close
Green Style

Nestlé Penuhi Target Deforestasi 77 Persen Lewat Citra Satelit

Ilustrasi | Foto: google

Banda Aceh – Perusahaan raksasa Nestlé diberitakan mencapai 77% dari tujuannya untuk mencapai nol deforestasi dalam rantai pasokan komoditas pertaniannya, menurut rilis. Pada 2010, perusahaan membuat komitmen tidak ada deforestasi pada tahun 2020.

Perusahaan Swiss ini mengembangkan aplikasi Starling, sebuah aplikasi yang menggunakan citra satelit untuk mengidentifikasi area yang berisiko deforestasi, dan merekasekarang menggunakannya untuk memantau seluruh rantai pasokan minyak sawitnya. Perusahaan berencana untuk memperluas layanan untuk memeriksa deforestasi pada industri pulp dan kertas, serta kedelai pada 2019 ini. Nestlé juga menerbitkan Dashboard Transparansi yang menggunakan data Starling untuk menunjukkan informasi tentang tren deforestasi.

Nestlé juga meminta produsen lain mengadopsi layanan pemantauan satelit untuk meningkatkan transparansi dalam rantai pasokan mereka sendiri. Bastien Sachet, CEO Earthworm Foundation, mengatakan dalam rilisnya bahwa informasi yang lebih tersedia secara publik tentang deforestasi dan rantai pasokan “akan memungkinkan konsumen dan investor untuk benar-benar melihat perusahaan mana yang benar-benar menjalankan komitmennya.”

Citra Satelit dan Deforestasi
Citra satelit telah memberikan wajah baru bagi usaha deforestasi. Pada 2017, The New York Times menggunakannya untuk menunjukkan bagaimana deforestasi menyebar di hutan hujan Amazon, dan menghubungkannya dengan pemasok kedelai yang menyuplai Cargill. Perusahaan sekarang berusaha untuk mengatasi masalah serupa, dan Nestlé menggunakan kemampuan teknologi ini untuk menunjukkan komitmennya kepada konsumen.

Deforestasi adalah isu hangat karena perubahan iklim mengubah lanskap di seluruh dunia dan mempengaruhi produksi pertanian dari berbagai kawasan. Produksi minyak sawit – fokus utama Nestlé dengan teknologi ini – telah diidentifikasi sebagai kontributor utama perubahan iklim dan pendorong utama hilangnya keanekaragaman hayati. Menurut Rainforest Action Network, minyak kelapa sawit adalah minyak nabati yang paling banyak digunakan di dunia, dan salah satu bahan paling umum dalam produk makanan A.S.

Pencapaian 77% nol-deforestasi dalam rantai pasokannya ini muncul setelah pengumuman perusahaan Swiss pada bulan Februari, ketika Nestlé dan Unilever menjadi perusahaan makanan global pertama yang mempublikasikan seluruh rantai pasokan minyak sawit mereka untuk konsumen. Transparansi dan keterlacakan seperti ini, sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Pelaporan tentang Minyak sawit 2017, sangat penting untuk menghentikan deforestasi. Namun, kurang dari 1% perusahaan memiliki komitmen keterlacakan yang mencakup komoditas terbesar yang didampakkan, menurut data Ceres.

Dengan membuat rantai pasokannya menjadi dokumen yang terbuka, Nestlé menampilkan keunggulan kompetitif baik dengan investor maupun pelanggan. Investor, yang khawatir bahwa risiko iklim dan deforestasi dapat membahayakan perusahaan tempat mereka menaruh uang, baru-baru ini mengirim surat kepada mereka yang terlibat dalam perdagangan kedelai, meminta mereka untuk menghentikan deforestasi di seluruh rantai pasokan. Memiliki citra satelit yang dapat melacak area yang rentan terhadap deforestasi dan memverifikasi kepatuhan perusahaan dengan tujuan nol deforestasi adalah sangat berharga.

Konsumen bersedia membayar lebih untuk produk yang memenuhi standar tersebut. Bahkan mereka yang tidak begitu peduli dengan keberlanjutan sekarang dapat mengubah pendapat mereka jika biaya produk meroket karena berkurangnya pasokan yang dipengaruhi oleh perubahan iklim.

Namun, teka-teki deforestasi lebih besar daripada yang bisa ditangani Nestlé sendiri. Kolaborasi antara petani, pemasok, produsen dan konsumen akan menjadi kunci jika deforestasi akan diberantas sepenuhnya. Jika janji ini membantu perusahaan mendapatkan konsumen yang loyal, transparansi Nestlé dapat menjadi tekanan bagi lebih banyak perusahaan untuk melakukan hal yang sama.[]

Sumber: www.fooddive.com

Tags : nestle

Leave a Response