close
Wisata air Brayeung | Foto: M. Nizar Abdurrani

Dimana tempatnya bisa mandi, sambil berperahu, dikelilingi pohon duren terus kalau lapar bisa makan gorengan? Kalau Anda berada di Aceh maka salah satu pilihan yang tepat adalah irigasi Brayeung Leupung Aceh Besar, berjarak sekitar satu jam berkendaraan dari Banda Aceh. Tempatnya tidak sulit dijangkau, sudah ada jalan aspal untuk mencapainya walaupun ketika 20 menit menjelang lokasi pengunjung harus bersiap-siap untuk merasakan “rodeo” akibat jalan yang belum beraspal.

Semenjak dua tahun belakangan ini Brayeung menjadi primadona baru tujuan wisata bagi penduduk Banda Aceh dan sekitarnya. Jika sebelumnya warga sudah terbiasa dengan wisata pantai atau air terjun kini wisata irigasi menjadi pilihan utama. Selain tempatnya sejuk dan rimbun, tempat pemandiannya juga relatif aman, tidak dalam. Bahkan di pinggirannya bisa berdiri anak usia tujuh tahun. Mau berperahu pun enak, tinggal sewa perahu karet yang tarifnya Rp.20 ribu/jam. Mau lebih murah juga bisa, tunggu saja menjelang jam enam sore, ketika pengunjung sudah sepi dan tempat juga mau ditutup. Anda bisa puas berperahu tanpa takut disemprit pluit petugas yang mengingatkan waktu telah habis.

Pemandangan menjelang sampai di lokasi sangat memanjakan mata. Di kiri-kana jalan tampak sawah, bukit yang rimbun serta barisan pohon durian yang bisa meneteskan air liur jika musim durian tiba. Jalanan memang tidak terlalu lebar, hanya pas untuk dua mobil, dimana salah satu mobil harus berhenti sejenak jika berpapasan dengan mobil lain.

Bagaimana dengan biaya yang harus disiapkan? Beberapa orang mengeluhkan tentang biaya di tempat wisata lokal yang tidak jelas. Pengelola atau yang pura-pura menjadi pengelola selalu saja mengutip uang kepada pengunjung tanpa perhitungan yang jelas. Umumnya para pria yang berdiri di gerbang masuk selalu saja mengutip uang Rp.10 ribu kepada mobil pengunjung. Tanpa tiket masuk dan hitungan yang jelas. Namun di Brayeung saat penulis mengunjungi kemarin, perhitungan tiket pengunjung sudah fair. Tiap pengunjung dewasa dikenakan tiket masuk Rp.3000, anak-anak bebas tiket.

Pada sebuah tikungan sempit sudah berdiri beberapa anak muda yang mengatur keluar masuk mobil. Lumayan juga pelayanan yang diberikan. Tidak cuma pandai mengutip uang masuk tapi juga sudah mulai profesional dalam mengatur pengunjung. Tapi sayangnya pengaturan yang sudah baik itu diperburuk dengan kutipan uang parkir yang mencapai Rp.10 ribu! Ntah untuk apa kutipan parkir itu, sebab tanpa disertai tanda bukti pembayaran dan layanan apapun. Tapi sudahlah, mari kita nikmati kesejukan air irigasi Brayeung saja.

Memasuki lokasi pemandian, mulai tampak keramaian para pengunjung. Lazimnya tempat wisata lokal, disepanjang jalan masuk dipenuhi oleh penjual makanan ringan. Mereka menjual berbagai makanan yang berbeda tapi ada satu yang sama. Setiap lapak menyediakan goreng-gorengan seperti pisang goreng, tahu goreng, risol dan lain-lain. Penjual memanfaatkan selera manusia yang suka akan makanan panas setelah berdingin-dingin ria.

Mata kembali dimanjakan oleh hamparan kolam irigasi Brayeung tersebut. Kolam yang kira-kira seluas lapangan sepakbola mempunyai hulu di kaki gunung yang rimbun. Pemandangan masih tampak asri. Di beberapa tempat tampak dinding tembok irigasi yang roboh, mungkin suatu waktu pernah dihantam banjir bandang. Jenis banjir ini memang sangat sering melanda kawasan pegunungan. Ramai pengunjung, terutama anak-anak muda yang mandi di kolam tersebut. Anak-anak juga tak ketinggalan mandi di kolam berair sejuk, umumnya mandi disisi pinggir kolam yang memang dangkal, sekitar setengah meter. Jika ingin berenang yang puas silahkan melompat ke tengah kolam yang lebih dalam. Beberapa anak muda menampilkan atraksi lompat jumpalitan dari sebatang pohon yang berada dipinggir kolam.

Indah dan nyaman memang menikmati pemandian Brayeun Leupung ini. Apalagi jika pengelola mampu menjaga kerapian dan kebersihan lokasi. Sebuah masalah klasik tempat wisata yang nyaris terdapat disemua tempat. Apalagi lahan parkir yang sempit, jalan yang belum beraspal menjelang lokasi, jangan sampai hambatan-hambatan ini membuat orang enggan berwisata. Bayangkan saja, mandi di kolam berair yang sejuk dikelilingi pohon duren, amboi enaknya…[m.nizar abdurrani]

Tags : airbrayeungwisata

Leave a Response