close

hutan

Hutan

Ilmuwan Kembangkan Teknik Baru Prediksi Kebakaran Hutan

Tahun lalu lebih dari 9 juta hektar hutan terbakar di AS, dengan berbagai sebab. Hutan sering terbakar menjadi tak terkendali bahkan petugas pemadam kebakaran tidak mampu menjinakkannya. Namun saat ini sejumlah ilmuwan telah menemukan cara untuk memprediksi merambatnya api melalui durasi nyala api.

Para ilmuwan di National Center for Atmospheric Research ( NCAR ) di Boulder, Colorado , dan University of Maryland, telah mengembangkan teknik yang menggabungkan simulasi mutakhir dari interaksi cuaca dan api dengan pengamatan satelit baru yang menyediakan gambar kebakaran hutan. Ini pertama kalinya model komputer menawarkan prediksi kebakaran, yang sepanjang hari terus diperbarui.

Diperbarui dengan pengamatan baru setiap 12 jam, model komputer memperkirakan rincian penting seperti tingkat kobaran api dan perubahan karakternya.

” Dengan teknik ini, kita mungkin terus mengeluarkan perkiraan yang tepat sepanjang api menyala, bahkan jika hutan terbakar selama beberapa minggu atau bulan,” kata ilmuwan NCAR Janice Coen, peneliti utama dan pengembang Model ini.

” Model ini, yang menggabungkan prediksi cuaca interaktif dan perilaku api, sangat meningkatkan peramalan – terutama untuk peristiwa kebakaran hutan besar dan intens di mana alat prediksi saat ini lemah. ”

Selama dekade terakhir, Coen telah mengembangkan alat yang dikenal sebagai the Coupled Atmosphere-Wildland Fire Environment (CAWFE) model komputer, menghubungkan bagaimana cuaca pemicu kebakaran dan pada gilirannya bagaimana kebakaran membuat cuaca mereka sendiri.

Dengan CAWFE , peneliti berhasil mensimulasikan rincian tentang bagaimana kebakaran besar berkembang.

Namun simulasi membutuhkan data terbaru karena ada begitu banyak faktor yang dapat mengubah ukuran dan jalur dari api. Di sinilah instrumen satelit ikut bermain.

Wilfrid Schroeder dari University of Maryland mengatakan data deteksi kebakaran resolusi tinggi dari instrumen satelit baru, Visible Infrared Radiometer Pencitraan Suite ( VIIRS ), dioperasikan oleh NASA dan National Oceanic and Atmospheric Administration.

Alat baru menyediakan cakupan seluruh dunia pada interval 12 jam atau kurang, dengan piksel sekitar 1.200 kaki. Resolusi yang lebih tinggi memungkinkan dua peneliti untuk menguraikan perimeter api aktif yang lebih detail.

Para peneliti mengatakan bahwa perkiraan menggunakan teknik baru bisa sangat berguna dalam mengantisipasi berkembangnya api mendadak dan pergeseran arah api.

Selain itu, mereka memungkinkan pengambil keputusan untuk melihat kemungkinan beberapa lokasi kebakaran baru dan menentukan ancaman yang muncul.

Terobosan ini dijelaskan dalam sebuah makalah yang diterbitkan minggu ini dalam edisi online dari American Geophysical Union jurnal Geophysical Research Letters .

Sumber: enn.com

read more
Hutan

Laju Deforestasi Hutan Indonesia Nomor Satu di Dunia

Penelitian yang dipimpin oleh Matt Hansen dari University of Maryland, menemukan bahwa Indonesia kehilangan 15,8 juta hektar antara tahun 2000 dan 2012, peringkat kelima di belakang Rusia, Brasil, Amerika Serikat, dan Kanada dalam hal hilangnya hutan. Adapun sekitar 7 juta hektar hutan ditanam selama periode tersebut. Hilangnya hutan di Indonesia meningkat tajam selama 12 tahun terakhir, demikian laporan studi yang diterbitkan dalam Jurnal Science ini.

Namun dari lima negara hutan di atas, berdasarkan persentase, maka Indonesia berada di peringkat pertama dari laju kehilangan hutan yaitu 8,4 persen. Sebagai perbandingan, Brasil hanya kehilangan separuh dari proporsi tersebut.

Dari 98 persen kehilangan hutan di Indonesia, deforestasi terjadi di wilayah hutan berkerapatan tinggi yang ada di Sumatera dan Kalimantan, lokasi dimana konversi akibat hutan tanaman industri dan perkebunan sawit berkembang amat marak selama 20 tahun terakhir. Propinsi Riau adalah yang tertinggi, seperti yang dirilis oleh para peneliti dalam animasi sebagai berikut:

Perkiraan deforestasi di Indonesia: Hansen vsPemerintah RI | Gambar: mongabay.co.id

Deforestasi juga meningkat di Indonesia.  Pada tahun 2011/2012 tingkat kehilangan hutan mencapai level tertinggi sejak akhir tahun 1990-an meskipun pemerintah telah mengeluarkan larangan jeda tebang (moratorium) untuk kawasan 65 juta hektar kawasan hutan primer, lahan gambut, dan hutan lindung. Data menunjukkan moratorium kehutanan, yang dilaksanakan sebagai bagian dari komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, mungkin gagal seperti tujuan semula yang diharapkan.

Hasil penelitian yang dirilis ini sangat bertolak belakang dengan angka yang dirilis pada awal tahun ini oleh Kementerian Kehutanan Indonesia, yang mengklaim bahwa deforestasi tahunan telah jauh menurun sejak 2005/2006. Angka tersebut dapat terjadi karena perbedaan perhitungan metodologis.

Kementerian Kehutanan mengabaikan estimasi deforestasi di lahan di luar wilayah kawasan hutan dan tidak memasukkan konversi hutan alam menjadi hutan tanaman industri, yang tetap dianggap oleh Kementerian Kehutanan dalam klasifikasi wilayah “hutan.”

Data baru, yang didasarkan pada hasil render 650.000 gambar citra NASA Landsat oleh Google Earth Engine, melalui model komputasi awan, diterbitkan sebagai database komprehensif peta hutan global interaktif. Data ini tersedia sebagai konten gratis di http://earthenginepartners.appspot.com/science-2013-global-forest

Hansen, yang telah menerbitkan sejumlah makalah tentang deforestasi, mengatakan ia berharap peta dapat membantu negara-negara untuk mengembangkan kebijakan yang lebih baik untuk mengurangi hilangnya hutan.

“Ini adalah upaya pertama untuk menyediakan peta perubahan hutan yang konsisten baik secara global maupun untuk tingkat lokal,” demikian Hansen dalam sebuah pernyataannya.  “Brasil menggunakan data Landsat untuk mendokumentasikan laju deforestasinya, juga menggunakan informasi ini dalam perumusan kebijakan dan implementasinya. Mereka juga berbagi data ini, sehingga memungkinkan pihak lain untuk menilai dan mengkonfirmasi keberhasilan mereka. ”

“Sebelumnya data-data tersebut belum tersedia untuk umum untuk bagian lain dunia. Sekarang dengan pemetaan global ini kami dapat memberikan informasi tentang perubahan hutan dimana setiap negara dapat memiliki akses ke informasi ini, baik untuk negara mereka sendiri maupun untuk seluruh dunia.”

read more
Hutan

Mengapa Kita Perlu Menyelamatkan Hutan ?

Laporan Greenpeace yang berjudul “Izin Untuk Memusnahkan” menunjukan bagaimana produsen pembuat biskuit Oreo, Gilette dan Clearasil, mengambil minyak sawit melalui Wilmar Internasional dan secara efektif membuat konsumen tanpa disadari menjadi kaki tangan penghancuran hutan Indonesia.

Inilah 14 alasan mengapa kita harus menyampaikan pada perusahaan-perusahaan tersebut untuk menerapkan kebijakan nol deforestasi dan memastikan bahan-bahan yang mereka gunakan berasal dari sumber yang benar-benar bertanggung jawab (dari urutan terbawah) :

14.  Dari semua spesies yang hidup didarat, sekitar dua pertiganya menyebut hutan sebagai rumah mereka.

13. Harimau adalah spesies indikator, tanda yang penting dari kesehatan hutan. Ketika harimau tidak bisa lagi tinggal didalam hutan, kelangsungan hidup hutan dan spesies lainnya yang bergantung padanya juga berada dalam resiko.

12. Sedikitnya 400 harimau Sumatera diperkirakan tersisa di alam bebas hutan hujan Sumatera, dan menghilang pada tingkat yang cukup mengejutkan – seperempat juta hektar setiap tahun. Ekspansi perkebunan kelapa sawit untuk pembuatan shampoo, pasta gigi, coklat, sampul majalah dan kertas toilet, bertanggung jawab untuk hampir dua pertiga dari kerusakan hutan dan habitat harimau dari tahun 2009 hingga 2011.

11. Saat ini, harimau Sumatera digolongkan sebagai satwa yang ‘terancam punah’ dalam daftar spesies yang terancam dari IUCN. Kategori selanjutnya adalah ‘punah di alam’

10. Deforestasi meningkatkan konflik antara harimau dan manusia dan membuat harimau menjadi lebih rentan terhadap perburuan. Antara tahun 1998 dsampai 2011, 638 konflik manusia dan harimau tercatat terjadi di Sumatera, dimana harimau membunuh 72 orang dan melukai 63 lainnya. Konflik ini memyebabkan terbunuhnya 59 harimau.

9. Tidak hanya bagi harimau. Hutan Indonesia juga adalah rumah bagi banyak satwa langka termasuk Gajah Pigmi, gajah terkecil di Asia, dan salah satu jenis gajah yang paling sulit dipahami di dunia.

8. Kanguru pohon sangat tangkas dan gesit di pepohonan, mampu melompat sejauh 30 kaki dari satu pohon ke pohon lainnya.  Mahluk langka ini tinggal di hutan hujan Indonesia, Papua Nugini dan Australia. Mereka kehilangan hutan tempat tinggal dengan sangat cepat.

7. “Orang Hutan” adalah terjemahan bahasa Melayu dari orangutan, sebuah nama yang luar biasa, karena mereka berbagi sekitar 97% DNA dengan manusia.  Dengan rentang lengan yang sangat besar (seekor orangutan jantan dapat  merentangkan lengannya hingga 7 kaki dari ujung ke ujung), primata yang hebat ini menghabiskan hampir seluruh hidup mereka di antara pepohonan, yang menjadikan mereka sangat rentan terhadap akibat deforestasi. Orangutan Sumatera maupun Kalimantan dapat punah di alam liar sebagai populasi biologis dalam waktu sepuluh hingga dua puluh tahun kedepan.

6. Banyak hutan di Indonesia terletak di lahan gambut, yang merupakan daerah rawa basah dengan kandungan karbon terkaya di dunia. Riau diperkirakan menyimpan 40% karbon lahan gambut Indonesia  setara dengan nilai emisi gas rumah kaca global dalam setahun.  Lahan gambut sering kali dikeringkan untuk menyiapkan kondisi yang baik bagi perkebunan kelapa sawit, yang menyebabkan emisi karbon yang signifikan serta kontribusi bagi perubahan iklim.

5. Satu dekade lalu, sebuah survey ilmiah  menemukan bahwa Taman Nasional Teso Nilo di Indonesia adalah lokasi dengan keanekaragaman hayati tumbuhan paling kaya di dunia. Laporan kami menunjukan bagaimana, sejak tahun 2011, penghancuran besar-besaran di Teso Nilo – sebagian besar untuk kelapa sawit – telah menghancurkan hampir setengah dari luas hutan yang masih tersisa.  Bulan Juni tahun 2013, hanya 39.000 hektar hutan alami yang masih tersisa.

4. Greenpeace mengakui kelapa sawit, jika diproduksi secara  berkelanjutan memiliki banyak kegunaan dan manfaat. Kegiatan pertanian ini, yang termasuk nol pembakaran, tanpa penggunaan herbisida, dan pengelolaan air yang lebih baik untuk menjaga sistem pengairan lahan gambut, termasuk pendekatan inovatif produksi kelapa sawit  telah membawa keuntungan sosial ekonomi serta membantu melindungi hutan yang tersisa.

3.  Wilmar dan merek-merek produk rumah tangga yang membeli minyak sawit harus mengetahui besarnya konsekuensi dari produksi minyak sawit yang tidak bertangung jawab. Mereka harus memastikan rantai pasokan minyak sawit mereka memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan di Indonesia, dan bukan malahan menghancurkan masa depan masyarakat, satwa dan iklim global yang menjadi ketergantungan kita semua.

2. Kita tidak ingin terlibat dan ikut bersalah atas kepunahan harimau dan deforestasi saat kita bercukur atau makan coklat.

1. Hutan, seperti halnya Arktik, milik kita semua, bagian yang integral dari warisan bangsa. Kami percaya tak seorangpun berhak menghancurkan warisan berharga ini, dan pastinya bukan untuk keuntungan komersil jangka pendek. Hutan adalah kekayaan yang harus dikelola secara berkesinambungan untuk kepentingan seluruh masyarakat Indonesia.

Sumber: greenpeace.org

read more
Hutan

Sisa Kawasan Vegetasi Danau Toba Cuma 12 Persen

Eksploitasi hutan di wilayah daerah tangkapan air selama bertahun-tahun kini mengancam kelestarian Danau Toba di Sumatera Utara. Badan Lingkungan Hidup Sumut memperkirakan, hingga tahun 2010, sisa vegetasi hutan tinggal 12 persen dari total sekitar 356.800 hektar areal hutan di kawasan Danau Toba tersebut.

Akibatnya terjadi ketidakseimbangan lingkungan. Salah satu di antaranya menyebabkan pasokan air terganggu. Hutan tak lagi bisa menyerap maupun menyimpan air sehingga ratusan sungai di kawasan itu sering kali banjir jika hujan dan sawah kekeringan jika kemarau, padahal sebelumnya tak pernah terjadi.

Selama ini, degradasi hutan terjadi akibat penebangan hutan yang dilakukan oleh perusahaan yang mengantongi izin konsesi hutan maupun yang tidak memiliki izin. Hingga Minggu (10/11/2013), penebangan terus berlangsung.

Anggota staf Bidang Advokasi Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM), David Rajagukguk, mengatakan dalam sehari tak kurang dari 10 truk pengangkut kayu-kayu pinus melintas di jalur lintas timur Sumatera menuju Medan.

Menurut Rohani Manalu, juga dari KSPPM, masyarakat berulang kali memprotes aksi penebangan itu. ”Namun, pemerintah seperti diam saja,” ujarnya.

Kesaksian yang sama dilontarkan R Simarmata (76), warga Desa Parbuluan IV, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. ”Habis maghrib sering ada truk yang membawa kayu-kayu hutan dari Tele ke arah Dairi dan Medan. Kadang kala tiga truk, dan kadang juga sampai tujuh truk” ujarnya.

Mantan pejabat Bupati Samosir Wilmar Eliaser Simandjorang mengatakan, kerusakan hutan di Danau Toba merupakan ironi. Sebab, penebangan tersebut dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang mengantongi izin dari pemerintah.

Saat melintas di sepanjang jalan dari Kabupaten Dairi hingga Pangururan, berulang kali terdengar suara gergaji mesin dari tengah hutan. Saat dilihat ternyata para pembalak memang tengah menebangi pohon.

Kepala Dinas Bidang Lingkungan Hidup Sumut Hidayati baru-baru ini juga membenarkan adanya degradasi hutan sehingga tinggal 12 persen dari total hutan yang ada. Demikian pula saat dikonfirmasi mengenai temuan di lapangan soal pembalakan liar.

Desak moratorium
Oleh karena itu, warga ataupun penggiat lingkungan di Sumut mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera memberlakukan moratorium penebangan hutan di sekeliling danau vulkanik terbesar di dunia itu. ”Sekarang juga harus diterapkan kalau mau menyelamatkan Danau Toba,” tambah Hidayati.

Sejauh ini, data luas hutan di sekitar Danau Toba berbeda-beda. Tahun 1985, luas hutan di sekitar Danau Toba, yang terdapat di delapan kabupaten, yakni Samosir, Karo, Dairi, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Simalungun, Tapanuli Utara, dan Toba Samosir, mencapai 78.558 hektar. Namun, menurut Pohan Panjaitan, dalam bukunya, Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap dan Budidaya Perikanan Berkelanjutan di Perairan Danau Toba, daerah tangkapan air Danau Toba mencapai 356.800 hektar. Kini tersisa 12 persen saja vegetasi hutannya.

Gubernur Sumut sudah memberi izin kepada PT Inti Indorayon Utama (IIU) untuk menebangi hutan sejak 1984. PT IIU kemudian berganti nama menjadi Toba Pulp Lestari (PT TPL) dan kini mengantongi izin konsesi atas lahan seluas 188.055 hektar. Lahan ini tersebar di 13 kabupaten. Delapan wilayah di antaranya di daerah resapan air.

Berikutnya, Bupati Samosir Mangindar Simbolon juga memberi izin atas lahan seluas 2.250 hektar di hutan Tele kepada PT EJS Argo Mulya Lestari. Tahun 2012 disusul PT Gorga Duma Sari (PT GDS) yang mendapat izin dari Mangindar atas lahan seluas 800 hektar. Namun, warga melawan dan kini operasionalisasi PT GDS dihentikan sementara.

Di Jakarta, Deputi III Kementerian Lingkungan Hidup Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Arief Yuwono mengatakan, kerentanan ekosistem Danau Toba sangat mengkhawatirkan. Kegiatan pembangunan berskala kecil pun bisa mengguncang kestabilan danau.

Untuk mengendalikan kerusakan ekosistem Danau Toba dan 16 danau lainnya di Indonesia, sembilan kementerian bertemu untuk menyusun rencana aksi. Dokumen akan diberikan kepada Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho. Namun, Gatot belum tahu rencana itu.[]

Sumber: NatGeo Indonesia

read more
Flora Fauna

Mengenal Empat Jenis Bunga Rafflesia

Provinsi Bengkulu dikenal memiliki beragam sejarah, serta endemik puspa langka di dunia, seperti anggrek panda, satu-satunya di dunia, dan juga bunga Rafflesia. Tentu tak lengkap jika mengunjungi daerah ini tanpa menjumpai bunga terbesar di dunia ini.

Bunga Rafflesia banyak ditemukan tumbuh di kawasan hutan lindung di Provinsi Bengkulu, tepatnya di kawasan gunung, Kabupaten Kepahiang, Mukomuko, Seluma, Lebong, dan Bengkulu Selatan. Terkadang untuk melihat bunga raksasa ini pengunjung harus menyiapkan fisik dan bekal yang prima, maklum jalur mendaki bukit dan menuruni lembah akan menjadi tantangan tersendiri.

Bunga Rafflesia ternyata memiliki empat jenis. Ketua Komunitas Peduli Puspa Langka (KPPL), Sofian Rafflesia menjelaskan perihal jenis bunga ini. Jenis pertama, Rafflesia Arnoldi, bunga ini sangat populer, sangat banyak ditemukan di hutan Bengkulu, paling sering mekar dan sangat dikenal oleh masyarakat.

“Bunga ini pertama kali ditemukan oleh Sir Stamford Raffles dan Dr Joseph Arnold pada 1818 di Desa Pulo Lebar, Kecamatan Pino Raya, Kabupaten Bengkulu Selatan,” kata Sofian.

Dia melanjutkan, Rafflesia Arnoldi merupakan jenis terbesar di dunia dengan diameter 70-110 cm. Jenis ini juga dijuluki juga sebagai patma raksasa dan mendapat predikat sebagai puspa langka nasional melalui Keppres nomor 4 tahun 1993.

Jenis kedua, Rafflesia Gadutensis Meijer. Jenis ini dapat ditemukan di sisi barat pegunungan Bukit Barisan tepatnya di Kabupaten Mukomuko, dan Bengkulu Utara, memiliki diameter 40-60 cm. Gadutensis berasal dari kata ulu gadut yaitu satu nama bukit di perbatasan Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Jenis ini digambarkan oleh Meijer 1984, bunga ini pertama kali ditemukan di Dusun Lama, Desa Talang Baru, Kecamatan Malin Deman, Kabupaten Mukomuko.

Jenis ketiga adalah Rafflesia Hasselti Suringar, merupakan jenis rafflesia yang paling cantik. Jenis ini digambarkan oleh Suringar 1897. Rafflesia ini memiliki pola bercak dan warna di helai bunga, oleh penduduk lokal jenis ini sering dinamakan cendawan merah-putih, atau cendawan harimau (Zuhud dkk, 1998). Jenis ini memiliki diameter 35-70 cm. Jenis ini dapat dijumpai yaitu di perbatasan antara Ketenong II, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.

Jenis Keempat yakni, Rafflesia Bengkulunensis (Agus Susatya, Arianto dan Mat-salleh 2005). Jenis ini membawa nama Bengkulu untuk menghormati Bengkulu sebagai lokasi pertama kali jenis ini dideskripsikan. Ini merupakan jenis baru dari Indonesia dengan diameter 50-55 cm. Mempunyai sebaran geografis terbatas di lembah Talang Tais atau wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Tais, Kabupaten Seluma, terletak di sebelah barat laut Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Dalam catatan KPPL sepanjang 2013 tercatat tujuh kali bunga rafflesia mekar di beberapa daerah dengan rentang waktu yang berbeda-beda. Bagaimana, penasaran untuk mengunjungi bunga rafflesia di tempat asalnya? Bengkulu merupakan pilihan kunjungan tepat.

Editor : I Made Asdhiana

read more
Tajuk Lingkungan

Tata Ruang dan Catatan Sakit

Romantisme hutan sebagai zamrud khatulistiwa tampaknya terus memudar. Para pujangga mungkin sedang kehilangan syair tentang damai dan rimbunnya pohon-pohon. Hutan yang dahulu hijau kini berubah warna. Pertanda bahwa tegakan hutan yang dahulu lebat kini berkurang bahkan hilang.

Seperti Si bodoh yang menghambur-hamburkan hartanya, rezim penguasa secara turun temurun bersekutu dengan bandit dan bertindak serampangan, sesuka hati tanpa ada yang menghukum atau yang membuat perhitungan. Ketidak pedulian terhadap hal ini menunjukkan pertanda buruk.

Menjadi sangat riskan ketika laju deforestasi terus meningkat dari tahun ke tahun. Kebakaran hutan dalam skala besar terus berulang setiap tahunnya, pencurian kayu dan penyeludupan juga kian marak.

Memang desentralisasi dan otonomi daerah yang seluas-luasnya sedang berlangsung di tengah tuntutan masyarakat sekitar hutan yang menginginkan adanya rasa keadilan dalam pengelolaan hutan. Namun benturan kepentingan antara berbagai kelompok belum sepenuhnya mencapai titik temu. Ada kepentingan pemerintah pusat melawan daerah, juga kepentingan provinsi melawan kabupaten.

Sinisme terhadap pemerintah daerah yang tidak kreatif, sumber daya manusia yang tidak siap, hanya bersifat konsumtif, menjadi penonton yang baik dari segudang siasat pemerintah pusat, serta balas budi hutang politik dengan partai Si fulan, telah menjadi kecurigaan yang meluas. Semua cukup diatur dari sana.

Persoalan tata ruang provinsi/kabupaten yang tidak pernah tuntas adalah kanker ganas yang menambah runyam situasi dan memicu perebutan lahan, tumpang tindih areal dan konflik lahan antara masyarakat dengan pemegang konsesi.

Masa transisi yang terlalu panjang seolah sengaja diciptakan entah untuk kepentingan apa? Konkritnya, kondisi di lapangan begitu rawan, karena hampir tidak berlaku jaminan hukum tentang kepastian tata ruang dan lahan. Saling klaim, rebut merebut, penjarahan, pematokan batas dan kesewenang-wenangan.

Waktu demi waktu terus bergulir. Rezim demi rezim terus berganti seiring perkembangan sosial politik. Pola pemerintahan sentralistik dan militeristik telah runtuh, berganti rezim reformasi yang mengusung semangat demokrasi.

Desentralisasi dan otonomi daerah bahkan self government yang di dewa-dewakan itu ternyata bukanlah obat jitu atau formula yang ampuh bagi belantara di sana. Reformasi ternyata kosong isinya. Pada titik ini, ia tidak menunjukkan kemajuan sama sekali. Lembarannya bagaikan catatan-catatan sakit yang tidak berubah-ubah.[]

Sumber: hutan-tersisa.blogspot.com

read more
Kebijakan Lingkungan

Pemerintah Bantu Perusahaan Serobot Lahan Rakyat (2)

Investor kelapa sawit berbondong-bondong ke Indonesia ketika Pemerintah menerapkan kebijakan membuka seluas-luasnya izin perkebunan. Tak pelak lagi, ini menjadi ajang kampanye terbuka dan fasilitas yang mudah bagi investor mendapatkan izin konsesi lahan dan hutan di Pulau Sumatera.  Namun, kebijakan kehutanan tersebut memperlihatkan dampak serius sebagaimana yang terlihat pada pemetaan kehutanan terkini.

Di area tertentu, permasalahan kehutanan tidak terkontrol lagi. Pembalakan liar difasilitasi oleh oknum pemerintah, dan oknum yang berada dibalik proses perizinan. Pertukaran hutan dengan sejumlah uang dapat dilakukan dengan mudah karena tidak ada kontrol prosedur penetapan harga penebangan kayu. Ketika aturan hukum dan penegakannya saling berbenturan, Badan Pertanahan Propinsi Aceh tetap melajutkan memberikan izin lahan konsesi. Bahkan, banyak lahan konsesi yang ditinggalkan setelah proses penebangan dan pembersihan lahan dilakukan.

Seharusnya kebijakan pengelolaan hutan menerapkan mekanisme satu pintu agar berjalan efektif. Pemetaan hutan, izin konsesi dan pemukiman dikelola oleh satu lembaga saja. Sehingga tidak ada celah penyalahgunaan prosedur sebagaimana telah terjadi.Bahkan, sampai ada kesalahan pada perumusan data geografis yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional. Mekanisme izin dan biaya serta denda untuk pelanggaran yang dilakukan juga tidak ada aturan yang jelas. Ini seperti sebuah lubang hitam bagi pemerintah Indonesia.

Tahapan persiapan lahan perkebunan kelapa sawit dimulai dengan pengurusan izin konsesi lahan, pembersihan, penebangan kemudian pembakaran. Kondisi menimbulkan masalah dengan masyarakat, serta menyebabkan banyak kerusakan lainnya. Sistem kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak berorientasi melindungi lingkungan dan masyarakat.

Konflik Investor Nasional: Studi kasus Hutan Gambut Rawa Tripa
Sejak 1980, konflik di hutan gambut Rawa Tripa telah dimulai. Pemerintah Aceh telah mengeluarkan izin konsesi lahan kepada Perusahaan Kalista Alam untuk membuka perkebunan seluas 1,605 hektar pada tahun 2010.

Hutan gambut Rawa Tripa telah rusak akibat invasi pembukaan lahan untuk perkebunan dan perambahan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan data assessment terakhir, hutan gambut rawa Tripa telah berkurang hingga 50 persen dari total 61,803 hektar, 36,185 hektar telah menjadi lahan konsesi.

Perusahaan Surya Panen Subur mengelola lahan konsesi seluas 13,177 hektar dan Perusahaan Kalista Alam mengelola lahan konsesi seluas 6,888 hektar. Perusahaan Gelora Sawita Makmur mengelola lahan konsesi seluas 8,604 hektar dan Perusahaan Cemerlang Abadi mengelola lahan konsesi seluas 7,516 hektar. Jumlah keseluruhan lahan konsesi mencapai 20,200 hektar mencakup dua tahap pemberian. .

Mengacu kepada konflik yang terjadi di hutan gambut Rawa Tripa, Perusahaan Kalista Alam telah melanggar peraturan karena membuka lahan di gambut dengan kedalaman lebih dari tiga meter. Semua kasus pelanggaran tersebut telah diproses secara hukum.

Kasus serupa lainnya terkait perusakan hutan gambut Rawa Tripa adalah Perusahaan Surya Panen Subur II yang menjalankan bisnisnya dibawah manajemen perusahaan Amara.

Hutan gambut rawa Tripa berperan penting dalam sistem ekologi. Hutan gambut ini berfungsi sebagai penahan gelombang besar seperti tsunami, tempat daur ulang air, mencegah banjir dan habitat keanekaragaman hayati. Jika proses pembersihan lahan untuk perkebunan dilakukan maka akan memicu hilangnya sistem ekologi dan penahan alami dari bencana tsunami, banjir, kekeringan, dan ketidakseimbangan alam. Dampak penggundulan hutan adalah banjir besar yang akan melanda kawasan pemukiman dan mengakibatkan sejumlah kerusakan.

Konflik Investor Multinasional: Studi kasus Kabupaten Aceh Singkil
Pada tahun 1986, perusahaan Ubertraco, yang merupakan milik Teungku Muslim, warga Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, mulai beroperasi. Perkebunan kelapa sawit tersebut mulai dibuka di Kecamatan Simpang Kiri. Kemudian pada tahun 1988, perusahaan tersebut mendap atkan izin nomor 1/1988 untuk menggunakan lahan seluas 10,917 hektar di Kecamatan Kota Baharu dan Kecamatan Gunung Meriah, Singkil Utara dan Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil.

Enam tahun kemudian, sekitar tahun 1994, perusahaan tersebut memperoleh izin konsesi lahan tahap kedua dengan nomor 2/1994 dengan total lahan seluas 3,000 hektar, letaknya sepuluh kilometer dari Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil. Pada tahun 1998, sebagian saham kepemilikan perusahaan dialihkan kepada pengusaha dari Malaysia bernama Haji Muhammad Sobri yang mengelola perkebunan tidak sesuai target dan meninggalkan lahan terbengkalai.

Dampak terhadap kesehatan dan sistem ekologi
Sebelumnya, hutan gambut rawa Tripa merupakan sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Perahu merupakan alat transportasi yang digunakan pada saat itu. Setelah perusahaan mulai beroperasi kondisi nyaman tersebut berubah, jumlah ikan dan siput berkurang,  hutan menjadi gundul, air tercemar, hewan yang hidup di air mati dan sumber makanan menjadi langka .

Abdul Majid menggambarkan dampak yang disebabkan oleh Perusahaan Surya Panen Subur II. Sejak perkebunan mulai dibuka disekitar pemukiman penduduk telah terjadi perubahan cuaca, polusi udara mengakibatkan masalah pernapasan dan gangguan penglihatan,  sejauh ini sudah ditemukan tiga jenis penyakit mata di masyarkat setempat.

Kondisi ini memicu bencana lebih sering terjadi. Jika hujan turun sepanjang hari maka akan menyebabkan banjir dan sebaliknya, jika musim kemarau datang maka akan terjadi kekeringan. Jika kondisi normal, maka musim hujan akan dimulai sejak bulan September sampai bulan Januari, namun saat ini musim tidak lagi dapat diprediksi.

Polusi air merupakan persoalan utama yang dihadapi masyarakat dan harus segera ditemukan solusinya. Polusi air tersebut diakibatkan oleh sampah dan racun yang dibuang ke sungai. Meskipun bahaya limbah tersebut tidak secara langsung mengalir ke sungai, namun ketika hujan turun maka limbah pupuk berbahan kimia dan pestisida yang terakumulasi tersebut akan mengalir ke sungai hingga akhirnya mengalir ke laut.

Perkebunan kelapa sawit telah mengakibatkan sejumlah besar lahan dibersihkan. Ini merupakan factor kunci perubahan sistem penyimpanan air di hutan dan terjadinya kebakaran hutan, fungsi hutan gambut Rawa Tripa sebagai penyimpan karbon akan berubah.
(bersambung)

 

Penulis, Ruayrin Pedsalabkaew, fellow pada Asian Public Intellectual (API), Reporter Deep South Watch yang telah melakukan penelitian tentang isu-isu perampasan lahan oleh perusahaan multinasional di Aceh: Dampaknya terhadap Hak Asasi Manusia dan Kearifan Lokal. Pendapat penulis tidak menggambarkan pandangan API Fellowships Program, The Nippon Foundation, the Coordinating Institution, dan/atau lembaga partner.

read more
Ragam

Pohon Keberkahan

Lebih dari 1400 tahun sebelum era power point dan kemudian multimedia lahir, Allah telah mengajari kita melalui visualisasi yang subhanallah – sangat indah dan sangat efektif. Di bumi Arab yang umumnya tandus dan gersang – sangat jarang pepohonan, Allah sudah menggambarkan bahwa orang-orang yang bersama Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah seperti pohon dengan tunas yang kuat dan besar lagi lurus – tanaman yang menyenangkan hati bagi yang melihatnya.

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS 48:29).

Kini, kurang dari setahun menjelang Pemilu  Legislatif dan Pemilu Eksekutif tentu sangat  banyak tokoh yang mendatangi rakyat sampai pelosok-pelosok, mereka akan berlomba menjanjikan kemakmuran. Itu semua bisa jadi bohong belaka – seperti yang sering terjadi selama ini – jadi rakyat seperti kita-kita tidak perlu banyak berharap.

Tetapi ada satu janji yang tidak pernah berbohong karena Dia yang berjanji adalah juga Dia  Sang Maha Kuasa untuk merealisasikan janjiNya. Kalau dia menjanjikan keberkahan yang lebih dari sekedar kemakmuran duniawipun – pasti Dia akan tepati janjiNya.

Maka dengan visualisasi yang dicontohkan oleh Yang Maha Tahu ini pula kita bisa membangun keberkahan bagi umat ini melalui petunjuk-petunjukNya.  Seperti sebuah pohon, keberkahan itu hanya bisa dibangun di atas ‘akar’ yang sangat kuat masuk dalam ke tanah. ‘Akar’ ini adalah iman dan takwa sebagaimana janjiNya berikut :

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS 7:96)

Ayat ini adalah kalimat jika dan hanya jika, artinya adalah keberkahan hanya hadir jika ada keimanan dan ketakwaan – dan juga sebaliknya, jika tidak ada keimanan dan ketakwaan – maka keberkahan itupun tidak hadir.

Pohon Keberkahan
Keimanan dan ketakwaan inipun bukan hanya yang ada di dalam hati dan juga sekedar diucapkan, tetapi haruslah menumbuhkan amal shaleh berupa perbuatan nyata – mengatasi hal-hal konkrit yang ada di masyarakat. Bukanlah pohon namanya bila dia hanya memiliki akar tetapi tidak memiliki batang, maka demikian pula – tidak sempurna keimanan dan ketakwaan yang tidak diwujudkan dalam bentuk amal shaleh. Ketika Imam Al-Baihaqi-pun menjelaskan 77 aplikasi iman, selain amalan hati dan lisan – yang terbanyaknya justru amal perbuatan nyata kita di masyarakat.

Maka itu pula yang dijanjikan oleh Allah, bahwa yang dijanjikan pasti akan dijadikannya pemimpin atau khalifah di muka bumi inipun adalah orang yang beriman dan beramal shaleh.

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS 24 :55)

Amal shaleh yang didasari oleh keinginan untuk memperoleh ampunan Allah dan karuniaNya – dan bukan didasari oleh ketakutan atas kemiskinan yang kemudian membuat orang rela berbuat jahat  (QS 2:268) – inilah yang kemudian melahirkan cabang-cabang amal shaleh yang spesifik sesuai jamannya.

Cabang-cabang yang tumbuh dari niat amal shaleh yang tulus dan didasari oleh ‘akar’ iman dak takwa yang kuat, pastilah menjadi cabang-cabang yang berkarakter kuat – sama dengan karakter akar dan pohonnya.

Maka demikianlah cabang-cabang amal itu bisa muncul dalam berbagai bidang kehidupan, bisa mengatasi berbagai masalah – tetapi benang merah karakternya tetap sama yaitu amal shaleh yang didasari keimanan dan ketakwaan.

Beberapa di antara cabang-cabang amal shaleh yang sudah kami identifikasi urgensinya di jaman ini antara lain adalah  sebagai berikut :

Amal shaleh di bidang  SDM, negeri yang dikaruniai Allah kekayaan sumber daya alam yang subhanallah ini nampaknya masih salah urus. Belum nampak tanda-tanda kemakmuran apalagi keberkahan di negeri ini. Maka perbaikan kwalitas SDM, khususnya pada pembangunan karakter Iman – perlu mendapatkan prioritas.

Amal shaleh di bidang pendidikan, generasi yang akan datang – generasi anak cucu kita haruslah lebih baik, lebih makmur dan lebih berkah kehidupannya ketimbang generasi kita saat ini. Untuk ini jalan terbaiknya adalah memperbaiki jalur pendidikan. Pendidikan keimanan dan ketakwaan haruslah menjadi prioritas bagi anak-anak di usia dini – bukan pendidikan lainnya.

Amal shaleh bidang kesehatan, SDM dan generasi yang kuat keimanan dan ketakwaannya – juga harus kuat secara fisik atau jasmaninya. Bukan hanya harus ada system pengelolaan kesehatan yang berkarakter iman dan takwa, tetapi juga harus ada asupan makanan yang cukup memenuhi seluruh kebutuhan kita untuk hidup dan tumbuh berkembang.

Amal shaleh bidang industri/pertanian, kebutuhan pokok kita untuk hidup , tumbuh dan berkembang secara baik – hanya akan terpenuhi bila bidang-bidang industri dan pertanian juga dijalankan dan digerakkan oleh amal shaleh yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan. Petunjuk detil untuk amal shaleh yang satu ini – khususnya bidang pertanian – sangat banyak ditemukan di ayat-ayat dalam KitabNya seprti yang sudah banyak dikutib di situs ini.

Amal shaleh dalam pengelolaan pasar, sarana untuk memakmurkan umat secara luas – bukan hanya sebagian saja – ini hanya bisa disediakan bila para pemimpin menyediakan pasar yang adil untuk rakyatnya. Pasar yang tidak dipersempit sehingga semua orang bisa jual beli secara leluasa, dan pasar yang tidak dibebani biaya-biaya – sehingga rakyat yang tidak mampu-pun harus bisa memiliki peluang untuk berjualan di pasar.

Amal shaleh dalam bidang pengelolaan Sumber Daya Alam, SDA adalah amanah untuk dimakmurkan  – dan bukan warisan kita yang bisa kita perlakukan semena-mena. Pengelolaan SDA ini harus benar-benar mengikuti petunjuknya sehingga kita tidak terjerumus pada perbuatan yang dikategorikan sebagai berbuat kerusakan di muka bumi (QS 2:205).

Lebih jauh SDA yang melimpah di sekitar kita, menuntut kesanggupan kita untuk menerima amanahNya yang telah menjadikan kita dari bumi ini dan menjadikan kita pula pemakmurnya (QS 11:61). Bila kita tidak sanggup melaksanakan perintah ini, bila kita berpaling – maka Dia akan mengganti kita dengan kaum yang lain yang tidak seperti kita (QS 47:38).

Amal shaleh dalam pengelolaan kapital atau modal, Allah mengkaitkan langsung antara perbuatan meninggalkan riba dengan keimanan dan ketakwaan kita. Sumber daya modal ini begitu pentingnya dalam menopang amal shaleh kita yang lain, betapa kacaunya dunia bila sumber daya yang seharusnya menjadi seperti air yang mengalir ke seluruh bagian pohon ini – ditahan atau dijebak untuk mengumpul di salah satu bagiannya saja – pastilah bagian pohon yang lain akan mati kekeringan.

Itulah mengapa riba sangat diharamkan bagi orang beriman, dan hanya orang yang tidak beriman yang tidak meninggalkan riba sebagaimana ayat berikut : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 2:278)

Tentu ‘cabang-cabang’ amal shaleh tersebut akan terus tumbuh sesuai dengan kebutuhannya. Seperti pula pada pohon , batang ‘amal shaleh’  yang tumbuh terus akan menumbuhkan cabang-cabang baru. Demikian pula petunjuk itu, setelah datang satu petunjuk akan terus bertambah petunjuk-petunjuk berikutnya – maka jangan kawatir tentang memulainya dari mana, dari mana saja bisa – mulailah.

“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.” (QS 47 : 17)

Mungkin Anda bertanya, lho di negeri-negeri orang tidak beriman, di negeri-negeri yang system keuangannya full ribawi – kok mereka malah lebih makmur dari kita sekarang ini ?.

Untuk ini jawabannya ada di hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut :

“Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi kebaikan orang mukmin yang diberikan di dunia dan akan dibalas di akhirat, sedangkan orang kafir diberi makan karena kebaikan-kebaikan yang dikerjakannya di dunia, bagi Allah Allah tidak ada amal kebaikan mereka yang bisa dibalas di akhirat” (HR Muslim).

Jadi jangan terpukau kita dengan kemakmuran hedonis sementara negeri-negeri kapitalis ribawi, kita punya cara sendiri untuk meraih kemakmuran itu – bahkan lebih dari sekedar kemakmuran duniawi, tetapi keberkahan kehidupan di dunia dan di Akhirat. InsyaAllah.

read more
1 15 16 17 18
Page 17 of 18