhadap harimau, terkadang harimau sering dijumpai, seperti saling berpapasan  sekilas, temuan tapak dan cakar. Hal  ini  sangat sering dijumpai bahkan jadi pembicaraan  tempat temuan tersebut dan putusan akhir kembali ke masyarakat sekitar, mau di apakan diapakan harimau tersebut ? dibunuh atau ditangkap.

Interaksi pertemuan dua mahluk hidup ini memilki hubungan ini sangat komplek dan unik, tingkat kejadian perselisihan seberapa sering sehingga konflik dapat diperkecil. Mungkin ini salah satu penyebab kenapa harimau sekarang lebih berani menyerang dan masuk ke areal manusia. Faktor habituasi dengan manusia dan harimau dapat dijadikan standar pengelolaan konservasi harimau,   baik di perkebunan dan sekitar pemukiman. Secara umum dapat disimpulkan bahwa harimau lebih mengusai habitatnya dan namun pada akhirnya pihak yang kalah tetap harimaunya. [bersambung…]

Tags : harimauhutansatwa

Leave a Response