close
Pejuang Lingkungan

Sang ‘Profesor’ Ahli Ribuan Spesies Flora Fauna dari Ketambe

Ibrahim menguasai lebih dari seribu spesies tanaman dan ratusan spesies hewan | Foto: Mehulika Sitepu/BBC

Ditemui di stasiun penelitian Soraya di pedalaman hutan Leuser Aceh, Ibrahim yang dipanggil “Prof” oleh para ranger dan staf di stasiun itu, memang tampak seperti layaknya seorang profesor.

Berpakaian rapi, kaos lengan panjang berwarna hitam yang adalah seragam Forum Konservasi Leuser — LSM yang mengelola stasiun penelitian itu — disematkan ke dalam celana cargo-nya yang diikat dengan gesper.

Ia pun berpengetahuan luas. Semua pertanyaan seputar Leuser dapat dijawabnya. Mulut saya pun langsung menganga begitu mengetahui bahwa Ibrahim hanya seorang lulusan sekolah dasar.

“Beliau ini cukup ahli dalam mengidentifikasi satwa dan juga tumbuh-tumbuhan. Beliau cukup detail dalam memberikan petunjuk mengenai satwa tertentu atau tumbuhan tertentu,” ungkap Ridha Abdullah, seorang staf Forum Konservasi Leuser.

Ridha menambahkan, “Gelar profesor itu sebagai bentuk penghargaan kepada beliau dari mahasiswa ataupun dosen-dosen yang pernah beliau bimbing di lapangan”.

Ibrahim menguasai lebih dari seribu spesies tanaman dan ratusan spesies hewan. Berdasarkan pengamatan saya, ia memiliki ingatan fotografis. Terbukti saat kami masuk ke hutan di sekitar stasiun penelitian.

Saat dia berhenti di tengah hutan untuk mengamati sebuah burung dengan teropongnya, saya menanyakan apa yang sedang dilihatnya.

“Burung tepus gunung. Nanti di kamp bisa kita lihat gambarnya di nomor 595,” jawabnya.

Namun bukan sekali itu saja, beberapa kali saya ‘menguji keahliannya’ selama berada di dalam hutan, kadang saya menanyakan jenis pohon, kadang hewan yang lewat, bahkan kotoran hewan pun dapat diidentifikasinya.

Ibrahim mulai tertarik dengan fenologi – ilmu yang mempelajari pengaruh lingkungan sekitar terhadap organisme dan sebaliknya – sejak diajak menjadi asisten peneliti di Ketambe, Aceh pada 1986.

Sampai sekarang, ia telah meneliti perilaku banyak satwa liar, termasuk siamang, gibbon dan orangutan.

“Pertamanya saya bingung juga untuk apa diikuti binatang ini. Lama kelamaan melihat perilakunya itu jadi tertarik juga,” kisahnya.

Leuser kaya dengan hutan primer yang menjadi habitat satwa langka, namun sayangnya luasan hutan itu dengan cepat tergerus akibat alih fungsi lahan menjadi ladang warga, perkebunan sawit atau pertambangan.

Menurutnya, kerusakan yang terjadi di Leuser sangat drastis sejak ia pertama kali masuk ke hutan pada 1993.

“Orangutan itu hampir 50% hilang, akibat lahannya tergangggu, kehidupannya terancam, ada yang menangkap dan ada yang membunuh,

“Kalau harimau pada 90-an jumlahnya mencapai 500-an tapi sekarang ini sudah sangat rentan, bahkan rangkong gading itu pun sudah sulit kita mendengar suaranya pun. Jangankan melihat. Kalau dulu setiap kita pergi pinggir ladang saja pasti kedengaran suaranya. Sekarang sudah susah untuk dengar suara saja,”ujarnya

“Suara burung lainnya juga seperti murai batu, biasanya di pinggir ladang kita banyak murai baru, paginya berkicau kita dengar, sekarang sudah tak ada lagi.”

Ditanyakan mengenai apa yang bisa dilakukan untuk memperlambat kerusakan di Leuser, Ibrahim menjawab: “Kalau pemerintah bisa fokus untuk memperhatikan kesejahteraan masyarakat, bisa memberikan pekerjaan lain, dan kemudian buatlah aturan yang jelas.”

Setibanya di kamp, saya pun langsung mencari buku LIPI: seri panduan lapangan: burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan.

Dan di nomor 595 memang ada tercetak “Tepus merbah sampah”.

“Burungnya warna punggungnya coklat tua, dagunya abu-abu. Dan bagian bawahnya agak kuning pucat. Dia sukanya di semak-semak, di tempat rendahan,” menerangkan karakteristik burung yang tak tertulis di buku itu. Tampaknya gelar profesor tak resmi memang layak diberikan ke Ibrahim.

Karena bagaimanapun, ilmu bukan hanya diukur dengan secarik kertas dan waktu yang dihabiskan di institusi pendidikan.

Ibrahim pun berharap Leuser dapat dipertahankan sebagai hutan primer terbaik di Asia, yang penting bagi kemaslahatan dunia. []

Sumber: bbc.com

Tags : ketambeleuser

Leave a Response