close

lingkungan

Ragam

Walikota Pekanbaru Luncurkan Program ‘Radio Green’

Walikota Pekanbaru Firdaus ST MT mengajak masyarakat menicintai lingkungan dengan memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan terutama yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan atau pepohonan.

Hal itu diungkapkan Walikota dalam pengangarahannya pada acara lounching Radio Green yang dikemas dengan gerakkan penanaman, pohon dan penyebaran bibit ikan di Sungai Siak di Bantaran Sungai Siak Meranti Pandak, Kecamatan Rumbai Pesisir, Senin (6/1/2014).

Walikota menyebutkan bahwa acara lounching radio green dirasakan sebagai lanagkah yang sangat peduli dilingkungan, selain acara resminya digelar di pinggiran sungai Siak, acara juga dilanjutannya menanam pohon dan penebaran bibit ikan di hulu sungai Siak.

Dalam kesempatan itu Walikota bersama tokoh masyarakat setempat melepaskan enam ekor burung Merpati pertanda Lonching dan mulai menguadaranya Radio FM 97,6 tersebut, serta diserahkan secara simbolis pohon penghijauan darai utusan bank Panin sebagai pertanda dimulainya penghijauan di hulu sungai Siak.

“Kita memberikan apresiasi kepada manajemen radio green yang mendedikasikan media public ini untuk kepentingan lingkungan. Kita juga sudah membaca kiprah radio Ini yang sebagian besar arah programnya pada kepedulian lingkungan.,’’ ujar Walikota, Senin (06/01/2013).

Ditambahkan Walikota, bahwa semakin banyak media publik dan LSM serta organisosial bergerak dalam kepedulian, maka besar harapan akan memotivasi masyarakat untuk semakin peduli lingkungan.

“Diakui, bahwa saat ini tingkat kesadaran dan kepdedulian lingkungan sebagian masyarakat kita masih sangat rendah, maka sangat diperlukan keikutsertaan seluruh pihak untuk mengajak masyarakat mencintai dan peduli dengan lingkungan. Bila kepedulian itu bisa terbangun , maka sangat besar harapan kita terwujudnya kota yang bersih, kota yang sehat dan kota yang asri,” tutur Walikota.

Sumber: riauterkini.com

read more
Ragam

Pejuang Lingkungan Marandus Sirait Raih Anugerah UGM

Sepuluh tahun merantau dengan menjadi seniman musik rohani, tidak lantas menjadikan Marandus Sirait (46 tahun) lupa akan kampung halamannya, Lunban Rang, Toba Samosir, Sumatera Utara. Setelah kembali ke kampung halamannya sejak 2009 lalu, melalui media musik ini pula ia gunakan sebagai cara  untuk mengajak warga kampungnya peduli pada lingkungan di sekitar Danau Toba yang dianggapnya sudah mengalami kerusakan cukup parah.

“Saya hanya ingin mengajak warga ikut peduli dan memperhatikan lingkungannya,” kata Sirait usai mendapatkan penghargaan Anugerah UGM atas kiprahnya di bidang lingkungan, Kamis (19/12/2013).

Sirait menceritakan usaha konservasi lingkungan dilakukannya lewat aktivitas menanam ribuan pohon di sekitar lahan seluas 40 hektar yang ia namakan Taman Eden. Area konservasi ini diakui Sirait untuk dijadikan percontohan konservasi lingkungan di sekitar kawasan danau toba.

Namun tidak mudah bagi Sirait melaksanakan niat baiknya tersebut. Bahkan dirinya sempat diteror oleh teman sendiri, karena selalu menolak dan menyuarakan protes keras setiap ada aksi kegiatan penebangan pohon yang merusak habitat ekosistem di hutan danau toba.

Awalnya tidak banyak warga yang mau mengikuti jejaknya. Namun, Sirait tidak pernah putus asa. Apapun tetap dilakoninya dengan berbagai cara. Para seniman pun dia ajak untuk ikut kampanye. Kesenian, kata Sirait, merupakan cara yang paling efektif mengedukasi warga untuk peduli lingkungan. “Saya juga pelajari musik dan tarian tor-tor untuk kampanye menanam pohon. Bahkan ada grup tunanetra saya ajak untuk menanam pohon,” tandasnya.

Atas kiprahnya membuka Taman Eden, ia pun banyak mendapat penghargaan dari Gubernur, Menteri Kehutanan, hingga penghargaan dari Presiden. Namun dua penghargaan dari Gubernur dan satu penghargaan dari Menteri Kehutanan ia kembalikan. Sirait mengaggap, pemberi penghargaan tidak serius terhadap perbaikan kondisi hutan di sekitar Danau Toba. “Bagi saya piala tidak berharga jika hutan di danau toba tidak ikut dilestarikan,” kata pria yang tamat SMA ini.

Penghargaan yang diberikan UGM padanya, bagi Sirait, penghargaan tersebut menunjukkan keberpihakan UGM terhadap kiprah bagi mereka yang berkecimpung di daerah terpencil. “UGM ternyata memperhatikan kami yang tinggal di sudut-sudut desa,” ungkapnya.

Selain Sirait, Anugerah UGM diberikan kepada tokoh-tokoh lainnya, seperti dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., MPH untuk penghargaan bidang kesehatan; Prof. Dr. Daoed Joesoef di bidang pendidikan; dan Nobertus Riantiarno di bidang kebudayaan. Penghargaan tersebut diserahkan pada upacara Dies Natalis UGM ke-64 oleh Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc. []

Sumber: ugm.ac.id

read more
Kebijakan Lingkungan

Korupsi dan Perang: Sumber Kejahatan Lingkungan

Faktor korupsi dan konflik bersenjata adalah dua penyebab utama diantara berbagai sumber penyebab kerusakan lingkungan hidup di Indonesia dan Aceh khususnya. Dua faktor ini berperan signifikan dalam proses penghancuran struktur lingkungan. Dampak buruk yang ditimbulkan pun mengancam langsung hajat kehidupan rakyat bawah di pedesaan.

Korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan jabatan publik, atau sumber daya negara untuk tujuan keuntungan pribadi (Gray dan Kaufman, 1992). Dari definisi tersebut sudah menggambarkan betapa bahayanya tindakan korupsi terhadap masyarakat luas. Alasan ini pula yang menempatkan korupsi identik dengan kejahatan kemanusiaan (human crime). Di Indonesia dan khususnya Aceh perilaku korupsi bagaikan virus yang mematikan, penyebarannya sangat cepat dan merambah semua lapisan birokrasi pemerintah maupun sektor swasta.

Tidak mengherankan jika corruption perception index (CPI), Indonesia selalu bertahan di posisi 10 besar negara-negara terkorup di dunia dan Aceh pun pernah masuk provinsi terkorup. Suatu prestasi yang sangat tidak membanggakan bagi bangsa yang telah merdeka lebih setengah abad. Namun sekarang rakyatnya justru dijajah oleh penguasa sebangsa dalam berbagai pola tindak korupsi.

Salah satu bentuk korupsi yang paling berbahaya tapi selama ini minim sorotan publik adalah korupsi lingkungan atau kejahatan lingkungan (environmental crime). Karena berdampak langsung pada proses memiskinkan rakyat banyak, akibat hilangnnya akses rakyat atas sumber-sumber kehidupan pokok. Terutama hilangnnya jaminan hak-hak dasar hidup rakyat di pedesaan, akibat perusakan dan penghancuran lingkungan hidup yang sistematis dan disengaja. Hasil akhir berujung pada munculnya bencana ekologis termasuk kolapsnya pranata (sosial dan lingkungan) kehidupan masyarakat desa.

Praktek korupsi lingkungan telah menimbulkan pengurusan sumberdaya alam menjadi tidak terkendali, sangat eksploitatif tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan, menyebabkan merosotnya kondisi lingkungan hidup yang cukup parah bahkan di beberapa tempat sudah melebihi ambang batas yang menyebabkan terjadinya multi bencana ekologis.

Pemberantasan korupsi memang tidak mudah, dibutuhkan suatu komitmen politik penguasa dalam bentuk kebijakan hukum yang kuat dan tidak diskriminatif. Faktor kesadaran warga masyarakat, khususnya kekuatan sipil pro lingkungan. Dalam hal ini, intervensi pada level kelembagaan sangat penting.

Aktor-aktor utama pelaku korupsi lingkungan melibatkan para kepala daerah (gubernur/bupati/walikota), dalam wujud KKN dengan pengusaha HPH dan pertambangan. Modus KKN yang paling sering adalah penerbitan SK izin usaha di kawasan hutan lindung. Misalnya, izin usaha perkebunan, HPH dan pertambangan. Menurut Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Kementerian Kehutanan, Darori, saat ini sebanyak 14 bupati/walikota diduga melakukan korupsi lingkungan (Kompas,17 November 2012).

Di Aceh pun setali tiga uang, arus investasi tambang di Aceh meningkat pesat. Pada tahun 2002 hanya terdapat satu perusahaan tambang, tapi di tahun 2011 meningkat drastis menjadi 120 perusahaan.

Praktek korupsi telah memuluskan berbagai undang-undang dan kebijakan yang tidak berpihak kepada kepentingan keselamatan hidup warga dan lingkungan hidup. Korupsi kebijakan, dimana berbagai undang-undang dan kebijakan yang ada dibuat semata-mata untuk kepentingan sekelompok orang yaitu para elit kekuasaan dan pemilik modal. Padahal hakekat suatu undang-undang dibuat adalah untuk kepentingan seluruh rakyat.

Sebagai contoh, lahirnya berbagai undang-undang sektoral yang berhubungan dengan pengurusan alam seperti : 1) UU No. 22 tahun 2001 tentang Migas; 2) UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air; 3) UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan; 4) UU No. 19 tahun 2004 tentang Kehutanan; 5) UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan; 6) UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal; 7) UU No. 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang; 8) UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; dan 9) UU No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara.

Semua undang-undang tersebut mendorong pemerintah melakukan privatisasi dan liberalisasi. Sumber-sumber kehidupan dan ekonomi rakyat diserahkan kepada korporasi dan mekanisme pasar. Hal ini sesungguhnya telah melanggar amanah UUD 1945 pasal 33 ayat 2: “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.” Dan ayat 3: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Perang Perusak Lingkungan
“Warfare is inherently destructive of sustainable development. States shall therefore respect international law providing protection for the environment in times of armed conflict and cooperate in its further development, as necessary.” – 1992 Rio Declaration

(Perang pada hakekatnya penghancuran atas pembangunan berkelanjutan. Karenanya dalam masa perang negara-negara harus menghormati undang-undang internasional tentang perlindungan lingkungan dan perlu bekerjasama dalam membangun lingkungan hidup -Deklarasi Rio, 1992)

Deklarasi tersebut sangat jelas merupakan manifestasi kekuatiran kolektif universal atas dampak buruk yang diakibatkan oleh perang terhadap lingkungan. Kehancuran lingkungan hidup yang ditimbulkan perang berskala masif dan merusak struktur ekosistem hutan maupun laut.

Sebagai contoh, Perang Teluk 1990-1991. Dalam upaya menghambat invasi laut pasukan multinasional pimpinan AS, tentara Irak melakukan strategi bumi hangus dengan meledakkan ratusan ladang minyak di lepas pantai. Akibatnya, laut dan pantai Teluk Persia dan Laut Arab mengalami polusi hebat (hyper pollution), dibanjiri 6-8 juta barrel tumpahan minyak mentah. Sebanyak 15.000-30.000 biota laut rusak, seperti mangrove dan terumbu karang (UNEP, 2002).

Hal yang sama terjadi ketika konflik Kosovo tahun 1999, militer Serbia secara sistematis menghancurkan jaringan penampungan air bersih di kota-kota dan desa Kosovo. Malapetaka lingkungan terbesar dalam sejarah akibat konflik yakni saat Perang Vietnam tahun 1960-an, tentara Amerika dalam usaha menghancurkan kantong-kantong pejuang komunis Vietcong di hutan belantara. Amerika menjatuhkan ratusan ton bom kimia, populer dengan nama agent orange yang membumihanguskan 325.000 hektar hutan Vietnam (McNeely, 2000). Dampak kerusakan ekologis tersebut hingga kini kondisinya masih belum bisa dikonservasi seperti sediakala.

Dampak buruk lainnya yang ditimbulkan perang terhadap lingkungan, adalah  mempersempit ruang gerak operasional petugas penjaga hutan dan aktivis advokasi konsevasi lingkungan yang bekerja di wilayah pertempuran. Seperti yang terjadi dalam perang di Sierra Leon di Afika pada tahun 1990. Banyak polisi hutan yang bekerja di menjaga kawasan hutan lindung, selain berbulan-bulan tidak mendapat gaji, juga tidak  dapat berbuat banyak atas tindakan korupsi lingkungan.

Pemodal kapitalis berkolaborasi dengan tentara pemerintah dan gerombolan gerilyawan, dalam kegiatan illegal logging dan pertambangan liar (Squire 2001). Baik pemerintah dan gerilyawan pemberontak melakukan korupsi lingkungan ini dimotivasi kebutuhan dana untuk membiayai perang khususnya untuk pembelian senjata.

Program-program pembangunan lingkungan hidup pemerintah pun terhenti. Ini akibat dana-dana pemerintah dialihkan untuk pembiayaan perang. Sebagian penduduk menjadi pengungsi dengan kondisi sandang pangan, kesehatan, dan perumahan rakyat yang buruk. Bahkan setelah perang usai program lingkungan masih terabaikan, karena semua program pemerintah difokuskan pada pembangunan infrastruktur fisik yang hancur akibat perang.

Dari bentangan peristiwa empiris di atas, memperlihatkan betapa korupsi lingkungan dan konflik bersenjata sangat membahayakan keselamatan lingkungan dan kelangsungan hidup manusia. Karenanya memerangi korupsi dan mencegah konflik bersenjata adalah misi kemanusiaan universal demi keselamatan anak cucu generasi pewaris bumi ini dimasa depan.[sahari gani]

read more
Sains

Ancaman Asbes Bagi Kehidupan Manusia

Dengan kemampuannya menahan panas dan api yang luar biasa kuatnya, asbes sudah lama menjadi salah satu bahan isolasi suhu yang paling banyak dipakai. Praktis semua rumah dan gedung yang sekarang sudah lama memakai bahan bangunan yang berisi asbes.

Di Aceh saat masa rehabilitasi dan rekonstruksi sedang berjalan pasca bencana tsunami, sekitar 2005 -2008, ada beberapa pihak yang menggunakan asbes sebagai bahan baku pembuatan rumah. Hal ini sebenarnya sudah banyak ditentang oleh aktivis lingkungan karena mengingat ancaman bahayanya terhadap kesehatan manusia. Namun sayangnya pihak pembangun masih saja menggunakannya dan pemerintah Aceh tidak melarangnya.

Ada tiga jenis asbes yang dikenal berdasarkan panjang seratnya. Asbes krisotil, yang diedarkan sebagai asbes putih. Asbes krosidolit, yang terkenal sebagai asbes biru, dan asbes amosit yang dikenal sebagai asbes cokelat.

Asbes biru dan cokelat sebenarnya mempunyai serat yang lebih baik daripada asbes putih. Tetapi keduanya dianggap lebih berbahaya daripada asbes putih. Kini diketahui, bahwa asbes putih pun sama berbahayanya.

Penyakit yang ditimbulkan oleh asbes tidak kentara. Sejumlah orang yang bekerja di pabrik pembuat peralatan yang memakai asbes selama 15 tahun baru satu orang yang sekarat. Inilah yang menyulitkan para pakar dan pejabat dinas kesehatan untuk menyatakan bahwa asbes itu berbahaya.

Orang yang terpapar asbes tidak teraturlah yang mempunyai risiko paling besar. Bahaya terbesar timbul ketika asbes yang sudah tua dibongkar atau disingkirkan untuk diganti dengan yang baru. Pekerja yang melakukan tugas pembongkaran mempunyai risiko lebih besar daripada mereka yang memasang asbes baru.

Asbes tua sudah rapuh dan lebih gampang hancur berhamburan sebagai serat halus dan debu, daripada asbes baru. Debu asbes kemudian terhirup oleh pekerja yang tidak melindungi hidungnya dengan masker pencegah debu. Peristiwa yang sering terjadi kalau eternit di langit-langit rumah yang tua dibongkar untuk diganti dengan yang baru.

Serat asbes yang dihirup akan menyebabkan penyakit paru-paru asbestosis. Serat asbes merangsang paru-paru dan menetap di antara pleura (membran tipis yang membungkus paru-paru) dan dinding bagian dalam rongga dada.

Serat itu tinggal selama beberapa tahun, dan lama-lama jaringan paru-paru yang terkena akan bereaksi sampai menebal dan menegang. Paru-paru tidak mampu mengembang dengan baik sebagaimana mestinya kalau dipakai bernapas.

Gejala utama yang mula-mula tampak ialah sesak napas ketika orang yang bersangkutan mengawali pernapasan dengan menghirup udara dalam-dalam. Tetapi gejala itu kemudian meningkat menjadi keluhan sulit bernapas.

Sesak napas juga diikuti dengan batuk kering. Sedihnya, tidak ada obat yang efektif untuk menyembuhkan asbestosis. Inilah yang membuat kondisi penderita pelan-pelan makin buruk, sampai akhirnya meninggal karena gagal paru-paru. Penderitaan berkepanjangan semacam ini akan dialami oleh seitap orang setelah ia berhubungan dengan asbes dalam jangka waktu yang lama.

Penyakit yang lebih parah ialah timbulnya tumor mesothelioma berasal dari mesotel (lapisan sel gepeng) yang meliputi permukaan bagian dalam rongga badan. Beberapa bagiannya mengandung sel seperti sarkoma (jaringan sel yang terkumpul mampat) yang ganas. Dalam 80-85 persen kasus, tumor ini ditimbulkan oleh paparan asbes.

Kalau tumor itu berkembang, timbullah kanker paru-paru. Sebagian besar terjadi pada orang yang selain terpapar oleh asbes juga perokok berat. Kombinasi merokok dan menghirup asbes itu memperbesar risiko terkena kanker paru-paru. Gejalanya mulai batuk kronis, penurunan bobot badan, susah bernapas, batuk darah, sakit dada, dan sesak napas.

Jika Anda menduga ada asbes yang sudah tua umurnya di rumah Anda, dan perlu diganti, langkah yang tepat adalah menghubungi ahli asbes dan meminta bantuannya agar asbes itu disingkirkan dengan cara yang aman.

Sumber: NatGeo Indonesia

read more
Ragam

Air dan Kekuasaan

Sebuah karunia tuhan yang paling indah di dunia ini adalah alam, pesonanya membuat kita selalu tertarik untuk menikmati setiap saat.  Alam selalu memberikan arti penting  bagi kehidupan kita, terutama kandungan air yang ada di dalamnya. Tanpa adanya air, kita tidak bisa menggerakkan aktivitas apapun, sehingga unsur tersebut tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, setiap waktu tubuh kita selalu membutuhkan senyawa itu. Air merupakan bagian utama dalam berbagai aspek kehidupan, baik untuk proses metabolisme pertumbuhan manusia, untuk pertanian dan bagi peternakan.

Dalam hal pertumbuhan manusia, jika kita mengalami kekurangan cairan air setiap jam, maka tubuh kita akan terasa mengering dan energi kita menghilang sehingga berpengaruh pada tidak sanggup untuk melakukan aktivitas keseharian. Dan, akibat kekurangan senyawa itu di dalam tubuh juga akan berdampak pada timbulnya berbagai penyakit. Kedua, untuk sektor pertanian, dalam bidang persawahan dan perkebunan misalnya, jika saja air tidak mampu dialirkan secara rutin maka para petani tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal, karena faktor ketersediaan air yang cukup sangat menentukan kualitas dan produktivitas tanaman, karena air unsur penting dalam melakukan fotosintesis dan respirasi. Dan, tentunya ini akan berdampak kepada kelaparan.

Begitu juga untuk sektor peternakan, air sangat dibutuhkan. Terhentinya pasokan air akan berdampak pada berhentinya siklus kehidupan binatang seperti, bebek dan ayam untuk berkembang biak yang akhirnya berujung pada menurunnya tingkat kesejahteraan manusia.

Sumber Energi

Sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga penelitian Geological Survey  yang berpusat di Amerika akhir tahun 2010 menyebutkan bahwa, sekitar 72 persen bumi tertutup  oleh air. Sebanyak 50 persen air terdapat di enam negara, yang salah satunya terdapat di Indonesia. Masuknya negara kita sebagai wilayah yang memiliki potensi air yang banyak maka patut disyukuri dengan sebaiknya-baiknya, karena dengan melimpahnya unsur itu kita bisa memanfaatkan untuk  berbagai keperluan energi. Bayangkan, jika seandainya negeri kita mengalami kekurangan air, berbagai ancaman akan datang baik dari aspek kesehatan, kesejahteraan dan berbagai hal negatif lainnya..

Dalam perkembangan teknologi zaman sekarang ini, air merupakan alternatif  yang bisa digunakan untuk menghasilkan energi listrik yang digolongkan dalam energi terbarukan, tak terkecuali di Indonesia. Pelaksanaan teknologi konversi air sebagai penghasil energi listrik yang dilakukan saat ini semakin digalakkan oleh pemerintah karena bertujuan untuk menghematnya  penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai bahan baku utama untuk memproduksi daya listrik di negara kita. Dalam draf Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2012 – 2031 bahwa produksi listrik yang bersumber dari air diproyeksi akan dihasilkan sebesar 6.310 MW ( 6.310.000 watt) atau 11 persen. Proyeksi daya yang dilakukan PLN itu menurut saya belum maksimal, akan tetapi terlepas benar dan salah tentang keakuratan data yang telah diakumulasikan, karena yang terpenting adalah unsur air ini sudah menjadi hal penting untuk keberlangsungan energi listrik di negara Indonesia. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita sudah bersyukur dengan melimpahnya air diberikan di negara kita!.

Aneh bin ajaib, kiranya itulah ungkapan yang cocok untuk penghuni pulau di Indonesia yang ini tidak mau mengucapkan terima kasih bagi pemilik semesta ini. Mereka secara terang-terangan melakukan tindakan untuk perusakan terhadap sumber utama pemasok air dengan memotong kayu-kayu penyimpan air di dalam hutan.

Indonesia Harus Bersyukur

Air merupakan secuil kekuasaan tuhan yang diberikan bagi rakyat Indonesia, dengan diberikan kekayaan ini, sudah sepatutnya rasa syukur kita kepada sang khalik harus diperbanyak  Karena dengan bersyukur atas berbagai nikmat lain akan diturunkan dan bahkan akan dilipatgandakan. Semoga ke depan rasa syukur ini bisa tanamkan dalam jiwa masing-masing setiap penduduk Indonesia, baik dalam tindakannya maupun dalam ucapan kita.[]

read more
Ragam

Penjaringan Bakal Calon Direktur Walhi Aceh Diperpanjang

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh memperpanjang masa pendaftaran bakal calon Direktur WALHI Aceh baru untuk periode empat tahun ke depan. Penjaringan akan diperpanjang hingga tanggal 29 Oktober 2013 dan pemilihan direktur akan dilakukan pada tanggal 1-2 November 2013 dalam acara Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup – Luar Biasa (PDLH-LB) bertempat di Hotel Jeumpa Banda Aceh.

Ketua Panitia PDLH-LB, Twk Emir Achyar mengatakan bakal calon direktur ini harus memenuhi kriteria antara lain aktif dalam advokasi lingkungan selama tiga tahun terakhir di Aceh, pendidikan akademik sekurang-kurangnya sarjana (S-1).

Selain itu Direktur WALHI ke depan harus bersedia bekerja penuh waktu dan tidak rangkap jabatan sebagai eksekutif di tempat lain dan mempunyai pengalaman memimpin organisasi minimal selama 3 tahun.

“Ini untuk menjamin direktur WALHI Aceh ke depan nantinya benar-benar mendedikasikan dirinya untuk perjuangan membela lingkungan yang semakin banyak tantangannya,” kata Twk Emir.

Lebih lanjut ia mengatakan pada dasarnya setiap orang berhak mencalon diri asal memenuhi kriteria di atas namun demikian sebagai kekhususan, WALHI Aceh mengharuskan bakal calon melampirkan rekomendasi dari minimal dua lembaga anggota WALHI Aceh.

Saat ini pembangunan di Aceh berlangsung dengan pesat yang semuanya memanfaatkan sumber daya alam yang besar. Pemakaian sumber daya alam ini cenderung merusak lingkungan sekitar dan menghancurkan sumber-sumber pendukung kehidupan masyarakat.

Inilah yang menjadi tantangan bagi direktur WALHI Aceh ke depan, bagaimana bisa mengawasi pemanfaatan sumber daya alam agar lingkungan tetap terjaga.

Selain memilih direktur baru, PDLH-LB juga akan memilih lima orang sebagai anggota Dewan Daerah yang berfungsi mengawasi jalannya organisasi WALHI Aceh. Sebelum hari H, pada tanggal 1 November 2013 akan diselenggarakan seminar tentang lingkungan.

Sudah menjadi tradisi di WALHI Aceh selalu setiap acara pertemuan besar digandeng dengan acara seminar lingkungan untuk menambah wawasan dan berbagi pengalaman [m.nizar abdurrani].

read more
1 6 7 8
Page 8 of 8