close

October 2013

Ragam

Pencemaran adalah Masalah Hidup dan Mati

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan 3 juta orang tewas setiap tahun di seluruh dunia oleh polusi udara luar ruangan dari kendaraan dan emisi industri dan 1,6 juta tewas di dalam ruangan karena penggunaan bahan bakar padat. Sebagian besar korban terdapat di negara-negara miskin.

Penyakit yang dibawa melalui air bertanggung jawab atas 80 persen dari penyakit dan kematian di negara berkembang, membunuh seorang anak setiap delapan detik . Setiap tahun 2,1 juta orang meninggal akibat penyakit diare yang berhubungan dengan air yang buruk.

Polusi yang membunuh ribuan ikan di Danau Kankaria di Ahmadabad, India | Foto: bbc.news.uk

Tanah yang terkontaminasi merupakan masalah di negara-negara industri , di mana bekas pabrik dan pembangkit listrik meninggalkan limbah seperti logam berat dalam tanah. Hal ini juga dapat terjadi di negara berkembang, kadang-kadang digunakan untuk pestisida. Pertanian dapat mencemari tanah dengan pestisida, pupuk nitrat dan lumpur dari hewan ternak . Dan ketika kontaminasi mencapai sungai itu merusak kehidupan biota perairan dan bahkan dapat membuat zona mati di lepas pantai seperti di Teluk Meksiko.

Masalah kronis
Kita sering berpikir tentang kontaminasi bahan kimia seperti yang terjadi di Bhopal India. Tapi masalahnya lebih luas. Sebuah studi mengatakan 7-20 persen kanker disebabkan udara yang buruk dan polusi di rumah dan tempat kerja.

WHO khawatir tentang bahan kimia yang menetap dalam tubuh terutama pada orang muda mengatakan, ” Kita melakukan percobaan skala besar dengan kesehatan anak-anak”. Beberapa bahan kimia buatan manusia, seperti phthalates dan nonilfenol – produk turunan spermisida, kosmetik dan deterjen – disalahkan sebagai penyebab perubahan alat kelamin dari beberapa hewan.

Spesies yang terkena dampak termasuk beruang kutub – bahkan Arktik pun tidak kebal. Bahan kimia memanjat rantai makanan, dari ikan ke mamalia dan kemudia manusia.

Sekitar 70.000 bahan kimia tersedia di pasar, 1.500 bahan yang baru muncul setiap tahunnya. Setidaknya 30.000 bahan kimia ini diperkirakan tak pernah secara komprehensif diuji dampak risikonya untuk orang.

Tantangan utama adalah kehidupan modern yang terus menuntut hal-hal baru demi kelangsungan hidup yang lebihe nyaman. Di satu sisi kita memegang prinsip kehati-hatian dalam produksi barang namun disisi lain kita mau tidak mau melakukan trade off dalam hal lain.

Pestisida DDT sangat merusak bagi liar dan dapat mempengaruhi sistem saraf manusia tetapi juga efektif terhadap malaria. Manakah yang lebih penting?

Komplikasi lain dalam menanggulangi pencemaran adalah bahwa pencemaran tidak menghormati batas-batas politik. Ada sebuah konvensi PBB tentang polusi udara lintas batas , tapi itu tidak dapat mencakup setiap masalah yang bisa timbul antara tetangga atau antara negara-negara yang tidak perbatasan.

Mungkin contoh terbaik adalah perubahan iklim – negara-negara di seluruh dunia berbagi satu atmosfer – sehingga mempengaruhi seluruh dunia.

Untuk satu dan semuanya
Salah satu prinsip yang seharusnya berlaku di sini sangat sederhana – Pencemar membayar (Polluter pays).

Kadang-kadang jelas siapa yang harus disalahkan dan siapa yang harus membayarnya. Tapi ini bukan jalan keluar yang mudah dengan hanya meminta dana dari pencemar. Apakah kita semua senang membayar biaya atas polusi yang kita hasilkan?

Salah satu cara lain adalah merancang produk untuk didaur ulang atau merancang produk yang lebih tahan lama.

Generasi sebelumnya bekerja pada asumsi bahwa membuang limbah adalah cara yang tepat untuk menyingkirkannya. Jadi kita membuang sampah nuklir dan bahaya potensial lainnya di kedalaman laut dan yakin mereka tidak akan tersebar.

Kita sekarang berpikir bahwa metode pembuangan seperti itu terlalu riskan. Salah satu penulis mengatakan,” Tidak ada tempat untuk ‘pergi’  dan tidak ada orang yang seperti ‘yang lain’ “. Jadi tanya dampaknya terjadi untuk siapa, dampak pencemaran menimpa kita semua pada akhirnya.

Sumber: bbc.co.uk

read more
Ragam

Pohon Keberkahan

Lebih dari 1400 tahun sebelum era power point dan kemudian multimedia lahir, Allah telah mengajari kita melalui visualisasi yang subhanallah – sangat indah dan sangat efektif. Di bumi Arab yang umumnya tandus dan gersang – sangat jarang pepohonan, Allah sudah menggambarkan bahwa orang-orang yang bersama Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah seperti pohon dengan tunas yang kuat dan besar lagi lurus – tanaman yang menyenangkan hati bagi yang melihatnya.

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS 48:29).

Kini, kurang dari setahun menjelang Pemilu  Legislatif dan Pemilu Eksekutif tentu sangat  banyak tokoh yang mendatangi rakyat sampai pelosok-pelosok, mereka akan berlomba menjanjikan kemakmuran. Itu semua bisa jadi bohong belaka – seperti yang sering terjadi selama ini – jadi rakyat seperti kita-kita tidak perlu banyak berharap.

Tetapi ada satu janji yang tidak pernah berbohong karena Dia yang berjanji adalah juga Dia  Sang Maha Kuasa untuk merealisasikan janjiNya. Kalau dia menjanjikan keberkahan yang lebih dari sekedar kemakmuran duniawipun – pasti Dia akan tepati janjiNya.

Maka dengan visualisasi yang dicontohkan oleh Yang Maha Tahu ini pula kita bisa membangun keberkahan bagi umat ini melalui petunjuk-petunjukNya.  Seperti sebuah pohon, keberkahan itu hanya bisa dibangun di atas ‘akar’ yang sangat kuat masuk dalam ke tanah. ‘Akar’ ini adalah iman dan takwa sebagaimana janjiNya berikut :

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS 7:96)

Ayat ini adalah kalimat jika dan hanya jika, artinya adalah keberkahan hanya hadir jika ada keimanan dan ketakwaan – dan juga sebaliknya, jika tidak ada keimanan dan ketakwaan – maka keberkahan itupun tidak hadir.

Pohon Keberkahan
Keimanan dan ketakwaan inipun bukan hanya yang ada di dalam hati dan juga sekedar diucapkan, tetapi haruslah menumbuhkan amal shaleh berupa perbuatan nyata – mengatasi hal-hal konkrit yang ada di masyarakat. Bukanlah pohon namanya bila dia hanya memiliki akar tetapi tidak memiliki batang, maka demikian pula – tidak sempurna keimanan dan ketakwaan yang tidak diwujudkan dalam bentuk amal shaleh. Ketika Imam Al-Baihaqi-pun menjelaskan 77 aplikasi iman, selain amalan hati dan lisan – yang terbanyaknya justru amal perbuatan nyata kita di masyarakat.

Maka itu pula yang dijanjikan oleh Allah, bahwa yang dijanjikan pasti akan dijadikannya pemimpin atau khalifah di muka bumi inipun adalah orang yang beriman dan beramal shaleh.

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS 24 :55)

Amal shaleh yang didasari oleh keinginan untuk memperoleh ampunan Allah dan karuniaNya – dan bukan didasari oleh ketakutan atas kemiskinan yang kemudian membuat orang rela berbuat jahat  (QS 2:268) – inilah yang kemudian melahirkan cabang-cabang amal shaleh yang spesifik sesuai jamannya.

Cabang-cabang yang tumbuh dari niat amal shaleh yang tulus dan didasari oleh ‘akar’ iman dak takwa yang kuat, pastilah menjadi cabang-cabang yang berkarakter kuat – sama dengan karakter akar dan pohonnya.

Maka demikianlah cabang-cabang amal itu bisa muncul dalam berbagai bidang kehidupan, bisa mengatasi berbagai masalah – tetapi benang merah karakternya tetap sama yaitu amal shaleh yang didasari keimanan dan ketakwaan.

Beberapa di antara cabang-cabang amal shaleh yang sudah kami identifikasi urgensinya di jaman ini antara lain adalah  sebagai berikut :

Amal shaleh di bidang  SDM, negeri yang dikaruniai Allah kekayaan sumber daya alam yang subhanallah ini nampaknya masih salah urus. Belum nampak tanda-tanda kemakmuran apalagi keberkahan di negeri ini. Maka perbaikan kwalitas SDM, khususnya pada pembangunan karakter Iman – perlu mendapatkan prioritas.

Amal shaleh di bidang pendidikan, generasi yang akan datang – generasi anak cucu kita haruslah lebih baik, lebih makmur dan lebih berkah kehidupannya ketimbang generasi kita saat ini. Untuk ini jalan terbaiknya adalah memperbaiki jalur pendidikan. Pendidikan keimanan dan ketakwaan haruslah menjadi prioritas bagi anak-anak di usia dini – bukan pendidikan lainnya.

Amal shaleh bidang kesehatan, SDM dan generasi yang kuat keimanan dan ketakwaannya – juga harus kuat secara fisik atau jasmaninya. Bukan hanya harus ada system pengelolaan kesehatan yang berkarakter iman dan takwa, tetapi juga harus ada asupan makanan yang cukup memenuhi seluruh kebutuhan kita untuk hidup dan tumbuh berkembang.

Amal shaleh bidang industri/pertanian, kebutuhan pokok kita untuk hidup , tumbuh dan berkembang secara baik – hanya akan terpenuhi bila bidang-bidang industri dan pertanian juga dijalankan dan digerakkan oleh amal shaleh yang dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan. Petunjuk detil untuk amal shaleh yang satu ini – khususnya bidang pertanian – sangat banyak ditemukan di ayat-ayat dalam KitabNya seprti yang sudah banyak dikutib di situs ini.

Amal shaleh dalam pengelolaan pasar, sarana untuk memakmurkan umat secara luas – bukan hanya sebagian saja – ini hanya bisa disediakan bila para pemimpin menyediakan pasar yang adil untuk rakyatnya. Pasar yang tidak dipersempit sehingga semua orang bisa jual beli secara leluasa, dan pasar yang tidak dibebani biaya-biaya – sehingga rakyat yang tidak mampu-pun harus bisa memiliki peluang untuk berjualan di pasar.

Amal shaleh dalam bidang pengelolaan Sumber Daya Alam, SDA adalah amanah untuk dimakmurkan  – dan bukan warisan kita yang bisa kita perlakukan semena-mena. Pengelolaan SDA ini harus benar-benar mengikuti petunjuknya sehingga kita tidak terjerumus pada perbuatan yang dikategorikan sebagai berbuat kerusakan di muka bumi (QS 2:205).

Lebih jauh SDA yang melimpah di sekitar kita, menuntut kesanggupan kita untuk menerima amanahNya yang telah menjadikan kita dari bumi ini dan menjadikan kita pula pemakmurnya (QS 11:61). Bila kita tidak sanggup melaksanakan perintah ini, bila kita berpaling – maka Dia akan mengganti kita dengan kaum yang lain yang tidak seperti kita (QS 47:38).

Amal shaleh dalam pengelolaan kapital atau modal, Allah mengkaitkan langsung antara perbuatan meninggalkan riba dengan keimanan dan ketakwaan kita. Sumber daya modal ini begitu pentingnya dalam menopang amal shaleh kita yang lain, betapa kacaunya dunia bila sumber daya yang seharusnya menjadi seperti air yang mengalir ke seluruh bagian pohon ini – ditahan atau dijebak untuk mengumpul di salah satu bagiannya saja – pastilah bagian pohon yang lain akan mati kekeringan.

Itulah mengapa riba sangat diharamkan bagi orang beriman, dan hanya orang yang tidak beriman yang tidak meninggalkan riba sebagaimana ayat berikut : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS 2:278)

Tentu ‘cabang-cabang’ amal shaleh tersebut akan terus tumbuh sesuai dengan kebutuhannya. Seperti pula pada pohon , batang ‘amal shaleh’  yang tumbuh terus akan menumbuhkan cabang-cabang baru. Demikian pula petunjuk itu, setelah datang satu petunjuk akan terus bertambah petunjuk-petunjuk berikutnya – maka jangan kawatir tentang memulainya dari mana, dari mana saja bisa – mulailah.

“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya.” (QS 47 : 17)

Mungkin Anda bertanya, lho di negeri-negeri orang tidak beriman, di negeri-negeri yang system keuangannya full ribawi – kok mereka malah lebih makmur dari kita sekarang ini ?.

Untuk ini jawabannya ada di hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut :

“Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi kebaikan orang mukmin yang diberikan di dunia dan akan dibalas di akhirat, sedangkan orang kafir diberi makan karena kebaikan-kebaikan yang dikerjakannya di dunia, bagi Allah Allah tidak ada amal kebaikan mereka yang bisa dibalas di akhirat” (HR Muslim).

Jadi jangan terpukau kita dengan kemakmuran hedonis sementara negeri-negeri kapitalis ribawi, kita punya cara sendiri untuk meraih kemakmuran itu – bahkan lebih dari sekedar kemakmuran duniawi, tetapi keberkahan kehidupan di dunia dan di Akhirat. InsyaAllah.

read more
Green Style

Penyanyi Shelomita Meriahkan Kampanye Publik Hidden Park

Komitmen pemerintah dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) sudah sangat baik. Hal ini terbukti dari semakin banyak dan semakin baiknya fasilitas taman – taman yang ada, khususnya di ibukota Jakarta. Hal ini dikatakan oleh penyanyi Shelomita usai menjadi pembicara pada acara talkshow di arena HiddenPark 2013 Taman Tebet Jakarta Selatan pada Minggu (27/10/2013) pagi.

Pada lain sisi, animo masyarakat terhadap pemanfaatan taman sebagai ruang beraktivitas juga semakin meningkat. Jika pada waktu sebelumnya taman sekedar dijadikan tempat untuk bersepeda dan jogging, kini sudah banyak masyarakat yang menggunakan taman sebagai tempat untuk diskusi, bermain musik, dan aktivitas – aktivitas lainnya.

“Hanya mungkin untuk piknik di taman seperti di luar negeri belum maksimal. Ini bisa dimengerti karena faktor cuaca di Jakarta yang tidak menentu belum menarik perhatian warga. Terkadang panas dan terkadang hujan,” katanya.

Shelomita menambahkan bahwa penyelenggaraan Hidden Park di Taman Tebet lebih ramai ketimbang di Taman Langsat pada tahun lalu. Menurutnya mungkin Taman Tebet kerap menjadi lokasi kegiatan warga sekitar dan semakin ramai dengan penyenggaraan Hidden Park kali ini.

Berbicara tentang lingkungan, Shelomita menyatakan bahwa ia terus menanamkan kesadaran akan lingkungan kepada anaknya sejak mereka masih kecil. Seperti hemat air dan tidak membuang sampah sembarangan.

Selain menjadi pembicara talkshow, Shelomita juga menyempatkan diri untuk mencicipi makanan dan minuman yang dijual di booth Sunday Market dan sempat mengikuti program Urban Farming dengan menanam pohon Selada. Shelo mengaku memang gemar dengan tanaman. Di rumahnya yang memiliki luas 2000 meter persegi di kawasan Ciganjur Jakarta Selatan, ia menanam seperti mengkudu dan sirih yang ia konsumsi sendiri.

Anak dan Keluarga
Pada pekan pertama kegiatan Kampanye Publik Taman Kota Hidden Park mengusung tema Kids and Family Week dimana segala kegiatan yang dilaksanakan sebagian besar adalah kegiatan untuk anak dan keluarga. Pada pekan pertama ini masyarakat juga mulai diajak untuk menunjukan kepedulian dan memberikan kontribusi secara nyata bersama Campina Ice Cream untuk penambahan fasilitas untuk Taman Kota melalui progam donasi Ice S(cream)  for Better Park dimana pembelian 1 eskrim Concerto seharga Rp. 10.000,- di booth Campina selama kegiatan Kampanye Publik  Taman Kota Hidden Park. Rp. 5.000,-dari setiap pembelian akan didonasikan untuk pembuatan Rumah Buku di Taman Tebet.

Anak-anak sedang mendengar dongeng dalam acara Hidden Park 2013 | Foto: Ist
Anak-anak sedang mendengar dongeng dalam acara Hidden Park 2013 | Foto: Ist

“Pada penyelenggaraan pekan pertama ini kami banyak menyajikan program acara yang diperuntukkan bagi anak-anak diantaranya adalah dongeng anak – anak tentang lingkungan, aneka permainan, melukis dan workshop dimana salah satu nara sumbernya adalah Shelomita. Ada pula kegiatan menggambar bareng KomintasSketsaKudan workshop merancang taman impian untuk anak-anak,” kata panitia Rahma Nurdina.

Pada hari itu pada pengunjung juga mencoba untuk melakukan penanaman sejumlah sayuran, yang merupakan bagian dari kampanye urban  farming program Plant & Play dari Teh Kotak. Acara lain yang cukup menarik adalah Sunday Market dimana para pengunjung bisa membeli mulai dari sayuran organik, pernak pernik dan makanan serta minuman yang bisa disantap oleh pengunjung dengan konsep Piknik di Taman.

Sedang sehari sebelumnya yaitu pada Sabtu (26/10) digelar Soft Launching acara Hidden Park 2013 dan pemutaran film layar tancap bertemakan horor (Moonlight Theater) dari pukul 19.00 hingga pukul 21.00 dan tersedia popcorn gratis untuk para penonton.

Kampanye Publik Taman Kota Hidden Park merupakan kampanye yang aktif mengajak masyarakat untuk mengambil peran dalam menjadikan taman kotanya lebih baik. Banyak cara yang dapat dilakukan : bergabung bersama gerakan pecinta taman kota, mengisi ruang tersebut dengan kegiatan edukatif dan kreatif, serta menjadi pengguna taman kota yang bertanggungjawab. Menghargai taman kota berarti menghargai sesama (caring for parks = caring for others).

Program ini sejalan dengan program Pemprov DKI Jakarta dalam pemenuhan luas RTH di Kota Jakarta dan juga dengan kegiatan Hari Tata Ruang Ditjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum. Mereka sangat mendukung dan menfasilitasi penuh kegiatan Kampanye Publik Taman Kota Hidden Park. Diharapkan konsep gerakan Hidden Park dapat menyebar ke kota – kota lain di Indonesia.[rel]

read more
Tajuk Lingkungan

Mangrove Cegah Bencana

Wilayah pesisir di provinsi Aceh mempunyai panjang garis pantai 1.660 km,dengan luas wilayah perairan laut seluas 295.370 km terdiri dari laut wilayah (perairan teritorial dan perairan kepulauan) 56.563 km dan zona ekonomi eksklusif (ZEE) 238.807 km. Terbayang begitu luasnya wilayah pesisir Aceh. Sebuah wilayah yang mengandung potensi begitu banyak keanekaragaman hayati.

Selain kekayaan, pesisir juga mempunyai fungsi yang penting dalam mencegah resiko kebencanaan. Misalnya fungsi hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan sebuah sebutan untuk sekelompok tanaman yang biasa hidup di lahan basah kawasan pesisir. Bisa saja hutan tersebut terdiri dari tanaman bakau, pandan, nipah dan sebagainya.

Selain tanaman, hutan mangrove juga menjadi habitat berbagai hewan antara lain udang, kepiting, burung, ular, ikan, monyet, biawak dan sebagainya. Keaneka ragaman hayati ini menjadi sumber kehidupan baik bagi manusia maupun hewan-hewan itu sendiri. Namun sayangnya manusia mengeksploitasi hutan mangrove dengan sangat rakus.

Hutan mangrove sebenarnya juga menjadi benteng alam yang tangguh bagi daratan dari hempasan ombak kejam pantai. Hempasan ombak secara alami menyeret tanah pantai ke arah laut sehingga terjadi abrasi. Jadi bisa dibayangkan jika hutan mangrove berkurang atau hilang, maka laju kecepatan abrasi menjadi sangat cepat, jauh lebih cepat daripada yang bisa ditanggulangi oleh manusia sendiri.

Persoalan abrasi pantai sesungguhnya merupakan fenomena alam yang setiap tahun terjadi di berbagai daerah pesisir, terlebih pada musim pasang purnama tingkat pengikisan pantai biasanya terjadi secara besar besaran, bahkan bila masyarakat tidak waspada biasanya akan dapat mengancam harta benda dan jiwa. Ini menjadi alasan kuat betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove. Bukan sekedar bagi hutan itu sendiri (an sich) namun juga bagi manusia sekitarnya.

Selain hutan mangrove, hutan rawa juga sangat berperan dalam mencegah atau mengurangi dampak bencana. Salah satu hutan rawa yang terancam musnah adalah hutan rawa Tripa. Rawa Tripa adalah satu dari tiga rawa gambut di Aceh – dua lagi adalah Rawa Singkil dan Rawa Kluet. Hamparan gambut berkedalaman lebih dari 10 meter ini terbentang sekira 63.228 hektare dan berada di dua kabupaten yaitu Nagan Raya dan Aceh Barat Daya.

Hutan rawa ini sedang mengalami ancaman kerusakan akibat ulah kejam manusia yang ingin merubah lahan menjadi berbagai perkebunan. Manusia yang hanya memikirkan kepentingan materil semata dalam waktu sesaat tanpa mempertimbangkan betapa pentingnya hutan rawa tersebut. Sebuah studi menyebutkan populasi orangutan yang hidup di rawa Tripa telah berkurang 80 persen. Ini artinya, sebuah rantai ekosistem telah terputus, yang mengakibatkan rantai-rantai ekosistem lainnya terancam. Saatnya bertindak.[m.nizar abdurrani]

 

read more
Ragam

Pusat Riset Tsunami Aceh Adakan Pelatihan Internasional Bencana

Tsunami Disaster and Mitigation Research Center (TDMRC) yang didirikan pada tahun 2006, mendapat kepercayaan menjadi Pusat Unggulan (Center of Excellence) dari Kerjasama Negara Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) di bidang Disaster Risk Management (DRM) oleh empat pilar nasional (Bappenas, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan,  dan Setneg).

Pada tahun 2013 ini, TDMRC mendapat amanah untuk melakukan pelatihan “Training Course on Disaster Risk Management to Promote The Indonesian South-South and Triangular Cooperation”. Demikian disampaikan oleh Ketua Pelaksana, Dr. Ella Meilianda, ST, MT dalam rilisnya kepada media, Minggu (27/10/2013).

Pelatihan bertaraf internasional ini dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober – 2 November 2013 di Banda Aceh. Turut hadir dan membuka acara dalam Acara Pembukaan di Hotel Hermes Palace, pada Minggu malam tanggal 27 Oktober 2013 adalah Direktur Kerjasama Pembangunan Internasional, KPI – Bappenas, Ir. Tubagus Ahmad Choesni, MA, M. Phil, Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., Pembantu Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Darusman dan Walikota Banda Aceh Ir. Mawardy Nurdin.

Pada hari pertama pelatihan, yaitu hari Senin tanggal 28 Oktober, akan dilakukan workshop pemaparan teknis dengan berbagai topik yang berkaitan dengan program nasional pengurangan risiko bencana oleh Direktur KPI Bappenas, Ir. Tubagus Ahmad Choesni, MA, M. Phil, Wakil Walikota Banda Aceh, yang diwakili oleh Ketua Bappeda, Ir. Bahagia, Wakil Ketua TDMRC, Dr. Eng Syamsidik, M.Eng, dan Staff Ahli TDMRC, Dr. Nasaruddin Syafie.

Materi pelatihan pada hari-hari selanjutnya meliputi pelatihan GIS dan Remote Sensing untuk berbagai macam aplikasi analisa manajemen risiko bencana, terutama Bencana Tsunami. Instruktur yang melakukan pelatihan adalah staff ahli dari TDMRC sendiri, Dr. Ella Meilianda, ST, MT dan Dedy Alfian, ST, Dipl. GH, M.Sc.

Kegiatan ini diharapkan memberikan kontribusi Indonesia terhadap Negara berkembang lain dalam rangka kerjasama Selatan-Selatan yang merupakan kebijakan nasional sebagaimana telah tercantum dalam RPJMN 2010-2014 tentang Politik Luar Negeri.

Komite kepanitian nasional bekerjasama dengan panitia lokal yang diketuai oleh Dr. Ir. M. Dirhamsyah, MT, sehingga mampu mendatangkan total 13 peserta yang datang dari berbagai negara berkembang.

Sebagian besar peserta dibiayai oleh Deputy Pendanaan Pembangunan BAPPENAS, yang terdiri dari 2 orang dari Timor Leste, 2 orang dari Maladewa, 1 orang dari negara Sri Lanka, 2 orang dari Papua Nugini dan 2 orang dari Fiji. Dalam juga didukung oleh Islamic Development Bank(IDB) melalui pendanaan untuk pengiriman para peserta dari negara anggota IDB dan untuk mengundang narasumber internasional dari Inter-Islamic Network for Space Sciences and Technology (ISNET) Pakistan.[rel]

read more
Kebijakan Lingkungan

Pemerintah Bantu Perusahaan Serobot Lahan Rakyat (1)

Seorang peneliti dari Thailand, Ruayrin Pedsalabkaew, mempublikasikan hasil risetnya tentang penyerobotan lahan oleh perkebunan kelapa sawit di Aceh, dampaknya terhadap ekosistem dan hak masyarakat setempat. Penelitian telah dilaksanakan selama setahun di Aceh, terutama di kawasan Rawa Tripa, Nagan Raya. Pembukaan kebun sawit oleh investor asing telah menyebabkan rakyat kehilangan mata pencarian dan kerusakan ekosistem, demikian kesimpulan penelitiannya.

Ruayrin Pedsalabkaew, yang merupakan fellow pada Asian Public Intellectual (API), mengatakan penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak bisnis kelapa sawit di Aceh terhadap masyarakat dan pemanfaatan sumber daya alam disekitarnya. Penelitian dilakukan antara lain mengumpulkan data, observasi lapangan, wawancara tokoh kunci. Hasil penelitian berbentuk artikel dipublikasikan di website.

Temuan utama penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah Indonesia merupakan faktor kunci luasnya penyebaran pembukaan perkebunan kelapa sawit. Pemerintah Indonesia mempunyai target menjadi produsen minyak kelapa sawit terbesar, ini terlihat dalam rencana strategis pengelolaan hutan nasional yang terbuka bagi investor lokal maupun internasional.

Seiring meningkatnya konsumsi minyak sawit dan industri minyak mentah mengakibatkan lingkungan dan ekologi setempat rusak secara dramatis, hutan yang subur hancur. Terjadi perampasan terhadap hak milik dan struktur ekonomi masyarakat setempat.

Masyarakat setempat bergerak memperjuangkan haknya melalui kampanye, protes, termasuk melalui proses peradilan. Sayangnya, hak-hak warga Negara tidak terlindungi akibat dari lemahnya aturan hukum. Gerakan masyarakat ini didukung oleh lembaga swadaya masyarakat.

Propinsi Aceh kaya akan sumber daya alam hutan dan tanah yang sering memicu lahirnya konflik dan kekerasan untuk perebutan penguasaannya. Pemerintah setempat mempunyai kewenangan untuk mengelola sumber daya alam. Kondisi ini mendorong investasi besar baik investor lokal maupun internasional di sektor perkebunan di Aceh.

Ketika perusahaan besar berinvestasi dan mengelola lahan-lahan tersebut, masyarakat setempat mengalami berbagai kesulitan untuk mengakses lahan milik mereka. Bahkan ada masyarakat yang dipaksa pindah dari tanah mereka. Dulunya, masyarakat memiliki akses untuk mengelola tanah mereka sendiri melalui mekanisme yang diatur dalam hukum adat.

Berdasarkan hukum adat, hak milik tanah diwariskan secara turun temurun. Sepuluh tahun kemudian, perubahan demi perubahan yang berbenturan dengan hukum adat terjadi dan menimbulkan dampak hampir di segala lapisan masyarakat Aceh. Tanah telah diserobot sehingga menyebabkan sumber mata pencaharian hilang dan budaya berubah. Disisi lain, pemerintah telah mengabaikan hak-hak, keamanan dan kesejahteraan masyarakat, dan mengakibatkan gerakan perlawanan dari masyarakat. Hasilnya, kekerasan dan kerusakan terjadi selama masa sengketa lahan tersebut.

Perubahan yang terjadi di Aceh sama dengan perubahan yang terjadi di belahan dunia yang lain sebagai akibat dari invasi kapitalisme yang difasilitasi oleh pemerintah. Secara teori, pondasi inti ideologi kapitalisme adalah pertumbuhan statistik ekonomi. Investor menggalang kerjasama yang berkelanjutan dengan pemerintah, menggunakan kekuasaan struktural dalam rangka mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari sumber daya alam. Kekuasaan dan wewenang pemerintah inilah yang digunakan untuk melanggar hak-hak dasar masyarakat setempat.

Penelitian ini memiliki tiga tujuan yang signifikan. Pertama, melakukan investigasi terhadap dampak penggunaan tanah masyarakat. Kedua, mempelajari dampak rencana strategis pemerintah Aceh. Ketiga, mendistribusikan pembelajaran dan informasi kepada sesama peserta Asian Public Intelectual. Hasil akhirnya diharapkan dapat memberikan pembelajaran dan menjadi awal kerjasama jejaring masyarakat lokal yang terkena dampak penyerobotan lahan di Propinsi Selatan Thailand dan Propinsi Aceh, Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metodologi studi lapangan ke daerah penelitian selama dua bulan pertama, di Propinsi Aceh. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari tentang tradisi dan cara hidup masyarakat setempat, sehingga pengumpulan data dan wawancara yang akan dilakukan akan lebih mudah.

Pengumpulan data dilakukan melalui proses dokumentasi, wawancara dengan lembaga terkait dan masyarakat yang terkena dampak dari konflik dengan perkebunan. Kemudian, langkah kedua adalah mengumpulkan data dan informasi dari media cetak dan elektronik. Kemudian, semua data tersebut dianalisis, sintesis dan dituliskan dalam bentuk artikel berita.

Langkah terakhir adalah mempublikasikannya di website www.prachatai.com, sepuluh artikel akan dipublikasikan dalam dua bahasa (Bahasa Thailand dan Bahasa Inggris). Kemudian, artikel tersebut akan dipublikasi dalam versi bahasa Indonesia di website http://theglobejournal.com dan greenjournalist.net serta versi bahasa Aceh dipublikasikan di
http://acehclimatechange.org.

Kemudian, setelah semua artikel dipublikasikan maka akan didokumentasikan dalam bentuk buku saku yang akan didistribusikan sebagai media berbagi pengetahuan dan pembelajaran. Seluruh proses akan dilakukan selama dua belas bulan.

Sekarang penggunaan minyak kelapa sawit telah menjadi sumber bahan makanan dan juga menjadi sumber energi terbarukan. Misalnya penggunaan kelapa sawit di Thailand mencapai 42 persen untuk minyak, industri makanan 17 persen, biodiesel 28 persen, industri sabun7 persen dan lain-lain 6 persen.

Perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara merupakan yang terbesar di dunia. Area terbesar terletak di Indonesia dengan produksi 51,7 persen pada tahun 2012, Malaysia 35,4persen, Thailand memiliki lahan terluas ketiga sebanyak 3,3 persen, Kolumbia 1,7 persen, Nigeria 1,6 persen, dan Negara lainnya 6,4 persen. Indonesia bersama Malaysia memiliki keuntungan tersendiri karena memiliki sumber lahan yang luas membuat investor membuka perkebunan yang luas di kawasan dua Negara tersebut, sedangkan di Thailand hanya perkebunan berskala kecil.

Saat ini, ada tujuh kelompok investor besar asing yang membuka perkebunan sawit di Indonesia:
1. Investor Malaysia. Perusahaan bernama Gutrhrie Berhad. Perkebunannya di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan juga Aceh. Luasnya 220,204 hektar. Perusahaan Kulim Berhad, mengelola perkebunan di Sumatera dan Kalimantan dengan luas perkebunan 92,263 hektar. Perusahaan Golden Hope Berhad, luas perkebunannya 96.000 hektar. Perusahaan Kuala Lampur Kepong Berhad di Riau dan Kalimantan seluas 91,170 hektar.
2. Investor Singapura, perusahaan Wimar Holding yang mengelola 198.282 hektar di Sumatera dan Kalimantan.
3. Investor Inggris, perusahaannya bernama Rea Holding. Perkebunannya ada di Kalimantan dengan luas 66.136 hektar. Ada juga perusahaan MP Evans Group, lokasi perkebunannya di Propinsi Sumatera Utara dan Aceh dengan luas 47.290 hektare. Terakhir adalah perusahaan Anglo Easter yang mengelola lahan seluas 37.502 hektar di Sumatera.
4. Investor Belgia, perusahaannya bernama SA Slpef NV yang mengelola lahan seluas 65.993 hektar di Propinsi Aceh dan daerah Sumatera lainnya.
5. Luxembourg, perusahaan Socfianisa Luxemburg SA mengelola lahan seluas 44.992 hektar di Sumatera Utara.
6. Perusahaan Srilanka, Carson Cumberbatch & Co.Ltd mengelola lahan seluas 27.500 hektar di Kalimantan.
Di propinsi Aceh sendiri ada 51 perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa sawit, lokal maupun multinasional.

Khusus di Kabupaten Aceh Singkil, ada tujuh perkebunan kelapa sawit sebagai berikut; pertama, Perusahaan Socfindo yang mempunyai izin konsesi lahan di Kecamatan Gunung Meriah hingga 4.414,18 hektar, yang telah ditanami kelapa sawit sejumlah 4.210 hektar. Kedua, Perusahaan Lemban Bakit juga mempunyai izin konsesi lahan di Kecamatan Singkil Utara hingga 6.570 hektar. Total area yang telah ditanami kelapa sawit sejumlah 5.923 hektar. Ketiga, Perusahaan Delima Makmur memiliki izin konsesi lahan di Kecamatan Danau Paris hingga 12.173,47 hektar dan yang telah ditanami kelapa sawit sejumlah 8.969 hektar.

Ke empat, Perusahaan Ubertraco mempunyai izin konsesi lahan di Kecamatan Kota Baharu hingga 13.924,68 hektar, dan yang telah ditanami kelapa sawit sejumlah 5.869 hektar. Kelima, Perusahaan Lestari Tunggal Pratama mempunyai izin membuka lahan perkebunan di Kecamatan Danau Paris hingga 1.861 hektar, dan telah ditanami kelapa sawit sejumlah 1.200 hektar. Ke enam, Perusahaan Telaga Zam-zam memiliki izin konsesi lahan di Kecamatan Gunung Meriah hingga 100,05 hektar dan seluruhnya telah ditanami kelapa sawit. Ketujuh, Perusahaan Jaya Bahni Utama memiliki izin konsesi lahan di Kecamatan Danau Paris hingga 1.800 hektar dan seluruhnya telah ditanami kelapa sawit.

Rekomendasi utama hasil penelitian adalah advokasi untuk perubahan, mendorong lahirnya kesejahteraan masyarakat, adanya keseimbangan kebijakan publik sebagai bagian dari perlindungan terhadap lingkungan dan pertumbuhan ekonomi. (bersambung)

 

Penulis, Ruayrin Pedsalabkaew, fellow pada Asian Public Intellectual (API), Reporter Deep South Watch yang telah melakukan penelitian tentang isu-isu perampasan lahan oleh perusahaan multinasional di Aceh: Dampaknya terhadap Hak Asasi Manusia dan Kearifan Lokal. Pendapat penulis tidak menggambarkan pandangan API Fellowships Program, The Nippon Foundation, the Coordinating Institution, dan/atau lembaga partner.

 

read more
Ragam

Penjaringan Bakal Calon Direktur Walhi Aceh Diperpanjang

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh memperpanjang masa pendaftaran bakal calon Direktur WALHI Aceh baru untuk periode empat tahun ke depan. Penjaringan akan diperpanjang hingga tanggal 29 Oktober 2013 dan pemilihan direktur akan dilakukan pada tanggal 1-2 November 2013 dalam acara Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup – Luar Biasa (PDLH-LB) bertempat di Hotel Jeumpa Banda Aceh.

Ketua Panitia PDLH-LB, Twk Emir Achyar mengatakan bakal calon direktur ini harus memenuhi kriteria antara lain aktif dalam advokasi lingkungan selama tiga tahun terakhir di Aceh, pendidikan akademik sekurang-kurangnya sarjana (S-1).

Selain itu Direktur WALHI ke depan harus bersedia bekerja penuh waktu dan tidak rangkap jabatan sebagai eksekutif di tempat lain dan mempunyai pengalaman memimpin organisasi minimal selama 3 tahun.

“Ini untuk menjamin direktur WALHI Aceh ke depan nantinya benar-benar mendedikasikan dirinya untuk perjuangan membela lingkungan yang semakin banyak tantangannya,” kata Twk Emir.

Lebih lanjut ia mengatakan pada dasarnya setiap orang berhak mencalon diri asal memenuhi kriteria di atas namun demikian sebagai kekhususan, WALHI Aceh mengharuskan bakal calon melampirkan rekomendasi dari minimal dua lembaga anggota WALHI Aceh.

Saat ini pembangunan di Aceh berlangsung dengan pesat yang semuanya memanfaatkan sumber daya alam yang besar. Pemakaian sumber daya alam ini cenderung merusak lingkungan sekitar dan menghancurkan sumber-sumber pendukung kehidupan masyarakat.

Inilah yang menjadi tantangan bagi direktur WALHI Aceh ke depan, bagaimana bisa mengawasi pemanfaatan sumber daya alam agar lingkungan tetap terjaga.

Selain memilih direktur baru, PDLH-LB juga akan memilih lima orang sebagai anggota Dewan Daerah yang berfungsi mengawasi jalannya organisasi WALHI Aceh. Sebelum hari H, pada tanggal 1 November 2013 akan diselenggarakan seminar tentang lingkungan.

Sudah menjadi tradisi di WALHI Aceh selalu setiap acara pertemuan besar digandeng dengan acara seminar lingkungan untuk menambah wawasan dan berbagi pengalaman [m.nizar abdurrani].

read more
Ragam

Banjir Landa Perkampungan Sekitar Exxon Aceh

Empat kecamatan di Aceh Utara yaitu Tanah Luas, Matangkuli, Pirak Timu dan Paya Bakong kembali dilanda bencana banjir akibat banjir kiriman dari kabupaten tetangga, Bener Meriah. Kabupaten ini terletak berbatasan dengan kecamatan-kecamatan tersebut dan letaknya lebih tinggi karena di daerah pegunungan.

Hari pertama saat air mulai naik, pagi itu Jum’at 258 Oktober 2013 sekitar pukul 08.00 WIB warga gampong Rayeuk Kuta kecamatan Tanah Luas terlihat tidak begitu cemas. Hal ini dikarenakan warga telah terbiasa dengan banjir musiman saat hujan tiba.

150 rumah mulai direndam banjir ketika waktu mulai menunjukkan pukul 09.00 WIB. Warga kesulitan mengevakuasi barang-barangnya yang berada didalam rumah akibat air begitu cepat naik dan meninggi di pemukiman.

Lokasi desa Rayeuk Kuta yang langsung berbatasan dengan komplek kilang Migas ExxonMobil Cluster III. Bahkan sebagian Cluster III masuk dalam wilayah desa tersebut. Foto Google Earth | The Globe JournalLokasi desa Rayeuk Kuta yang langsung berbatasan dengan komplek kilang Migas ExxonMobil Cluster III. Bahkan sebagian Cluster III masuk dalam wilayah desa tersebut.

Tergopoh-gopoh, warga desa Rayeuk Kuta tersebut memilih untuk mencari lokasi yang lebih aman. Kebanyakan dari mereka memilih jalan ExxonMobil untuk menyelamatkan diri.

Dari sudut keramaian yang disesaki korban banjir dan warga yang ingin menyaksikan tersebut, seorang ibu menangis histeris. Seakan dirinya tidak bisa menerima musibah yang sedang menimpa dirinya serta warga desanya.

Namanya Nurasiah, umurnya masih 45 tahun. Dirinya menjadi perhatian warga saat menangis dalam keramaian.

Tangisan Nurasiah berupa kesedihan ketika musibah menimpa dirinya beserta warga lain di empat kecamatan tersebut. Bagi Nurasiah, penduduk Rayeuk Kuta ini, air matanya bercucuran dikarenakan harta benda miliknya tak sempat diselamatkan.

Sambil memandang ke arah rumahnya yang sepelemparan batu dari jalan ExxonMobil tersebut. Sambil tersedu-sedu Nurasiah memanjatkan do’a.

“Ya Allah, berkat do’a anak-anak yatim jangan sampai air naik lagi, cukup segini saja,” mohon Nurasiah kepada Sang Pencipta. Ketika dihampiri warga ia berkata, “Padi saya di dalam rumah sudah direndam air”. Nurasiah meratapi padinya yang baru dipanen semuanya telah direndam dan terbawa banjir.

Dirinya mengakui susahnya mencari nafkah, sebagai seorang petani. Padahal kediaman warga yang dilanda banjir tersebut berada dipunggung perusahaan raksasa minyak dan gas ExxonMobil.

Pun berada dipunggung ExxonMobil, namun desa ini tidak menjadi perhatian perusahaan tersebut. Pasalnya, menurut Bahtiar (37) yang merupakan Kaur Pemerintahan di desa tersebut, banjir naik akibat saluran milik ExxonMobil yang menghubung ke desa Rayeuk Kuta sudah rusak.

“Saluran atau gorong-gorong milik ExxonMobil sejak tahun 80-an sampai sekarang belum pernah diperbaiki. Setiap banjir makin parah karena saluran tidak bagus,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan M. Husen (44) Kepala Desa Rayeuk Kuta. Menurutnya usulan perbaikan kerap disampaikan kepada pihak ExxonMobil, namun hingga saat ini belum juga ditindaklanjuti.

Sumber: theglobejournal.com

read more
1 2 3 4 5 16
Page 3 of 16