close

banjir

Ragam

Sebagian Aceh Timur Direndam Banjir

Banjir melanda Wilayah Aceh Timur setelah hujan lebat mengguyur wilayah tersebut. Belasan kecamatan tergenang air hingga satu setengah meter. Bahkan sebuah gampong di Kecamatan Peureulak Kota yakni Gampong Tualang terisolir akibat putusnya jembatan penghubung. Diperkirakan 200 lebih warga gampong terkurung.

Berdasarkan pengamatan di lokasi bencana, akitivitas warga lainnya di 14 Kecamatan  sejak minggu hari ini (29/12/2013) terhenti total. Sejumlah ruas jalan penghubung antar Kecamatan tidak bisa dilintasi dengan kenderaan roda dua dan empat. Ribuan warga dilaporkan mulai mengungsi ke tempat yang lebih aman seperti menasah dan mesjid terdekat. Banjir kali ini juga mengakibatkan  ratusan ekor hewan ternak peliharan warga, seperti kambing, ayam, dan itik  dilaporkan hilang terseret arus banjir.

Di Kecamatan Sungai Raya, sejak pagi tadi air mulai naik ke badan jalan nasional Banda Aceh-Medan. Ketinggian air mencapai 80 centimeter lebih. Akibatnya sejumlah kenderaan pribadi roda empat dan roda dua terjebak. Pengguna jalan terpaksa berhenti dan sebagian memilih balik arah kembali.

Kabag Humas Pemkab Aceh Timur, T Amran membenarkan peristiwa banjir ini. Diakui juga sejumlah warga mulai mengungsi. Menurutnya Pemerintah Aceh Timur melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) telah menurunkan tim  evakuasi ke lokasi banjir. Sejumlah bahan makanan pokok berupa mie instan, beras, minyak goreng dan telur mulai disalurkan kepada korban.

Ditambahkannya lagi, beberapa kecamatan yang dikepung banjir hingga saat ini yakni  Kecamatan Idi Tunong, Idi Rayeuk, Nurussalam,  Idi Cut, Peureulak Timur, Peureulak Kota,  Peureulak Barat,  Banda Alam, Nurul Falah, Pante Bidari, Simpang Ulim, Sungai Raya, Semanah Jaya, Rantau Peureulak.

Hingga berita ini dilaporkan, hujan deras terus mengguyur Aceh Timur dan sekitarnya. Ketinggian air terus naik secara drastic. Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa dalam musibah banjir ini. []

Sumber: theglobejournal.com

read more
Energi

Cara Unik Hemat Energi, Pasang Tenda Dalam Kamar

Berkemah di musim dingin, tapi di dalam ruangan, apa mungkin? Ini saatnya menerapkan cara-cara sederhana menghemat pengeluaran dari tagihan pemanas selama musim dingin: menempatkan pada beberapa tenda kemping, meringkuk di bawah selimut tebal dalam kamar !

Di Korea Selatan selama musim dingin lalu, dengan penutupan enam dari 23 reaktor nuklir menyebabkan membengkaknya biaya untuk pemanas ruangan. Masyarakat Korea tidak hanya memakai sweater mereka selama musim dingin untuk menghemat uang, tetapi mereka juga mendirikan tenda – di dalam rumah mereka.

Menurut Business Insider, “pemadaman besar dan lonjakan biaya energi” dari penutupan reaktor tertutup membuat meningkatnya penjualan ritel penghangat kaki, bantalan pemanas dan panel selama bulan-bulan musim dingin, di samping jutaan rancangan khusus “tenda dalam ruangan.”

Seperti ditayangkan televisi lokal, keluarga Lee mengatakan bahwa tagihan pemanas mereka bisa dihemat setengah berkat penggunaan tenda, yang memiliki suhu interior yang nyaman 26 derajat Celcius (79 Fahrenheit). Sementara di luar tenda, di dalam kamar relatif dingin dengan 18 derajat Celcius (64,4 Fahrenheit), dan suhu luar ruangan di Seoul, misalnya, bisa turun puluhan derajat di bawahnya. Banyak orang memasang tenda dalam kamarnya dan memasangnya tepat di sebelah tempat tidur.

Ini adalah solusi unik untuk cuaca dingin yang membeku. Bagaimana menghemat biaya pemanasan tanpa membeku dan menjalankan kehidupan di dingin dengan aksi berkemah.  []

Sumber: treehugger.com

 

read more
Perubahan Iklim

Jumlah Korban Bertambah, Warga Semakin Rentan Bencana

Bencana pada tahun 2013 sampai bulan November 2013 terdapat 973 kejadian bencana. Sementara tahun 2012 mencapai 1.842 kejadian. Uniknya, jumlah korban dan kerugian harta benda akibat bencana justru mengalami peningkatan. Jumlah korban meninggal dan hilang meningkat dari 483 jiwa menjadi 690 jiwa. Jumlah penyintas yang mengungsi juga mengalami peningkatan dari 956.455 menjadi 3.168.775 jiwa. Kerusakan rumah juga mengalami peningkatan dari 54,626 menjadi 74,246.

Data ini menggambarkan tingkat kerentanan masyarakat menghadapi bencana semakin tinggi, padahal investasi anggaran untuk peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat telah mengalami peningkatan. Pada tahun anggaran 2013, alokasi anggaran untuk kebencanaan yang dikelola langsung oleh BNPB mencapai Rp 1,3 triliun. Angka ini belum memasukkan data kebencanaan yang dikelola oleh kementerian atau lembaga lain selain pemerintah.

Menurut Syamsul Ardiansyah, Kepala Divisi Advokasi, Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB), “kondisi ini menggambarkan peningkatan alokasi anggaran untuk kebencanaan, belum secara signifikan berkontribusi pada peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.

Sementara masyarakat yang berada di “garis depan” dan berhadapan langsung dengan ancaman bencana belum banyak tersentuh oleh program-program penguatan kapasitas yang dilakukan pemerintah. Harus diakui, terobosan-terobosan kebijakan, seperti “desa tangguh” masih belum berdampak pada peningkatan kapasitas masyarakat.

Selain alokasi anggaran yang belum efektif, meningkatnya kerentanan masyarakat bisa jadi disebabkan oleh semakin buruknya daya dukung sosial-ekonomi dan lingkungan masyarakat. Investasi ekonomi yang tidak memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan, khususnya di sektor perkebunan dan industri ekstraktif, telah turut memperburuk kerentanan masyarakat.

Investasi yang tidak memperhatikan keberlanjutan tidak hanya memperburuk kondisi lingkungan, melainkan juga meningkatkan kerentanan sosial dalam bentuk konflik dan kekerasan. Menurut Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), kekerasan berlatarkan sengketa agraria pada tahun 2013 telah mengakibatkan 21 jiwa tewas, 30 tertembak, 130 luka akibat penganiayaan, dan 239 warga ditahan.

Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana mencatat setidaknya terdapat lima rekomendasi umum untuk pembenahan penanggulangan bencana di Indonesia. Pertama, meningkatkan efektifitas penganggaran PB dari pemerintah. Meningkatnya jumlah korban jiwa pada tahun 2013 pada saat kejadian bencana yang justru menurun menunjukkan pentingnya mengakselerasi perbaikan kapasitas respon dari aparatur pemerintah di bidang Penanggulangan Bencana.

Kedua, di samping program Desa Tangguh yang disponsori BNPB, pemerintah sebenarnya memiliki program-program sejenis yang berorientasi pada peningkatan ketangguhan masyarakat. Hanya saja, program-program tersebut terkesan berjalan sendiri-sendiri secara sektoral dan tidak terhubung. Kohesi antar program pemerintah untuk ketangguhan masyarakat akan memberikan kontribusi signifikan dalam pengurangan kerentanan masyarakat.

Ketiga, investasi pengurangan risiko bencana hendaknya secara konkret diarahkan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di garis depan (frontline) ancaman bencana. Upaya-upaya mitigasi struktur maupun non-struktur dalam bentuk peningkatan kesiapsiagaan masyarakat di garis depan ancaman harus mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah.

Keempat, pembangunan ekonomi yang memperhatikan keberlanjutan sosial ekonomi dan lingkungan serta hak asasi manusia. Pada saat ini, sebagian wilayah di Indonesia sudah mulai menuai dampak buruk dari praktik-praktik pembangunan yang tidak memperhatikan keberlanjutan dan hak asasi manusia.

Dimasa yang akan datang, konflik yang disertai dengan kekerasan dan bencana akibat kerusakan lingkungan akan semakin mengalami peningkatan. Oleh karena itu, hal yang paling penting dilakukan sekarang adalah; pertama, melakukan audit lingkungan terhadap seluruh proyek-proyek investasi disektor perkebunan dan pertambangan.

Kedua, secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip free prior informed consent (FPIC) terhadap seluruh proyek investasi yang akan dilaksanakan di Indonesia.

Kelima, tahun 2014 adalah tahun politik. Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana (Planas PRB) mendorong agar isu kebencanaan menjadi salah-satu agenda politik nasional. Investasi pengurangan risiko bencana perlu ditingkatkan sebagai upaya untuk mengurangi kerentanan di masa yang akan datang.[rel]

read more
Sains

Peneliti Amerika Temukan Jejak Tsunami Aceh Ribuan Tahun

Ini merupakan penemuan yang mencengangkan. Ilmuan dan peneliti Amerika Serikat menemukan sebuah gua yang merekam jejak tsunami di Provinsi Aceh. Walhasil, para peneliti berkesimpulan, pernah terjadi tsunami ribuan tahun lalu di Tanah Rencong ini.

Sejarah akan mengingat hari saat Bumi berguncang hebat. Pada 26 Desember 2004, gempa bumi bawah laut berkekuatan 9,1 skala Richter mengguncang Samudera Hindia di lepas pantai Sumatera Utara, Indonesia. Lindu memicu tsunami 30 meter. Lebih dari 230.000 orang tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal.

Namun, tak ada catatan sejarah yang merekam gempa dahsyat serupa pada masa lalu. Dan baru-baru ini diketahui, justru alamlah yang menyimpan riwayat.

Ilmuwan menemukan sebuah gua di pesisir barat laut Sumatera, di Aceh, yang secara mengagumkan merekam kejadian tsunami dahsyat yang pernah terjadi di Samudera Hindia. Sejak ribuan tahun lalu.

Gua kapur yang berada dekat Banda Aceh ternyata menyimpan deposit pasir yang dielak paksa oleh gelombang raksasa — yang dipicu gempa selama ribuan tahun. Para ahli menggunakan situs itu untuk membantu menentukan frekuensi bencana — seperti peristiwa 26 Desember 2004.

Caranya, dengan melakukan pengukuran usia sedimen tsunami yang berada di dalam gua. Yang pola lapisannya mudah dilihat, di antara lapisan kotoran kelelawar.

“Pasir tsunami terlihat jelas karena dipisahkan lapisan kotoran kelelawar. Tak ada hal yang membingungkan saat penentuan lapisan,” kata ahli Dr Jessica Pilarczyk dalam pertemuan terbesar ahli geologi dunia, American Geophysical Union (AGU) Fall Meeting di San Francisco, seperti Liputan6.com kutip dari BBC, Kamis (12/12/2013).

Dr Jessica Pilarczyk adalah bagian dari tim riset yang dipimpin Prof Charles Rubin dari Earth Observatory of Singapore — sebuah institut di Nanyang Technological University Singapura.

“Sebuah kerja lapangan yang menarik. Aku tidak berbohong kepada Anda. Kelelawar menjadi sangat agresif ketika manusia mengganggu habitat mereka. Tapi dari sudut pandang geologi, gua ini memiliki stratigrafi (lapisan) yang paling menakjubkan,” tambah dia.

Kedekatan Sumatera dengan perbatasan lempeng tektonik Indo-Australia dan Sunda. Gempa dahsyat sering terjadi di sana, dan itu berarti wilayah pesisirnya berisiko diterjang gelombang.

Dengan mengetahui seberapa sering itu terjadi sangat penting untuk perencanaan dan kebijakan di wilayah terdampak.

Gua di Aceh ini berada sekitar 100 meter dari zona cipratan pasang tertinggi saat ini. Liang masuknya sedikit meninggi, itu yang mencegah air laut masuk — kecuali tsunami dan badai yang parah.

Dr Pilarczyk dan para koleganya menggali parit di dalamnya, untuk menguak sejarah tsunami yang tercatat di dalamnya.

Para ilmuwan tahu mereka sedang melihat endapan tsunami di dalam parit itu. Apalagi, mereka dapat menemukan serpihan sedimen organisme dasar laut seperti foraminifera mikroskopis .

7-8 Tsunami
Investigasi masih berlangsung, namun tim yakin, gua itu menyimpan deposit dari 7-10 tsunami. Dari sisi geometri gua, diduga tsunami-tsunami itu dipicu oleh gempa dengan kekuatan 8 skala Richter atau lebih.

Sementara, menentukan usia deposit dilakukan dengan analisis radiokarbon serpihan organisme yang ada di sana — seperti moluska dan serpihan arang. Bahkan sisa-sisa serangga dimakan oleh kelelawar juga diteliti.

Saat ini, gua dipenuhi pasir dan kotoran kelelawar. “Deposit tsunami 2004 benar-benar membanjiri gua itu,” kata Prof Charles Rubin.

Namun, gua tersebut menyimpan lapisan deposit dari 7.500 sampai 3.000 tahun lalu.

“Gua pesisir ini adalah ‘gudang’ yang unik. Yang memberi petunjuk tentang yang terjadi beberapa ribu tahun lalu, yang memungkinkan kita untuk mengetahui kapan terjadinya setiap tsunami yang terjadi selama waktu itu,” timpal Dr Pilarczyk.

Tim investigasi lainnya di sepanjang pantai Aceh baru bisa mendapat petunjuk tsunami yang terjadi dari masa 3.000 tahun lalu hingga saat ini.

Jadi apa pentingnya studi ini? Pengetahuan yang didapat dalam riset teranyar adalah tsunami-tsunami terbesar tidak terjadi dalam jeda waktu tertentu. Bisa jadi ada jeda panjang, namun ada juga peristiwa besar yang terpisah hanya beberapa dekade.

Sementara, peneliti yang lain, Prof Kerry Sieh mengatakan, ini adalah kisah tentang peringatan alam.

“Tsunami 2004 mengagetkan semua orang. Mengapa? Karena tak ada yang melihat ke belakang, mencari tahu seberapa sering peristiwa itu terjadi,” kata dia.

“Bahkan, karena orang-orang tak punya catatan sejarah bencana seperti itu terjadi, mereka pikir itu tidak mungkin. Tidak ada yang siap, tak seorang pun bahkan pernah membayangkannya,” kata Prof Kerry Sieh.

Jadi, tambah dia, alasan tim ilmuwan melihat sejarah adalah untuk mempelajari bagaimana Bumi bekerja. Untuk mencari pertanda. Sebab, sejarah bisa jadi berulang.

Sumber: liputan6.com

read more
Ragam

BPBA Tetapkan 16 Daerah di Aceh Siaga Bencana

Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menetapkan 16 kabupaten dan kota di Provinsi Aceh siaga bencana berupa banjir dan tanah longsor. Status siaga ini ditetapkan menyusul prakiraan curah hujan yang tinggi di kawasan-kawasan tersebut hingga akhir Desember 2013.

“Berdasarkan laporan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyebutkan cuaca curah hujan tinggi hingga akhir Desember 2013, sehingga kami menetapkan 16 daerah siaga bencana,” kata Kepala BPBA Jarwansyah di Banda Aceh, Selasa (10/12/2013).

Siaga bencana banjir dan tanah longsor itu, BPBA telah mengantisipasinya dengan pendirian posko selain pemantauan intensif dilapangan terhadap daerah-daerah yang telah ditetapkan siaga bencana tersebut.

Saat ini, Jarwansyah menyebutkan banjir mulai melanda sejumlah daerah di Aceh antara lain seperti di Kabupaten Aceh Timur, Bener Meriah dan Aceh Tengah.

“Sejak beberapa hari terakhir curah hujan di beberapa daerah tinggi yang berakibat banjir genangan di beberapa kabupaten dan kota di Aceh. Kita juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada banjir terutama yang bermukim di kawasan daerah aliran sungai,” katanya menambahkan.

Selain banjir, Jarwansyah juga mengimbau masyarakat mewaspadai tanah longsor terutama penduduk yang bermukim di lereng-lereng dengan struktur tanahnya yang labil seperti di wilayah tengah provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

Sumber: theglobejournal-Republika-Antara

read more
Ragam

Banjir Putuskan Jembatan di Aceh Timur

Sebuah jembatan yang menjadi penghubung di jalan lintas Sumatera, tepatnya di Gampong Kuta Lawah, Idi rayeuk, Aceh Timur putus total setelah dihantam banjir, Selasa malam (03/12/2013). Akibatnya, arus transportasi lumpuh total.

Amatan media, hingga pukul 23.00 WIB, ribuan kendaraan dari dua arah terjebak dikawasan banjir tersebut dan menimbulkan kemacetan. Menurut informasi yang berhasil dihimpun oleh media ini, jembatan tersebut ambruk dihantam banjir sekira pukul 16.00 WIB.

Jembatan yang ambruk tersebut merupakan jembatan darurat yang dibangun oleh rekanan yang sedang menyelesaikan pembangunan jembatan dikawasan itu.

“Saat pulang dari Medan ke Lhokseumawe tadi saya sempat terjebak hampir 1 jam. Karena saya seorang perempuan yang menyetir mobil dan membawa orang tua. Akhirnya warga sekitar dengan berusaha keras berhasil melewati mobil saya dari arus yang deras,” kata dr.Ainon, seorang pengendara yang terjebak banjir.

Belasan personel Aceh Timur dikerahkan ke lokasi. Mereka menjaga dan mengatur lalu lintas. Sejumlah petugas dari Pekerjaan Umum masih terus melakukan penimbunan di lokasi.

“Sampai berita ini diturunkan, jembatan tersebut masih putus dan belum bisa dilewati oleh pengguna jalan. Macet panjang terjadi hingga 8 kilometer,” Kata warga sekitar, Muhamad Ali.

Sumber: theglobejournal.com

read more
Ragam

Penggusuran Villa Puncak Positif Cegah Banjir

Pemerintah provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta berupaya mencegah banjir dengan mengupayakan beberapa langkah, diantaranya bekerja sama dengan pemerintah provinsi Jawa Barat, khususnya kabupaten Bogor untuk menggusur vila-vila ilegal di wilayah Puncak.

Dalam sepekan terakhir, Satuan Polisi Pamong Praja membongkar 41 vila di kawasan Puncak, karena tidak memiliki izin dan menyalahi aturan karena dibangun di daerah resapan air dan di hutan lindung.

Pakar lingkungan dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda Sobirin menjelaskan, ada tiga penyebab utama banjir di Jakarta yang butuh penanganan cepat, tidak hanya oleh Pemerintah Jakarta, tetapi juga Jawa Barat, Banten dan pemerintah pusat.

“Penyebab banjir yaitu satu, banjir kiriman dari hulu yaitu di Cilegung sebelah hulu, sebelah selatan Bogor, dan juga dari sungai Cisadane hulu. Kemudian yang kedua adalah drainase (saluran air) di kota Jakarta sendiri,” ujarnya.

“Drainase kota Jakarta itu sampai sekarang belum sempurna benar. Yang ketiga adalah, apabila musim bulan purnama dan bulan gelap itu air laut naik pasang dan kemudian airnya balik kembali menutup sungai.”

Sobirin menyambut baik kerja sama antar pemerintah daerah dalam melakukan penggusuran vila-vila yang dibangun diatas daerah resapan air.

“Penggusuran vila-vila itu cukup bagus sebagai pelajaran atas penyelewengan tata ruang yang selama ini dilakukan. Yaitu daerah itu adalah kawasan lindung yang berdasarkan kemiringan lereng curah hujan dan jenis tanah, daerah tersebut sebetulnya tidak boleh dibangun. Jadi dalam hal ini penegakan hukum penataan ruang itu harus ada,” ujarnya.

Meski demikian tambah Sobirin, jika daerah hulu Ciliwung sudah bebas dari vila-vila, itu baru sepertiga penyelesaian banjir Jakarta. Karena menurutnya duapertiga dari masalah banjir Jakarta ada di ibukota sendiri, yaitu masalah drainase dan pengamanan dari air pasang laut utara Jakarta.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama sebelumnya menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta membantu Rp 2,1 milyar untuk membongkar vila liar itu.

Selain itu, Pemkab Bogor juga akan mendapatkan bantuan untuk perbaikan daerah aliran sungai (DAS) dan pembinaan masyarakat bantaran kali serta normalisasi waduk, seperti Sungai Ciliwung bagian hulu dan Situ Cikaret. Kedua area itu merupakan kawasan penampung dan distribusi air saat musim hujan.

Pengerukan
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi di Jakarta Sabtu (30/11/2013) menjelaskan, pemerintahannya hingga kini terus melakukan pengerukan 13 sungai besar dan 884 sungai kecil yang melintasi Jakarta.

“Sepanjang tahun ini sudah kita lakukan pengerukan dan melebarkan 13 sungai besar. Kita mulai di  empat sungai yaitu Angke, Ciliwung, Sunter dan  Pesanggrahan, dan sungai-sungai kecil,” ujarnya.

“Di Jakarta ini ada 884 sungai kecil, 160-an sungai sudah dikeruk. Ternyata sudah 30 tahun sungai-sungai itu tidak pernah dikeruk sama sekali. Kedalaman yang seharusnya 2 meter tinggal 10 sentimeter. Kedalaman 3 meter tinggal setengah meter. Ini ada di semua tempat. Karena apa? Karena kanan kirinya sudah dihuni oleh penduduk.

Pemerintah Jakarta, tambah Jokowi, selama setahun ini terus membangun sumur resapan dalam.

“Kita juga telah membangun sumur resapan dalam. Ada 1.958 sumur resapan sedalam 60 sampai 200 meter,” ujarnya.

Pemprov DKI, lanjut Jokowi, juga mempercepat pembangunan Waduk Pluit dan Waduk Ria Rio Pulo Gadung, termasuk menata hunian yang ada di sekitarnya. Di Jakarta ini menurut Jokowi, banyak problem non-teknis yang menjadi kendala dalam mengatasi banjir di Jakarta. Hal Ini menurutnya, terus berlarut karena kewibawaan pemerintah selama puluhan tahun tidak pernah dijaga.

Sumber: NatGeo Indonesia/voaindonesia.com

read more
Tajuk Lingkungan

Memaknai Darurat

Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata “Darurat” berarti (1) keadaan sukar (sulit) yang tidak tersangka-sangka (dl bahaya, kelaparan, dsb) yang memerlukan penanggulangan segera dari Pemerintah untuk mengatasi keadaan; (2) keadaan terpaksa: Pemerintah dapat segera memutuskan tindakan yang tepat; (3) keadaan sementara: mereka ditampung dl suatu bangunan. Definisi ini dapat dicari pada situs www.KamusBahasaIndonesia.org.

Pertanyaan selanjutnya adalaha adakah di Aceh berlaku kembali keadaan darurat akibat suatu keadaan? Sebagai perbandingan ketika di Aceh diberlakukan keadaan darurat militer maka pemerintah mengambil tindakan khusus saat itu. Banyak hal yang dalam masa normal boleh dilakukan namun dalam masa darurat tidak dapat dilaksanakan. Misalnya saja setiap orang yang berpergian harus membawa KTP. Jangan coba-coba lupa, urusan bisa jadi panjang dan berbuah maut terkadang.

Nah, bagaimana kalau dikatakan Aceh berada dalam kondisi darurat ekologis? Apakah istilah ini sudah tepat dengan kondisi lingkungan Aceh saat ini? Jika memang darurat ekologis diterapkan berarti ada suatu tindakan khusus yang dilakukan, sebuah tindakan yang dalam masa normal sebenarnya tidak dilakukan. Kebijakan dimasa darurat tentu saja dikeluarkan demi kemaslahatan orang banyak.

Berbicara masalah lingkungan, sudah kita ketahui banyak terjadi perusakan hutan, alih lahan, penambangan di hutan lindung dan berbagai kerusakan lingkungan lainnya. Kerusakan ini menimbulkan bencana yang merugikan umat manusia terutama manusia yang sebenarnya tidak mendapatkan manfaatkan dari pengerukan sumber daya alam tersebut.

Berbagai kejadian bencana sudah terjadi melampaui intensitasnya. Berbagai lembaga pemerhati lingkungan secara rutin mencatat pelbagai bencana tersebut. Sehingga muncullah wacana untuk menerapkan Darurat Ekologi di Aceh.

Darurat ini dipandang penting dalam rangka pemulihan kembali lingkungan ekologi di Aceh. Tentunya dalam kondisi darurat dapat diambil langkah-langkah di luar kebiasaan oleh pemerintah Aceh, misalnya saja menghentikan atau mencabut izin tambang, menghentikan usaha galian C dan sebagainya. Tentunya tindakan ini harus didahului dengan kajian yang serius untuk mengurangi dampak dari penerapan darurat itu sendiri.

Ini memang faktanya yang tak terbantahkan walau tidak nyaman. Seperti meminjam istilah dari tokoh gerakan melawan perubahan iklim, Al Gore, yang memakai istilah Inconvenient truth untuk menyebut fakta-fakta yang tidak menyenangkan terkait dengan perubahan iklim. Saatnya untuk bertindak.[m.nizar abdurrani]

read more
1 2 3 4 5
Page 4 of 5