close
Pejuang Lingkungan

Aktivis Penyelamat Satwa Itu Bernama Ratno Sugito

Ratno Sugito (memegang TOA) melakukan orasi dalam sebuah aksi kampanye perlindungan Orangutan | Foto: Chaideer Mahyuddin

Banda Aceh – Sapanya selalu hangat, sering membuat orang tertawa dengan sikap humornya yang kental. Itulah sisi keramahan Ratno Sugito, seorang aktivis yang telah lama berkecimpung dengan isu lingkungan sejak duduk di bangku kuliah Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Banda Aceh. Walaupun latar belakang pendidikannya berbeda dengan aktivitasnya, hal ini tidak menyurutkan niatnya menjadi aktivis lingkungan sejak semester awal kuliah.

Ratno atau Mas No, begitu ia biasa dipanggil, pria berkulit sawo matang pecinta lingkungan, lahir di Langsa 10 Juni 1981, adalah anak bungsu dari 9 bersaudara. Saat ini ia menetap di Kota Banda Aceh bersama keluarga kecilnya.

Bagi Ratno permasalahan lingkungan menjadi menarik karena kompleks dan menjadi perhatian dunia. Dalam kerja-kerja lapanganya Ratno selalu berhubungan langsung dengan konsekwensi hukum serta memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi.

Misalnya advokasi perburuan satwa liar, advokasi yang dilakukan bersama pihak lain dan sangat menjunjung tinggi nilai asas praduga tak bersalah, “Intinya itu, kegiatan tersebut merupakan bagian yang tingkat resikonya paling tinggi. Dimana jika kita salah menjawab, salah mengklarifikasi dan mengidentifikasi maka kaitannya langsung ke ranah hukum,” kata Ratno kepada Greenjournalist di Banda Aceh, Kamis (22/03/2019).

“ (Saya) Jatuh cinta terhadap kegiatan lingkungan itu dari saya masih kuliah, dan saya melakukan kegiatan kolaborasi aksi mahasiswa, kampanye terbuka melibatkan massa yang banyak,” ujarnya.

Kecintaannya pada lingkungan terlihat dari eksistensinya dalam berbagai kegiatan-kegiatan. Seperti bekerja di lembaga yang menaungi khusus perlindungan satwa liar (animal trading). Ratno lebih fokus kepada perlindungan satwa liar serta upaya penyelamatan satwa dari lokasi rawan bencana. Seperti upaya penyelamatan satwa domestik dan satwa peliharaan warga yang terancam bencana sebagaimana yang pernah dia lakukan pada bencana alam gunung Sinabung Sumatera Utara beberapa tahun lalu.

“Ada beberapa kasus kami bergerak langsung bersama tim dan berhasil mengungkap kasus tersebut. Tak hanya sampai disitu kami juga telah membawa tersangka sampai ke meja hijau,” jelas Ratno.

Dirinya dengan Koalisi Advokasi Laut Aceh (KuALA) dalam divisi kampanye bersama relawan Sahabat Laut mengajak masyarakat untuk mengkampanyekan perlindungan satwa laut yang terancam punah yaitu Penyu.

Mereka juga mendorong masyarakat agar lebih peduli dan mampu mengawal isu penyelamatan Penyu secara mandiri termasuk dalam hal mencari dana. Saat ini perlindungan satwa laut Penyu sudah menjadi bola panas yang berdampak positif untuk perlindungan satwa liar di Aceh.

Pencapaian yang Ratno lakukan, menurutnya merupakan hasil dari proses yang panjang. Tapi apa yang sudah ia lakukan dulu menurutnya jelas sudah terlihat hasilnya kini.

“Walaupun kita tidak bisa mengklaim secara langsung itu merupakan hasil kerja kita. Akan tetapi, saya berkeyakinan apa yang kami lakukan dulu sudah ada hasil,” jelasnya.

Ratno beberapa tahun belakangan ini mencoba peruntungan baru menjadi pegawai Non PNS pada Pemerintahan Kota Banda Aceh. Namun hal ini tak lantas membuatnya meninggalkan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan isu lingkungan.

Sambil beraktivitas sebagai pegawai Non PNS, saat ini ia juga dipercaya menjadi sekretaris Forum Jurnalis Lingkungan (FJL). Ratno memfasilitasi para jurnalis untuk mengawal isu lingkungan. Ia berharap dengan merangsang sensitivitas para jurnalis lingkungan akan lebih terjaga lewat pemberitaan di media massa.

Ratno banyak membuka cakrawala berpikirnya tentang isu lingkungan dalam perbincangan dengan Greenjournalist. Ia mempunyai segudang obsesi dan optimisme semua orang agar lebih sadar dan peduli terhadap lingkungan. Ratno juga terus menuangkan ide-ide kreatifnya pada isu lingkungan.

Perjalanan Ratno sebagai aktivis lingkungan telah membuktikan naluri kecintaannya terhadap isu lingkungan. (Fat)

Tags : ian singletonRatno Sugito

Leave a Response