close

March 2014

Green Style

Orang Indonesia Boros Pakai Air

Diperkirakan sekitar 321 juta jiwa penduduk Indonesia akan mengalami kelangkaan air bersih pada tahun 2025. Pertumbuhan penduduk yang tidak sebanding dengan ketersediaan air dan perilaku masyarakat yang boros air menjadi penyebab utamanya.

Berdasarkan data dari Indonesia Water Institute, pada tahun 2013, pemakaian air per hari rata-rata rumah tangga di perkotaan di Indonesia untuk golongan ekonomi menengah ke bawah adalah 169,11 liter/orang, sedangkan untuk golongan ekonomi menengah ke atas adalah 247,36 liter/orang untuk kegiatan sehari-hari seperti mencuci tangan, menggosok gigi, mandi, toilet, mencuci baju, mencuci piring, memasak, menyiraam tanaman, dan mencuci kendaraan.

Firdaus Ali, Pendiri dan Ketua Indonesia Water Institute memaparkan tentang kondisi air bersih di Indonesia, “Sebenarnya, sejak tahun 2000 telah terjadi kelangkaan air bersih di beberapa kawasan di Indonesia. Data memperlihatkan bahwa Pulau Jawa telah mengalami defisit air sebesar 2,809 miliar meter kubik, Sulawesi 9,232 miliar meter kubik, Bali 7,531 miliar meter kubik dan NTT 1,343 miliar meter kubik”.

“Di Jakarta sendiri, sampai tahun 2013, cakupan layanan air bersih baru mampu menjangkau sekitar 38 persen dari total jumlah populasi (10,1 juta jiwa). Jika sepersepuluh dari warga Jakarta dapat mengubah perilakunya untuk menghemat air, maka dapat bantu memperlambat laju krisis air.”

Untuk mengajarkan perilaku penggunaan air secara optimal, peran ibu dalam rumah tangga sangat besar. Ibu dapat mulai mengubah perilaku keluarga dalam penggunaan air bersih dari sekarang secara optimal melalui 3P: Pengurangan, Penggunaan kembali, dan Pelestarian air.

“Melestarikan air untuk kehidupan anak di masa depan dapat dimulai perlahan dalam keseharian. Ibu sebagai penggerak rumah tangga dituntut untuk menjadi panutan keluarga agar langkah kecilnya dalam menghemat air mudah ditiru dan diikuti oleh anggota keluarga yang lain.

“Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menghemat air melalui 3P. Di rumah, saya membiasakan menggunakan hanya satu gayung dan waslap saat mandi untuk mengurangi penggunaan air, menampung air hujan agar dapat kembali untuk menyiram tanaman, serta membuat lubang resapan biopori atau menanam tanaman yang mampu menyimpan banyak air,” jelas Riyani Djangkaru, Ibu dari satu orang putra sekaligus pecinta lingkungan, dalam puncak acara “Molto Save Our Water for the Next Generation”, Sabtu (22/3/2014) di Taman Banteng, Jakarta.

Sumber: beritasatu.com

read more
Kebijakan Lingkungan

Diduga Rusak Lingkungan, Eropa Blokir CPO Indonesia

Produk sawit Indonesia terus mendapatkan tekanan di luar negeri, khususnya di negara Eropa. Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan,Nus Nuzulia Ishak,mengungkapkan, ada 3 negara di Uni Eropa yang menyuarakan isu negatif tentang sawit Indonesia.

Umumnya suara negatif dilakukan oleh lembaga sosial masyarakat (LSM).”Hanya dari NGO (non government organization) yang melakukan kampanye hitam. Ada di Perancis tidak boleh menggunakan CPO dengan menggunakan label. Jadi kita mapping juga di Brussel (Belgia) dan Roma (Italia),” ungkap Nus Jumat (21/3/2014).

Nus menyebut, cara ketiga negara menyudutkan produk sawit Indonesia juga bermacam-macam, dari mulai isu tidak ramah lingkungan sampai kesehatan.”Kampanye anti sawit di Belgia banyak ditemukan di sektor makanan dengan menggunakan isu dampak negatif kesehatan, lingkungan hidup. Di beberapa supermarket banyak ditemukan beberapa produk yang menggunakan label anti sawit seperti No oil Palm, Zero Percent oil Palm dan Palm Oil Free,” tuturnya.

“Lalu yang lainnya Perancis. Roma ada tekanan kampanye soal deforestasi dan lingkungan jadi sudah macam-macam isunya. Kemudian petaninya tidak sejahtera,” imbuhnya.

Nus mengatakan, yang dituduhkan ketiga negara tersebut kepada sawit Indonesia tidak benar. Tuduhan ketiga negara itu lebih disebabkan karena perang dagang. Oleh sebab itu harus dilawan.”Saya kira kita harus membangkitkan dan memberikan perspekif positif kepada pelaku usaha di luar negeri bahwa kita tidak melanggar HAM tidak melanggar apapun yang mereka tuduhkan. Makanya kita lakukan promosi dalam rangka membangun image. Kita harus counter (serang balik), ini perang dagang,” cetusnya.

RI Melawan
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan Uni Eropa bakal kesulitan mendapatkan bahan baku pengganti minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) apabila mereka terus melakukan ‘kampanye hitam’. Larangan atau hambatan CPO di Uni Eropa justru akan memicu inflasi bagi negara-negara di Eropa.

“Masyarakat Eropa sudah paham betul mereka tidak mungkin tidak mengonsumsi sawit, baik secara teknis maupun nonteknis. Eropa akan terjadi inflasi tinggi bila tidak menggunakan sawit. Produktivitas sawit 9 kali lebih banyak bila dibandingkan kedelai,” tuturnya.

Bayu menjelaskan,ekspor CPO Indonesia ke Eropa cukup besar. Bahkan Indonesia adalah pemasok utama kebutuhan CPO Eropa. Setiap tahun rata-rata ekspor CPO Indonesia ke Eropa mencapai 3,5 juta ton sedangkan kebutuhan CPO Eropa mencapai 6,3 juta ton.”Indonesia jadi supplier terbesar ke Eropa,” imbuhnya.

Dia meminta Uni Eropa bisa menghilangkan kampanye hitam atas sawit Indonesia. Alasannya Indonesia adalah negara terbesar penghasil sawit bersertifikat ramah lingkungan dan berkelanjutan di dunia (RSPO).”Hasilnya kita sudah bisa meyakinkan sawit kita itu sustainable. Dari 8,2 juta ton sawit yang bersertifikat berkelanjutan di dunia, 4,8 juta ton diantaranya diproduksi di Indonesia. Jadi Indonesia adalah produsen sawit bersertifikat berkelanjutan terbesar di dunia,” jelasnya.

Bayu juga menyampaikan kembali keseriusan dan komitmen penuh pemerintah Indonesia dalam menerapkan sustainable palm oil.”Indonesia sudah memiliki Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yaitu suatu peraturan pemerintah yang wajib diberlakukan kepada industri dan petani sawit agar memproduksi minyak sawit Indonesia yang berkelanjutan melalui penerapan sertifikasi.”

Menurut Bayu, melalui implementasi ISPO, pemerintah Indonesia menunjukkan dukungan akan pentingnya produksi minyak sawit yang berkelanjutan. Selain ISPO, ada lagi sistem sertifikasi lainnya seperti Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang diterapkan sejak 2004.

Rencananya, pemerintah Indonesia akan bekerja sama dengan RSPO untuk menyusun kesesuaian standar yang dapat dijadikan acuan standar global mengenai minyak sawit berkelanjutan.

Untuk menanggapi perlakuan diskriminatif terhadap minyak sawit, Bayu mengusulkan agar dikembangkan tidak hanya sustainable palm oil, tetapi juga sustainable vegetable oil, bagi semua jenis minyak nabati termasuk rapeseed, minyak kedelai, minyak zaitun, minyak biji matahari, dan minyak nabati lainnya.

Dia mengemukakan pula bahwa bila tetap mendapatkan tolakan dari Uni Eropa maka Indonesia akan banyak menyerap sawit untuk konsumsi di dalam negeri.”Kami tegaskan, rencana kebijakan biofuel di Indonesia yang akan memprioritaskan konsumsi minyak sawit sebagai biofuel di dalam negeri, apabila minyak sawit terus mendapatkan tantangan masuk ke pasar UE,” katanya. []

Sumber: medanbisnisdaily.com

read more
Perubahan Iklim

Perusahaan Sawit Siapkan Tim Pemburu Api

Direktur PT. Surya Panen Subur (SPS) 2, Teuku Arsul Hadiansyah mengatakan, operasional perusahaannya di lahan gambut, khususnya di Nagan Raya, berpatokan pada tiga langkah utama dalam mengelola perusahaan, yaitu manajemen pengaturan air, pemupukan, dan pengendalian kebakaran.

Melalui tiga langkah ini, PT. SPS beroperasi tanpa melakukan hal-hal yang menyalahi aturan hukum tentang perkebunan. Artinya, upaya pencegahan jangan sampai terjadinya kebakaran menjadi prioritas perusahan di areal gambut sejak beroperasi pada tahun 2008.

Menurut Asrul, sebelumnya lahan ini merupakan milik perkebunan kelapa sawit PT. Wolya Raya Abadi dan PT. Astra Agro Lestari yang dialihkan kepada PT SPS pada 2008. Luas areal perkebunan di lahan gambut yang kini menjadi milik PT. SPS yaitu sekitar 12.000 hektare yang sebagian juga dijadikan sebagai lahan konservasi.

Petugas Pemburu Api
Untuk mengawasi kebakaran lahan gambut di kabupaten Nagan Raya, PT SPS 2 menugaskan petugas pemburu api. Perusahaan ini membentuk regu pemantau titik api yang masing-masing regu berjumlah tujuh orang.

Upaya ini untuk mengantisipasi kebakaran lahan gambut khususnya di area perkebunan sawit. Di areal perkebunan SPS ada tujuh tower pemantau titik api.

“Khusus untuk memantau titik api, perusahan memiliki tujuh tower pemantau yang dilengkapi petugasnya pemantau dan setiap saat akan bertugas secara bergiliran,” kata Suardi, manajemen SPS.

Selain itu pihak perkebunan  juga telah menyediakan satu unit mobil pemadam kebakaran mini jika sewaktu-waktu ada kebakaran akan cepat ditangani oleh petugas untuk memadamkan api di areal perkebunan, terutama saat musim panas atau kemarau.

“Perusahan juga telah membangun parit-parit yang berisi air mengelilingi areal perkebunan. Hal ini diperlukan demi menjaga agar kondisi tanah tetap basah sehingga dapat mencegah munculnya titik api khususnya pada musim kemarau,” tambah Suardi.

Dia turut membantah apabila perusahaannya dituduh melakukan pembakaran beberapa waktu lalu.

“Artinya, titik api itu bukan di lahan kami, tapi muncul di areal okupasi atau lahan HGU PT. SPS. Namun belum dikelola dan pemanfaatannya oleh masyarakat,” katanya.

Sejauh ini perusahaan tetap akan menjalankan komitmen untuk tidak membakar lahan. Karena setiap sudut areal perkebunan kelapa sawit PT. SPS di kawasan lahan gambut ini telah dilengkapi rambu-rambu berupa larangan menghidupkan api. []

Sumber: theglobejournal.com

read more
Sains

Ini Cara Atasi Mati Lampu di India

Mereka menyebutnya Arus Searah Berkelanjutan (UDC) dan ini bisa menjadi solusi bagi mati lampu bergilir di India. UDC menjamin suplai berkelanjutan dari jaringan meski lagi giliran mati lampu.

Di negara bagian Tamil Nadu, mati lampu untuk waktu yang lama merupakan keseharian. Ini merugikan industri dan pertanian, mengganggu ribuan perusahaan mikro, skala kecil dan menengah.

Uday Kumar, seorang pengusaha kecil dari Madurai, menyambut baik teknologi baru, yang tengah diujicobakan pada perumahan di empat negara bagian di sebelah selatan India.

Arus searah berkelanjutan’ (UDC) menjanjikan suplai listrik dari jaringan bagi alat-alat elektronik rumah tangga seperti kipas angin, televisi, lampu dan pengisi baterai ponsel, walau saat mati lampu dan ketika permintaan tinggi.

Kebutuhan listrik mendasar
Proyek ini merupakan buah pikiran direktur Institute Teknologi India Bhaskar Ramamurti dan profesor teknik elektro Ashok Jhunjhunwala, seorang anggota dewan penasehat sains perdana menteri.

Ramamurti mengatakan UDC menargetkan suplai minimum 100 watt per hari untuk setiap rumah tangga, hanya dengan menambah sebuah alat sederhana di gardu-gardu listrik.

“Di rumah, warga menambah sebuah alat kecil pada meteran listrik. Jadi selain daya arus bolak-balik atau AC, kami juga dapat menyuplai output kedua sebesar 48 volt DC. Ini berarti hanya 48 volt DC dan 100 watt dari jaringan, namun 24 jam setiap hari,” jelas Ramamurti.

Masa depan LED
Daya tambahan kuat menyalakan tiga lampu, dua kipas angin dan sebuah pengisi baterai ponsel. Konsumen yang memilih skema ini harus membayar sekitar 12 Euro untuk alat tambahan di rumah, dan membeli bohlam LED serta kipas angin yang memakai daya listrik DC.

Warga juga dapat meningkatkan konsumsi listrik dengan menghubungkan panel surya dengan unit UDC.

Namun lebih jauh, para pengembang teknologi ini mengatakan asalkan panel surya ditambahkan, sistem mereka juga mampu memperkuat lokasi-lokasi usaha sehingga mengurangi ketergantungan atas generator diesel yang mahal.

Test, test
Seluruh mata tertuju pada hasil demonstrasi konsep di empat negara bagian Tamil Nadu, Karnataka, Kerala dan Andhra Pradesh. Ashok Jhunjhunwala mengatakan UDC akan mengubah kehidupan di India.

“Saya rasa idenya sangat sederhana namun memungkinkan keuntungan yang begitu besar. Jadi kalau penerapannya benar, India memiliki teknologi yang mampu mengubah kehidupan,” ucap Jhunjhunwala.

Begitu proyek percontohan berakhir dalam beberapa bulan mendatang, berarti tinggal menunggu persetujuan legislatif dan mengembangkan standar keselamatan. Lalu, diharapkan, UDC diterapkan di seluruh penjuru India.

Sumber: dw.de

read more
Ragam

Peringati Hari Air, Konsorsium Lingkungan Bersihkan Kali

Memperingati hari air sedunia, Konsorsium Lingkungan Jawa Timur, Jumat (21/3/2014) mengggelar ruwatan Kali Surabaya. Ruwatan digelar dengan beragam cara, membersihkan dan menabur benih ikan di sepanjang Kali Surabaya mulai kawasan Kebonsari hingga ke Rolak Gunungsari.

“Kami berharap, ruwatan ini menjadikan Kali Surabaya semakin baik,” kata Imam Rohani, Direktur Konsorsium Lingkungan, di sela-sela ruwatan di sekitar Rolak Gunungsari.

Hari air sedunia, sejatinya jatuh pada 22 Maret 2014, namun peringatan sengaja digelar mendahului pada hari ini.

Relawan yang terlibat ruwatan kali diantaranya adalah dari Perum Jasa Tirta, Badan Lingkungan Hidup, Garda Lingkungan, Mahasiswa Teknik Lingkungan, serta beragam LSM lingkungan.

Ruwatan sendiri digelar dengan cara melepaskan sebanyak 10 ribu ikan jenis bader dan kutuk yang merupakan dua jenis ikan habitat asli Kali Surabaya. Setelah itu, para relawan ini dengan mengendarai 30 perahu karet menyusuri sungai di sepanjang Kebonsari hingga Rolak Gunungsari untuk membersihkan aneka sampah.

Usai bersih kali, para relawan juga menggelar aksi tanam 100 pohon mangga di bantaran sungai. “Pohon mangga kita pilih karena produktif sehingga warga sekitar sungai bisa merawat dan mendapatkan buahnya,” kata Musdiq Ali Suhudi, Kepala Badan Lingkungan Hidup Surabaya.

Menurut Musdiq, dengan kegiatan semacam ini, diharapkan mampu meningkatkan kwalitas Kali Surabaya dari kelas 3 menjadi kelas 2 atau kali dengan kwalitas air layak minum. []

Sumber: suarasurabaya.net

read more
Energi

Solo Bangun Energi Listrik dari Sampah

Proses pemanfaatan sampah perkotaan di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Putri Cempo Solo, untuk bahan baku energi listrik terus bergulir. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Solo pada Rabu (19/3/2014) menghadirkan calon 17 investor, untuk mendapatkan penjelasan (aanwijzing) proyek energi listrik berbahan baku sampah dari Kepala DKP, Hasta Gunawan.

“Aanwijzing kepada 17 calon investor tersebut untuk mengetahui detail rencana dan kelayakan yang ditawarkan investor. Pemerintah Kota (Pemkot) Solo ingin tahu banyak hal, terutama tentang manfaat dan nilai ekonomi dihasilkan proyek selain energi listrik. Termasuk kepastian jangka waktu pengelolaan yang menggunakan sistem build, oparation and transfer (BOT) dan alasan kenapa BOT 20 tahun atau 25 tahun. Semua informasi itu diperlukan untuk kelangsungan proyek,” ujar Hasta Gunawan kepada wartawan di Balaikota Solo, Kamis (20/3/2014).

Menurut Kepala DKP itu, proyek energi listrik berskala relatif besar itu akan digarap dengan sistem konsorsium. Pemkot Solo berharap, proyek tersebut menggunakan investasi kecil tetapi hasilnya besar, yakni dari nilai ekonomi di luar energi listrik yang dihasilkan. Dalam kaitan itu, sekaligus dibahas pembagian tanggung jawab proyek antara Pemkot Solo dengan investor. “Hal itu disebabkan investor kelak akan mengelola sampah perkotaan sepenuhnya dan Pemkot Solo tidak terlibat lagi dalam pengelolaan TPA Putri Cempo.

Dalam proses penjelasan dan prakualifikasi proyek yang disaksikan perwakilan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) akan dilanjutkan dengan proses penawaran bagi calon investor yang lolos. Pengumuman nama-nama calon investor peserta lelang akan diumumkan pada 25 April 2014. “Nama-nama calon investor yang dinyatakan lolos berhak ikut lelang. Kita belum tahu siapa saja di antara 17 calon investor yang nanti ikut lelang,” jelasnya.

TPA Putri Cempo yang berlokasi di sisi utara pinggiran Kota Solo, seluruhnya menempati areal seluas hampir 8 Ha. Di kawasan TPA Putri Cempo, selain beroperasi 300-an lebih pemulung, juga ada rumah penduduk dengan status hak milik di seputar TPA. Hasta menambahkan, jika kawasan TPA Putri Cempo dikelola investor, Pemkot Solo akan mengalihkan para PKL ke profesi lain.

Menyinggung kebutuhan luas lahan untuk proyek energi listrik tersebut, Hasta menegaskan, luas lahan dan deposit sampah Putri Cempo cukup untuk menghasilkan energi listrik yang besarnya masih dihitung. Dia menyebut contol di Cina banyak energi listrik yang dihasilkan dari limbah sampah perkotaan dengan lahan hanya 1,2 kilometer tersegi.
“Saya lihat dalam kunjungan ke Cina, ada pembangkit listrik dari sampah hanya butuh lahan 1,2 Ha. Kalau Putri Cempo seluas hampir 8 Ha dimanfaatkan, akan menghasilkan energi listrik lebih besar dari Cina,” tuturnya.[]

Sumber: pikiranrakyat.com

read more
Perubahan Iklim

Lingkungan Tak Sehat Bisa Sebabkan Autisme

Hingga kini penyebab gangguan autisme masih belum sepenuhnya dipahami. Banyak ahli kesehatan percaya bahwa genetika, faktor lingkungan atau kombinasi dari keduanya merupakan biang keladi timbulnya autisme.

Sebuah hasil analisa terbaru menyatakan bahwa racun di lingkungan mungkin memainkan peran yang jauh lebih signifikan dalam pembentukan gangguan perkembangan saraf daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal PLoS Computational Biology, peneliti dari University of Chicago, Amerika Serikat (AS) memeriksa catatan medis lebih dari 100 juta orang yang tinggal di AS. Analisis mereka menunjukkan bahwa tingkat autisme dan cacat intelektual berkorelasi dengan insiden malformasi (kelainan yang terjadi pada pembentukan struktur) alat reproduksi pada bayi laki-laki yang baru lahir.

“Pada dasarnya, masa kehamilan adalah periode sensitif, di mana janin sangat rentan terhadap berbagai molekul kecil, dari hal-hal seperti plasticizer (bahan-bahan tambahan pada produk tertentu), obat resep, pestisida lingkungan dan hal-hal lain,” kata penulis studi Andrey Rzhetsky, seorang profesor kedokteran genetik dan genetika manusia di University of Chicago kepada FoxNews.com baru-baru ini.

“Dan beberapa dari molekul-molekul kecil tersebut bisa mengubah perkembangan normal. Ini tidak benar-benar diketahui mengapa, tapi itu pengamatan eksperimental, terutama pada anak laki-laki dan sistem reproduksinya,” lanjut Rzhetsky.

Para peneliti melihat data dari masing-masing negara, pada lebih dari 3.100 kawasan. Setelah diteliti lebih detail untuk jenis kelamin, faktor etnis, sosial ekonomi dan geopolitik, para peneliti menemukan bahwa tingkat autisme meningkat sebesar 283 persen untuk setiap kenaikan 1 persen pada frekuensi malformasi saat lahir. Tingkat cacat intelektual meningkat sebesar 94 persen untuk setiap kenaikan 1 persen.

“Tingkat autisme diprediksi dari malformasi dan tingkat malformasi per orang bervariasi secara signifikan di seluruh negeri,” kata Rzhetsky.

Malformasi kebanyakan terjadi pada anak laki-laki, dimana kemungkinan autisme hampir enam kali lebih mungkin untuk menuju cacat bawaan. Kejadian autisme pada wanita yang terkait dengan tingkat malformasi juga meningkat, namun jumlahnya tidak terlalu banyak.

Rzhetsky mengakui bahwa faktor lingkungan bukan satu-satunya penyebab autisme, sebab bisa pula masalah gen bawaan. Namun demikian, kondisi lingkungan yang tidak baik akan memicu semakin tingginya jumlah anak yang menderita gangguan autisme.

Sumber: beritasatu.com

read more
Ragam

GreenJournalist Raih Penghargaan Jurnalistik TFCA

Anggota Green Journalist Aceh (GreenJou), M. Nizar Abdurrani meraih penghargaan Jurnalistik Konservasi Hutan Sumatera yang diselenggarakan oleh The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) bekerjasama dengan Yayasan Kehati dan Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Sumatera. Sebanyak 51 karya jurnalistik dari para jurnalis se-Sumatera masuk ke meja panitia untuk mengikuti kompetisi ini dan M. Nizar Abdurrani meraih juara IV untuk region Sumatera Bagian Utara.

Anugerah Jurnalistik Konservasi Hutan Sumatera dibagi menjadi dua region: Sumatera Bagian Utara, dan Sumatera Bagian Selatan.

Para jurnalis diminta menulis kondisi terkini di salah satu dari 13 kawasan konservasi di Sumatera yaitu: Hutan Warisan Seulawah; Taman Nasional Leuser &  Ekosistem Leuser; Taman Nasional Batang Gadis; Ekosistem Angkola; Batang Toru; Daerah Aliran Sungai Toba Barat; TN Bukit Tigapuluh; Semenanjung Kampar; Ekosistem Tesso Nilo; TN Kerinci Seblat; Kepulauan Siberut & Mentawai; TN Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas

Anggota GreenJou menuliskan tentang program TFCA yang dilaksanakan oleh LSM Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) di daerah hutan gambut Rawa Tripa. Hutan ini terletak di kabupaten Nagan Raya dan Aceh Barat Daya. Artikel yang ditulis oleh M. Nizar Abdurrani mengupas program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar Rawa Tripa agar mereka punya mata pencarian alternatif selain merambah hutan gambut.

Karyanya berjudulbertajuk,”Masyarakat Berdaya Rawa Tripa pun Lestari.” Tulisan ini dimuat dalam website berita lingkungan www.greenjournalist.net, edisi tanggal 3/1/2014.

Berikut adalah daftar lengkap pemenang Anugerah Jurnalistik Konservasi Hutan Sumatera yang diumumkan pada 20 Maret 2014 oleh The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ).

daftar-pemenang

read more
1 2 3 4 5 6 12
Page 4 of 12