close
Hutan

Mengapa Lebih Banyak Kebakaran Hutan di Indonesia Tahun Ini?

Petugas pemadam kebakaran Indonesia berjuang memadamkan api di hutan lahan gambut di Ogan Ilir, Sumatra Selatan | Foto : AFP / Abdul Qodir

Direktur Jendral perubahan iklim KLHK, Ruandha Agung Sugardiman, mengatakan lebih banyak titik api terdeteksi baru-baru ini di seluruh negeri karena El Nino yang lemah yang diperkirakan telah terjadi sejak Juni.

El Niño adalah pola iklim yang terkait dengan pemanasan air di daerah tengah dan timur Samudera Pasifik khatulistiwa. Fenomena cuaca seperti itu diketahui memicu perpanjangan musim kemarau di Indonesia, yang dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan.

“Meskipun fenomena lemah, itu telah memicu berhari-hari tanpa hujan. Beberapa daerah belum terjadi hujan selama lebih dari 100 hari, ”kata Ruandha.

BMKG meramalkan bahwa musim hujan tidak akan mulai sampai Oktober. Musim kering yang berkepanjangan, tambahnya, adalah hasil dari “anomali negatif dari suhu permukaan laut negara itu.” Wakil kepala meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo mengatakan musim kemarau telah menyebabkan tanaman menjadi lebih mudah terbakar daripada sebelumnya.

Ruandha menambahkan bahwa fenomena serupa juga berkontribusi pada peningkatan kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2018. “Rata-rata suhu harian pada tahun 2018 lebih panas daripada tahun 2017 karena El Niño yang lemah.”

Sementara ilmuwan Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) dan profesor di Institut Pertanian Bogor (IPB), Herry Purnomo, mengatakan kurangnya langkah mitigasi pemerintah dalam mencegah kebakaran hutan mungkin telah berkontribusi dalam peningkatan kebakaran.

“Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk mencegah kebakaran hutan. Namun, mereka belum dapat berbuat cukup untuk mencegah krisis lain karena kurangnya sumber daya untuk melaksanakannya,”kata Herry sebagaimana dilansir oleh The Jakarta Post, Rabu (4/08/2019).

Ruandha menepis kekhawatiran tersebut, dengan mengatakan pemerintah telah mengintensifkan langkah-langkah untuk mengurangi kebakaran hutan dan lahan dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada 2018 ketika Indonesia mengadakan Asian Games 2018.

“Dalam dua bulan terakhir, kementerian telah mengintensifkan patroli bersama dengan polisi dan personil militer di daerah-daerah yang dianggap rawan kebakaran hutan. Kami juga meningkatkan langkah-langkah untuk memadamkan api, ”katanya.

Bagaimana kebakaran hutan dan lahan tahun ini mempengaruhi Indonesia dan negara-negara lain?
Pihak berwenang mencatat bahwa kabut asap telah mempengaruhi beberapa kota besar di Indonesia, terutama di daerah rawan kebakaran hutan. Warga di Pekanbaru, Riau, terpaksa melakukan salat Idul Adha ditengah kabut tebal asap pada 11 Agustus lalu.

Pemerintah daerah Pontianak, Kalimantan Barat mempertimbangkan rencana untuk menghentikan sementara kegiatan sekolah jika kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di provinsi tersebut menjadi lebih tebal dan tidak terkendali.

Kabut asap telah mempengaruhi negara-negara tetangga. Surat kabar yang berbasis di Malaysia The Star melaporkan pada 2 Agustus bahwa kabut asap yang diklaim berasal dari kebakaran hutan di Riau telah mempengaruhi beberapa kota di Malaysia, termasuk Selangor, Kuala Lumpur dan Putrajaya. Sebelum kunjungannya ke negara itu, Presiden Joko Widodo mengatakan dia malu karena masalah kabut asap telah menjadi berita utama.

Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan kabut asap telah mencapai negara bagian Sarawak, Malaysia. Dia menambahkan bahwa krisis kabut asap tahun 2015, yang berdampak buruk pada Malaysia dan Singapura, kemungkinan akan terulang kembali jika Indonesia gagal mengatasi kebakaran hutan.

Apa yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kebakaran hutan?
BNPB telah mengerahkan 9.000 personel gabungan dari militer dan polisi ke enam wilayah yang rentan terhadap kebakaran hutan, seperti Riau, Jambi, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Mereka ditugaskan untuk mencegah praktik tebang dan bakar, yang dianggap sebagai alasan dibalik maraknya kebakaran hutan.

Badan tersebut juga telah mengerahkan 34 helikopter pembom air untuk membantu memadamkan api dari udara sambil menunggu musim hujan datang.

KLHK juga telah mengerahkan lebih dari 14.000 personel dari brigade pemadam Manggala Agni serta sukarelawan untuk memantau dan memadamkan api. KLHK juga menyiapkan beberapa sistem peringatan dini, seperti kamera keamanan dan pemantauan satelit, untuk mendeteksi lebih banyak titik panas sebelum kebakaran menyebar ke wilayah yang lebih luas.

Sumber: thejakartapost.com

Tags : BMKGkebakaran hutan

Leave a Response