close
Green Style

YEL Dukung Sedotan Alami Harray, dari Hutan Hadabuan Hill

Sedotan dari tumbuhan menyerupai bambu yang hidup di hutan Hadabuan Hill | Foto : Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

Penelitian Jenna R. Jambeck dari University of Georgia, pada 2010, ada 275 juta ton sampah plastik di seluruh dunia, sekitar 4,8-12,7 juta ton terbuang dan mencemari laut. Setiap tahun, Indonesia menghasikkan 3,22 juta ton sampah plastik, sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik mencemari lautan.

Kampanye dari berbagai pihak mengajak stop menggunakan plastik sekali pakai mulai bergaung. Tidak sedikit pula yang membuat terobosan baru, seperti menggantikan bahan dari plastik dengan bahan ramah lingkungan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Sumatera Utara merupakan produsen sampah terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Jawa Timur.

Baru-baru ini Yayasan Ekosistem Lestari–Sumatran Orangutan Conservation Program (YEL-SOCP) memiliki ide memproduksi bambu sebagai peganti pipet plastik sekali pakai.

Di Labuhanbatu Utara, Sumut, ide mengurangi penggunaan plastik sekali pakai juga jalan. Salah satunya oleh pegiat lingkungan dan perlindungan harimau Sumatera, Sumatran Tiger Rangers. Lembaga ini menemukan tumbuhan unik menyerupai bambu, pengganti sedotan plastik.

Direktur Sumatran Tiger Rangers, Harray Sam Munthe, memiliki ide membuat sedotan dari tumbuhan menyerupai bambu yang hidup di hutan Hadabuan Hill.

Harray menceritakan, tumbuhan yang bisa jadi pengganti sedotan plastik ini, banyak ditemukan di perbukitan Hadabuan Hill, dengan ketinggian 800 Mdpl. Tumbuhan ini dia temukan saat patroli dan penyisiran jerat harimau di hutan Labuhan Batu Utara.

Bentuk seperti rumput dengan panjang pangkal hingga pucuk memiliki ukuran sama, antara satu hingga satu setengah meter, dan lebar daun sekitar 20-30 cm. Selain ukuran sama dari pangkal hingga pucuk, tumbuhan ini juga akan mati kalau tumbuh tegak sempurna. Usia tumbuh sekitar satu hingga dua bulan.

Saat ini, kata Harray, setidaknya ada delapan hektar luas area dimana tanaman ini tumbuh liar dalam hutan tetapi di luar hutan lindung.

“Jika tumbuhan mirip bambu ini diproduksi untuk menggantikan sedotan dan kebutuhan lain pengganti plastik sekali pakai, akan sangat berguna sekali. Ini salah satu alternatif menekan limbah plastik,” katanya.

Dia sudah uji coba bikin sedotan, lumayan bertahan lama dan tak alami penjamuran. Mereka sudah eksperimen dengan merendam tumbuhan menyerupai bambu ini selama sepekan. Tak ada perubahan bentuk, tak mengerut, tidak layu, tetap kokoh.

“Tumbuh cepat, banyak di alam, menekan penggunaan pipet plastik, alam bisa diselamatkan dari limbah plastik sekali pakai. Kalaupun dipakai sekali, bisa memuai dengan cepat, hitungan hari atau bisa dibakar pengganti bahan bakar. Ini cocok sekali,” katanya. Dia pun memberi nama sedotan ini, pipet Harray.

Untuk mengkampanyekan pakai pipet ramah lingkungan, Harray bersama tim bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Target mereka, rumah makan, restoran, tempat anak muda berkumpul, lembaga pemerintahan, dan non pemerintahan. “Siapa saja yang datang ke ekowisata Hadabuan Hill, akan mendapatkan pipet Harray secara gratis.”

Mereka sudah bagikan 700 pipet Harray. Komunitas sepeda motor juga mereka bagikan pipet Harray ini. Sepekan setelah dibagikan, mereka lakukan pemantauan apakah pipet masih terpakai atau tidak. Ternyata, hampir 93% masih menggunakan.

Raja Rambe, pemuda yang aktif berkampanye lingkungan di Labuhanbatu Utara mengatakan, pipet ini bentuk unik, dan gampang dibawa kemana saja.

“Ukuran kecil, bisa disimpan di saku maupun di tas pinggang, juga tahan lama.”

I Putu Gede Parlida, peneliti tumbuhan jenis rumputan mengatakan, banyak melihat tanaman itu di dataran tinggi Sumatera seperti Toba. Untuk memastikan jenis, perlu spesimen agar bisa dipastikan jenis tumbuhan itu. Dugaan sementara, itu jenis rumput-rumputan.

“Jika melihat bentuk, saya duga itu bukan bambu. Melihat buluh silinder berlumen, kuat dugaan itu sejenis rumput-rumputan. Tapi, sekali lagi, saya perlu spesimen untuk menyakinkan,” katanya.

Menurut dia, tidak semua jenis rerumputan bisa jadi sedotan. Ada yang berlumen sempit atau malah buluh tidak keras. Selama tak jamuran, aman digunakan.

Dia menyarankan, sebelum dipakai sebaiknya cuci terlebih dahulu bagian luar dan dalam dengan sikat khusus.

Dia setuju penggunaan bahan dari tumbuh-tumbuhan sebagai pengganti pipet plastik sekali pakai, asal jangan mengeksploitasi secara berlebihan. “Alangkah bagusnya tumbuhan itu dibudidaya jika ingin dimanfaatkan.”

Sumber: mongabay.com

Tags : plastiksedotanYEL

Leave a Response