close

bencana

Ragam

Topan Super Haiyan Menewaskan 10.000 Orang

Badai super Haiyan menghantam wilayah Filipina. Dahsyatnya terjangan dan efek badai Haiyan ini hampir disamakan dengan efek tsunami 2004. Seperti diberitakan AFP, Minggu (10/11/2013), di Provinsi Leyte, korban meninggal diperkirakan mencapai 10 ribu orang.

“Sekitar 70 sampai 80 persen rumah-rumah dan jalan hancur, ” kata Kepala Kepolisian Filipina Elmer Soria.

Sementara itu, tim dari PBB yang berada di Tacloban menyebut kondisi kota yang berpenduduk 220 ribu orang itu mirip dengan kondisi setelah tragedi tsunami 2004. Hal itu terlihat dengan beton yang merupakan satu-satunya sisa bangunan yang tersisa, kendaraan yang terbalik dan putusnya kabel listrik.

“Ini adalah kehancuran dalam skala besar. Ada mobil yang terlempar seperti tumbleweed dan jalan-jalan penuh dengan puing-puing,” kata Sebastian Rhodes Stampa , kepala tim koordinasi pengkajian bencana PBB di Tacloban .

“Terakhir kali saya melihat sesuatu dalam skala seperti ini adalah pasca tsunami di Samudera Hindia,” imbuhnya yang mengacu pada bencana 2004 yang menewaskan sekitar 220.000 jiwa.

Badai Haiyan menghantam wilayah Leyte dengan kecepatan angin sekitar 315 kilometer per jam. Badai itu menyebabkan gelombang hingga tiga meter.

Pemerintah Filipina juga mengaku kewalahan untuk mengirimkan logistik bantuan dan dan masih banyak masyarakat yang belum bisa dikontak.

“Kami masih berusaha mengontrol logistik dan komunikasi,” kata juru bicara militer Letnan Kolonel Ramon Zagala.

Ia mengatakan masyarakat yang masih belum bisa dikontak adalah masyarakat Guiuan, sebuah kota nelayan dengan penduduk sekitar 40.000 orang, wilayah pertama yang dihantam badai Haiyan.

Korban Berebut Makanan
Mereka yang lolos dari kematian akibat Haiyan di Filipina timur dan tengah, memulai penderitaan baru mereka.

Hari Minggu (10/11/2013), banyak dari warga yang selamat dari ”supertopan” itu mengais-ngais mencari makanan di antara puing-puing bangunan dengan jenazah-jenazah bergelimpangan di sekitarnya. Sebagian yang lain terpaksa menjarah toko-toko, mal, pompa bensin, bahkan konvoi bantuan.

Dua hari setelah salah satu badai terkuat yang pernah tercatat dalam sejarah memporakporandakan kota-kota di bagian Filipina itu, taktik bertahan hidup menciptakan kenyataan bagai kisah horor.

Korban topan Haiyan menjarah toko mengambil makanan demi hidup | Foto: EPA
Korban topan Haiyan menjarah toko mengambil makanan demi hidup | Foto: EPA

Di pinggiran Tacloban, Provinsi Leyte, sebuah kota di bagian timur negara itu, dengan penduduk 220.000 jiwa yang luluh lantak diterjang gelombang bagai tsunami, Edward Gualberto secara tak sengaja menginjak jenazah-jenazah yang berserakan saat dia mengais-ngais di reruntuhan sebuah rumah.

Dengan hanya mengenakan celana basket warna merah, ayah empat anak yang anggota dewan desa itu meminta maaf atas penampilannya yang lusuh dan karena mencuri dari orang mati.

”Saya orang baik. Tetapi kalau Anda tidak makan selama tiga hari, Anda akan melakukan hal-hal yang memalukan untuk bertahan hidup,” kata Gualberto kepada kantor berita Agence France-Presse (AFP) saat dia mengais-ngais makanan kaleng dari puing-puing, di tengah lalat yang mengerumuni jasad orang-orang mati di sekitarnya.

”Kami tak punya makanan. Kami memerlukan air dan hal-hal lain untuk bertahan hidup,” ujarnya mengiba.

Setelah bekerja keras setengah hari, dia telah mengisi sebuah kantong dengan berbagai kebutuhan, seperti beberapa kotak spageti, sejumlah kaleng bir, detergen, sabun, dan biskuit.

”Topan ini telah merenggut martabat kami…, tetapi saya masih mempunyai keluarga saya dan saya bersyukur untuk itu,” katanya.

Saat para petugas penyelamat berjuang untuk mencapai desa-desa sepanjang pesisir, mereka yang selamat mengais-ngais makanan atau mencari kerabat mereka yang hilang.

”Orang-orang berjalan bagaikan zombi, mayat hidup, mencari makanan,” kata Jenny Chu, seorang mahasiswa kedokteran di Leyte. ”Ini seperti film.”

Tacloban terletak dekat Red Beach di Pulau Leyte, tempat Jenderal Amerika Serikat Douglas MacArthur mendarat tahun 1944 pada akhir Perang Dunia II dan memenuhi janjinya yang terkenal, ”I shall return (Saya akan kembali).”

Itu merupakan kota pertama yang dibebaskan dari tentara Jepang oleh pasukan gabungan AS dan Filipina dan pernah menjadi ibu kota sementara Filipina selama beberapa bulan setelah itu. Tacloban juga kota asal mantan ibu negara Filipina, Imelda Marcos. Keponakan Imelda, Alfred Romualdez, kini menjadi Wali Kota Tacloban.

Seorang warga Tacloban mengatakan, dia dan sejumlah orang mencari perlindungan di dalam sebuah mobil jip saat badai datang. Namun, kendaraan itu dengan mudah tersapu gelombang tinggi air yang datang menerjang. ”Airnya sampai setinggi pohon kelapa,” kata Sandy Torotoro, seorang tukang ojek sepeda yang tinggal dekat Bandara Tacloban dengan istri dan putri mereka yang berusia 8 tahun.

”Saya keluar dari jip itu dan saya tersapu arus air dengan batang-batang kayu, pohon, dan rumah kami, yang tercerabut. Ketika kami tersapu air, banyak orang hanyut dan mengangkat tangan berteriak minta tolong. Kami bisa apa? Kami juga perlu ditolong,” kata Torotoro.

Di desanya, mayat-mayat tergeletak sepanjang jalan utama yang berlumpur. Warga yang kehilangan rumah berkumpul meringkuk dengan sedikit harta benda yang sempat mereka selamatkan.

Laporan kerusakan datang dari sebagian besar kawasan Visayas, kawasan dengan delapan pulau besar, termasuk Leyte, Cebu, dan Samar.

Tim Ticar, seorang pejabat pariwisata setempat, mengatakan, 6.000 turis lokal dan asing terdampar di pulau wisata Boracay, salah satu titik yang dilewati jalur topan itu.

”Air laut mencapai lantai kedua hotel,” kata Nancy Chang, yang dalam perjalanan bisnis dari China di Tacloban dan berjalan tiga jam melewati lumpur dan puing-puing untuk menuju pusat evakuasi militer di bandara. ”Ini seperti kiamat,” katanya.

Penjarahan pun marak. Dua mal terbesar di Tacloban dan toko bahan pangan dijarah warga yang kelaparan. Kekosongan keamanan ketika petugas polisi di kota itu tidak masuk kerja setelah topan dimanfaatkan sebagian orang yang selamat.

Seperti Gualberto, banyak warga mengatakan mereka belum makan sejak topan itu dan pihak berwenang mengakui tidak bisa mendatangkan cukup bahan bantuan ke kota itu.

Seorang pemilik toko daging berusaha mencegah massa memasuki tokonya dengan sebuah senjata api. Massa tidak peduli, dan toko itu tetap dijarah. Pengusaha itu hanya bisa memaki-maki.

Ketua Palang Merah Filipina Richard Gordon menyebut sebagian penjarah itu penjahat setelah salah satu konvoi bantuan organisasinya dijarah dekat Tacloban.

Di sudut lain kota itu, pria, wanita, dan anak-anak yang bingung berjalan tanpa arah tujuan di sepanjang jalan yang dipenuhi mobil terbalik dan tiang listrik tumbang. Bau anyir kematian memenuhi udara.

Sumber: theglobejournal.com

read more
Ragam

Gunung Berapi Jaboi Sabang Keluarkan Asap dan Bau Belerang

Gunung berapi Jaboi yang berada di Kecamatan Sukajaya Kota Sabang kembali mengeluarkan asap tebal dan bau belerang yang menyengat hingga jarak satu kilometer.

Asap tebal yang membumbung tinggi tersebut mulai terlihat warga sejak pukul 15.00 Wib, Sabtu (2/11/2013).

Awalnya warga mengira ada yang membakar sampah di area terlarang tersebut, namun setelah dilihat lebih dekat ternyata asap tebal tersebut berasal dari kawah gunung berapi Jaboi yang aktif.

Selain asap tebal di kawah gunung berapi yang hingga saat ini belum memiliki tim pemantau atau petugas jaga tersebut juga mengeluarkan api hingga membuat puluhan warga setempat panik.

Diduga aktifitas gunung berapi yang tidak lazim itu disebabkan pengunjung wisata yang membuang puntung rokok di lokasi terlarang tersebut hingga memancing percikan api dan membuat aktifitas kawah semakin memanas.

Berdasarkan laporan dari masyarakat setempat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sabang langsung memerintahkan pihak pemadam kebakaran menuju lokasi wisata gunung berapi Jaboi tersebut.

Sedikitnya dua unit pemadam dikerahkan untuk menangani asap yang sudah semakin besar, namun di lokasi puluhan warga terlihat bahu membahu melakukan penanganan secara tradisional dengan cara menutup lubang kawah dengan tempelan tanah yang sebelumnya telah dicampur dengan air.

Usman (55 tahun), salah seorang warga menyebutkan penanganan yang dilakukan secara tradisional tersebut terbukti dapat menangani aktifitas kawah hingga api dan luapan asap dari kawah tidak membesar.

“Sudah biasa, yang kita butuhkan hanya campuran tanah dan air, karena sumburan api dan asap masih yang terjadi masih kacil hingga cukup dengan puluhan ember tanah layaknya kita cor bangunan dengan sement,” kata Usman kepada wartawan.

Ketua BPBD Kota Sabang, T Zakaria, mengakui pihaknya telah menurunkan sedikitnya dua unit pemadam, memberikan bantuan masker dan melakukan koordinasi dengan sejumlah intansi terkait termasuk Polsek maupun pihak PMI.

“Setelah kita memperoleh informasi dari warga kita langsung melakukan koordinasi dan langsung turun ke lokasi walau setibanya di sana warga sudah lebih dulu melakukan penanganan,” tandasnya.

Saat berita ini diturunkan aktifitas kawah gunung berapi Jaboi Kecamatan Sukajaya Sabang sudah menurun. Sejumlah lubang-lubang kawah yang sebelumnya mengeluarkan api dan asap tebal kini sudah hilang. Antisipasi yang dapat dan harus dilakukan oleh pemerintah daerah adalah menempatkan sejumlah anggota baik dari jagawana, Satpol PP maupun BPBD untuk melakukan penjagaan secara rutin mengingat gunung berapi Jaboi yang ada di Sabang ini merupakan gunung berapi aktif dan patut memperoleh perhatian khusus.

Sumber : atjehlink.com

read more
Ragam

Pusat Riset Tsunami Aceh Adakan Pelatihan Internasional Bencana

Tsunami Disaster and Mitigation Research Center (TDMRC) yang didirikan pada tahun 2006, mendapat kepercayaan menjadi Pusat Unggulan (Center of Excellence) dari Kerjasama Negara Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) di bidang Disaster Risk Management (DRM) oleh empat pilar nasional (Bappenas, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Keuangan,  dan Setneg).

Pada tahun 2013 ini, TDMRC mendapat amanah untuk melakukan pelatihan “Training Course on Disaster Risk Management to Promote The Indonesian South-South and Triangular Cooperation”. Demikian disampaikan oleh Ketua Pelaksana, Dr. Ella Meilianda, ST, MT dalam rilisnya kepada media, Minggu (27/10/2013).

Pelatihan bertaraf internasional ini dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober – 2 November 2013 di Banda Aceh. Turut hadir dan membuka acara dalam Acara Pembukaan di Hotel Hermes Palace, pada Minggu malam tanggal 27 Oktober 2013 adalah Direktur Kerjasama Pembangunan Internasional, KPI – Bappenas, Ir. Tubagus Ahmad Choesni, MA, M. Phil, Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng., Pembantu Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Darusman dan Walikota Banda Aceh Ir. Mawardy Nurdin.

Pada hari pertama pelatihan, yaitu hari Senin tanggal 28 Oktober, akan dilakukan workshop pemaparan teknis dengan berbagai topik yang berkaitan dengan program nasional pengurangan risiko bencana oleh Direktur KPI Bappenas, Ir. Tubagus Ahmad Choesni, MA, M. Phil, Wakil Walikota Banda Aceh, yang diwakili oleh Ketua Bappeda, Ir. Bahagia, Wakil Ketua TDMRC, Dr. Eng Syamsidik, M.Eng, dan Staff Ahli TDMRC, Dr. Nasaruddin Syafie.

Materi pelatihan pada hari-hari selanjutnya meliputi pelatihan GIS dan Remote Sensing untuk berbagai macam aplikasi analisa manajemen risiko bencana, terutama Bencana Tsunami. Instruktur yang melakukan pelatihan adalah staff ahli dari TDMRC sendiri, Dr. Ella Meilianda, ST, MT dan Dedy Alfian, ST, Dipl. GH, M.Sc.

Kegiatan ini diharapkan memberikan kontribusi Indonesia terhadap Negara berkembang lain dalam rangka kerjasama Selatan-Selatan yang merupakan kebijakan nasional sebagaimana telah tercantum dalam RPJMN 2010-2014 tentang Politik Luar Negeri.

Komite kepanitian nasional bekerjasama dengan panitia lokal yang diketuai oleh Dr. Ir. M. Dirhamsyah, MT, sehingga mampu mendatangkan total 13 peserta yang datang dari berbagai negara berkembang.

Sebagian besar peserta dibiayai oleh Deputy Pendanaan Pembangunan BAPPENAS, yang terdiri dari 2 orang dari Timor Leste, 2 orang dari Maladewa, 1 orang dari negara Sri Lanka, 2 orang dari Papua Nugini dan 2 orang dari Fiji. Dalam juga didukung oleh Islamic Development Bank(IDB) melalui pendanaan untuk pengiriman para peserta dari negara anggota IDB dan untuk mengundang narasumber internasional dari Inter-Islamic Network for Space Sciences and Technology (ISNET) Pakistan.[rel]

read more
Kebijakan Lingkungan

WWF Rilis Modul Rekontruksi Hijau Pasca Bencana

WWF Indonesia mensosialisasikan “Modul Rekontruksi Hijau Pasca Bencana” sebagai panduan bagaimana mengintegrasikan rekontruksi pasca bencana dengan isu lingkungan. Modul ini menjadi panduan untuk menghindari adanya eksploitasi sumber daya alam yang tidak benar untuk proses rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana, sehingga tidak berdampak timbulnya bencana baru karena terjadinya kerusakan lingkungan.

“Modul ini menjadi penting bagi Aceh karena Aceh berada di daerah rawan bencana karena berada di jalur ring of fire yang menyebabkan kita harus siap menghadapi bencana,” kata Pimpinan Proyek WWF Indonesia Kantor Program Aceh, Dede Suhendra.

Modul ini merupakan hasil dari kerjasama selama 5 tahun pasca bencana gempa dan tsunami antara WWF, Palang Merah Amerikan dan lembaga mitra di Indonesia, Srilanka, Thailand dan Maldives.

Dalam sosialisasi yang diikuti perwakilan Badan Penanggulangan Bencana di propinsi dan daerah, dinas terkait, akademisi, LSM, kelompok masyarakat dan media massa di Banda Aceh, Sabtu (26/10/2013), menghadirkan pemateri antara lain Tri Agung, Dede Suhendra dan Azhar diikuti dengan diskusi grup untuk membahas isi modul sesuai dengan pengalaman Aceh dalam menghadapai bencana.

WWF Indonesia menyusun modul ini bekerjasama dengan WWF Amerika selama dua tahun. Pasca bencana Gempa Bumi dan Tsunami yang melanda Provinsi Aceh, pada tahun 2004, dilaksanakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi besar-besaran untuk memulihkan kondisi Aceh. Dunia internasional dan berbagai pihak di Indonesia termasuk WWF secara aktif  terlibat dalam kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh.

“Saat rekontruksi Aceh pasca bencana tsunami, WWF mendorong pemanfaatan kayu bersertifikasi agar tidak terjadi pengambilan kayu ilegal yang merusak hutan Aceh. Hal ini diadopsi oleh banyak NGO luar negeri yang sedang melakukan pembangunan banyak rumah bantuan bagi korban bencana,” kata Azhar.

Salah satu yang dikembangkan ketika itu adalah mengembangkan Dokumen Strategi dan Model rekontruksi hijau (Green Recontruction Guideline) atau di singkat GRG. Dokumen Strategi dan Model GRG ini kemudian dijadikan banyak pihak baik internasional dan nasional menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh.

Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Aceh juga menjadikan dokumen ini menjadisebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh.

Menurut Tri Agung, ada 6 prinsip rehabilitasi dan rekontruksi hijau pasca bencana yakni tidak merusak lingkungan sehingga dapat meminimalisasi kerusakan lingkungan, adanya rasa memiliki baik pemerintah, pelaksana dan masyarakat terhadap proses rehab dan rekontruksi, keputusan yang diambil harus cepat karena menyangkut kepentingan darurat, semua pihak harus menyadari bahwa lingkungan banyak manfaatnya jadi tidak mengeksploitasinya secara berlebihan selain itu juga perlu mengedepankan kearifan lokal dalam rehab dan rekon.

Paska diimplementasikan di Aceh, ternyata dokumen strategi dan model rekonstruksi hijau ini ternyata juga mendapatkan apresiasi positif dari berbagai negara, khususnya negara yang mengalami bencana seperti Indonesia. Tercatat, Pakistan, Srilanka, dan China menjadikan dokumen ini sebagai acuan.

Demikian pula di dalam negeri, berbagai bencana yang sering terjadi di Indonesia, seperti Gempa Padang, dan Jogyakarta juga menjadikan dokumen ini menjadi acuan dalam rangka pemulihan. Substansi dari strategi dan model rekonstruksi hijau ini adalah melaksanakan kegiatan pemulihan bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi) dengan meminimalkan munculnya dampak lingkungan yang baru atau dengan kata lain pemulihan dilakukan guna memastikan keseimbangan ekologi tetap bisa terjaga.

Bergerak dari pengalaman tersebut, WWF Indonesia dan WWF Amerikamengambil inisiatif untuk mengembangkan lebih jauh dokumen strategi dan model rekonstruksi hijau tersebut menjadi sebuah modul yang nantinya bisa digunakan atau dipraktekknya secara mudah dalam rangka melakukan pemulihan pasca bencana oleh berbagai pihak. Modul yang dikembangkan ini diharapkan bisa mempermudah kegiatan pemulihan namun disisi lain bisa memastikan keseimbangan aekologi tetap terjaga.

Dalam rangka itu, WWF-Indonesia merencanakan mensosialisasikan dokumen modul yang telah dikembangkan lebih dari tiga tahun dalam rangka penyempurnaan kepada berbagai pihak, khususnya di Provinsi Aceh. Melalui sosialisasi ini modul yang dikembangkan ini bisa dipahami, diketahui dan tentunya diharapkan nantinya bisa dijadikan acuan dalam rangka pemulihan pasca bencana. Apalagi Aceh adalah salah satu Provinsi yang rentan dalam rangka menghadapi bencana. (rel)

read more
Tajuk Lingkungan

Hati-hati dengan Air

Siapa makhluk hidup di atas bumi ini yang tidak butuh air? Coba anda bayangkan jika anda selama tiga hari berturut-turut hidup tanpa memasukan air setetes pun ke dalam tubuh. Pasti anda akan sekarat, dan sebaiknya memang jangan dicoba. Begitu juga dengan makhluk lain di dunia ini, semua membutuhkan air dalam kadar tertentu untuk menunjang hidupnya.

Kekurangan air bisa menimbulkan masalah serius, kebanyakan air bisa menimbulkan masalah yang juga tidak kalah seriusnya. Air dalam jumlah massive yang tidak bisa dikelola dengan baik maka bisa mengancam jiwa makhluk hidup. Bagaimana air dalam jumlah sangat besar tersebut ? Misalnya saja air yang terdapat dalam waduk atau dam atau bendungan. Air dalam infrastruktur pengairan ini berfungsi untuk menahan selama mungkin air berada di atas permukaan bumi, tidak mengalir ke laut, agar bisa dimanfaatkan untuk kebaikan umat manusia.

Waduk atau embung biasanya dibuat di daerah yang curah hujannya sedikit. Curah hujan yang sedikit itu tentu saja menghasilkan kumpulan air yang sedikit juga. Nah, kumpulan air yang sedikit ini, kalau dikumpulkan dalam waktu yang lama akan bertambah semakin banyak dan dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama pula. Kalau air yang sedikit itu tidak dikumpulkan atau istilahnya di konservasi maka air secara alami akan menguap ke langit dan mengalir ke daratan yang lebih rendah hingga ujungnya ke laut.

Bagi Aceh, waduk atau embung banyak dibangun di daerah pantai timur, mulai dari Aceh Besar, Pidie hingga Tamiang. Ini dapat dimaklumi karena curah hujan di daerah-daerah ini relatif kecil. Sedangkan kebutuhan air baik untuk minum, pertanian, industri dan sebagainya berlangsung sepanjang tahun. Sedangkan di pantai barat seperti Aceh Jaya, Aceh Barat hingga Singkil nyaris tidak ada dibangun waduk atau embung mengingat curah hujannya relatif besar dan berlangsung lama. Wilayah ini cenderung membangun saluran agar air cepat mengalir sehingga tidak terjadi banjir.

Membangun infrastruktur pengairan bukanlah hal yang mudah, juga bukanlah hal yang sulit jika memang dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Waduk yang baru saja selesai dibangun seperti waduk Keuliling di Aceh Besar merupakan sebuah waduk yang lumayan besar (+ 40 hektar) dan diharapkan dapat mengairi persawahan sekitarnya. Waduk ini diharapkan dapat bertahan ratusan tahun.

Maka berhati-hatilah dengan air. Kecil menjadi teman, besar menjadi lawan. Bukan sekedar lawan biasa, tapi bisa juga menjadi “pembunuh” nomor wahid.

read more
Kebijakan Lingkungan

Hutan dipangkas, Alam Mengamuk

Maraknya penebangan liar  (illegal loging) yang kerap terjadi di Aceh selama ini membuat  areal hutan semakin gundul, pepohonan, tumbuhan kian punah serta keanekaragaman fauna yang ada didalamnya sangat terganggu oleh aksi yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Padahal, hutan merupakan sebuah anugerah yang diberikan sang pencipta yang nilainya tidak terhitung.

Bahkan, hutan juga salah satu bagian sumber kehidupan manusia di muka bumi. Buruknya tatanan pengelolaan hutan di Aceh selama ini sangat terasa sehingga kita selalu menghadapi berbagai dampak bencana alam seperti, konflik  antara satwa dengan manusia, banjir dan tanah longsor. Ini merupakan indikasi bahwa alam mengamuk bukan hanya bagi pengambil nikmat tapi untuk semua manusia.  Kejadian seperti ini sesuai dengan lirik lagu berita untuk kawan karangan  Ebiet G Ade,

………..kawan coba dengar apa jawabnya
 ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya telah lama mati
ditelan bencana tanah ini…………….

Lirik dari lagu tersebut nyaris identik dengan kondisi Aceh dewasa ini. Bencana datang tak henti-hentinya. Hampir tiap bulan sejumlah media massa lokal di Aceh selalu memberitakan terkait mengamuknya marga satwa seperti,  gajah, harimau, babi dan lain sebagainya. Ulah binatang ini menyebabkan sektor pertanian dan perumahan warga menjadi rusak.

Hingga kini konflik antara marga satwa dengan manusia tidak bisa dihindari lagi, bahkan yang paling ironi konflik ini menimbulkan korban jiwa bagi kedua belah pihak sehingga ini harus menjadi “PR”  bagi pemerintah Aceh untuk segera menanggulanginya. Belum lagi dengan persoalan banjir dan longsor, setiap hujan turun salah satu dari  bencana tersebut selalu akan terjadi di Aceh sehingga menimbulkankorban jiwa dan harta yang tak ternilai.

Tapi apa hendak dikata, “nasi telah menjadi bubur”, puisi ini memang tepat di arahkan ke kondisi alam di Aceh sekarang ini, berbagai macam bencana datang silih berganti akibat hutan tidak terjaga lagi. Padahal, banyak manfaat bila hutan terjaga dengan baik diantaranya, sebagai penyuplai oksigen, pencegah banjir, mengatur iklim, menjaga kesuburan tanah, pengatur tata air tanah, pelestarian keanekaragaman hayati dan berbagai macam manfaat lainnya.

Tapi sangat disayangkan mimpi seperti yang tersebut tidak bisa diwujudkan, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Greenomics Indonesia yang dirilis ke media massa menyebutkan bahwa angka kerusakan hutan di Aceh mulai 2005 hingga akhir 2009 mencapai 200, 329 hektare dari total seluruhnya 56.539 hektare. Greenomics juga memperkirakan Aceh kehilangan US$ 551,3 juta setiap tahunnya akibat kehilangan tutupan hutan.

Mantan Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf mengakui bahwa pencanangan “moratorium logging” atau pelarangan penebangan kayu yang diterapkan pertengahan 2007 berjalan maksimal tetapi hingga tahun 2010 aksi penebangan kayu secara ileggal  masih juga terjadi di hutan Aceh. Ini mengindikasikan bahwa realisasi perintah atas “Moratorium logging” tidak berjalan efektif. Bahkan ada di beberapa tempat tertentu aksi penebangan masih juga dilakukan tapi secara sembunyi-sembunyi.

Bila ini tidak segera di atasi secepat mungkin, bencana secara terus menerus tak hentinya-hentinya datang ke Aceh. Pemerintah Aceh harus segera bangkit dan mencari solusi untuk segera menanggulanginya, bukan hanya selalu beretorika dengan kampanye Visi Aceh Green tapi hutan Aceh akan secara perlahan-lahan akan musnah. Pemerintah Aceh segera lakukan “actionnya” bukan dengan kata-kata lama “tapuwoe keulayi maruwah ban sigob donya”. Buktikan nyalimu…[multazam]

read more
Tajuk Lingkungan

Pemilu dan Bencana

Masyarakat Indonesia saat ini sedang menghadapi sebuah peristiwa besar yang hanya terjadi lima tahun sekali. Peristiwa ini adalah pesta demokrasi pemilihan umum anggota legislatif yang bakal berjalan serentak di seluruh Indonesia. Jika Pemilu berlangsung setiap lima tahun sekali dan berlangsung meriah, maka apakah bencana harus berlangsung rutin juga? Mengingat hampir saat bencana datang mengancam terutama dalam musim-musim hujan sekarang.

Pemiluselintas tidak berhubungan langsung dengan upaya-upaya pelestarian dan penyelamatan lingkungan di Aceh. Namun jika ditelisik lebih dalam maka kaitannya ternyata sangat erat, tidak bisa dilepaskan. Calon pemimpin mendatang akan membuat dan menjalankan berbagai kebijakan yang menyangkut pengelolaan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan. Jadi bisa dibayangkan jika nanti anggota legislatif terpilih nanti ternyata tidak memiliki environmental sense yang cukup baik.

Alih-alih menjaga lingkungan malah yang ada (baca: hutan) akan dibabat habis. Banyak cerita yang beredar luas dari satu warung kopi ke warung kopi lainnya bahwa calon anggota dewan melakukan deal dengan pemilik modal untuk menyokong logistiknya. Barternya cukup jelas, calon jika terpilih akan memberikan sejumlah fasilitas ataupun konsesi kepada pemodal tersebut. Mana ada makan siang gratis, kata orang sono. Semuanya mesti dibayar kembali.

Nah kembali dengan pemimpin yang ternyata telah “menggadaikan” alam Aceh kepada pemilik modal. Sebagai pejabat pemerintahan, para pembesar ini cukup mengeluarkan secarik rekomendasi kepada pengusaha agar mereka mulus mengambil alih lahan sumber mata pencarian penduduk. Cerita ini bukanlah isapan jempol semata, banyak sudah terjadi di Nusantara. Hanya saja untuk membuktikan sangat sulit. Sama seperti membuktikan siapakah kentut di kawanan orang ramai.

Maka perlu sekali mengetahui visi “hijau” calon pemimpin masa depan. Masalah lingkungan bukanlah semata santapan LSM lingkungan. Ini adalah PR kita semua agar tidak ada lagi aksi bakar-bakaran oleh masyarakat yang kehilangan lahan dan terancam kelaparan. Melacak rekam jejak visi “hijau” calon pemimpin juga gampang-gampang susah. Butuh kejelian khusus untuk mengetahui apakah mereka pro atau kontra lingkungan.

Pemilu dan bencana menjadi sebuah rangkaian dalam hari-hari belakangan ini. Bencana juga bisa menjadi ajang kampanye para calon. Sebuah cara menumpuk simpati warga bisa mereka temukan. Karungkan bantuan banyak-banyak, kemudian kirim ke Posko pengungsian sambil melambaikan bendera partai atau logo tim sukses.

Maka, mari menjadi pemilih yang cerdas[]

read more
Ragam

Gempa Bumi Berkekuatan 6,9 SR Tewaskan 13 Orang

Tim penyelamat menggali dengan cangkul dan sekop berusaha menyelamatkan puluhan orang terperangkap di bawah rumah yang roboh akibat gempa kuat yang mengguncang Filipina tengah Senin, (14/10/2013). Sedikitnya 13 orang tewas dan 40 orang diyakini hilang. Kebanyakan korban tinggal di sepanjang pantai di dekat pusat gempa 6,9 SR di selat sempit Negros Island, Philipina.

Di desa pegunungan Planas, 9 km dari kota pesisir Guihulngan di Propinsi Negros Oriental, sebanyak 30 rumah terkubur longsor dengan setidaknya 40 warga terperangkap didalamnya, kata Gubernur setempat Roel Degamo. Pasukan tentara dan polisi dikerahkan untuk membantu dalam penyelamatan.

” Situasi mereka buruk karena jika Anda dibenam tanah longsor selama satu jam, dua jam, bagaimana Anda bisa bernapas? ” Walikota Ernesto Reyes mengatakan . ” Tapi kami hanya berharap untuk yang terbaik , bahwa masih ada yang selamat. ”

Warga meminta bantuan di La Libertad dimana retakan besar lereng gunung telah terlihat | Foto: Ted Aljibe / AFP / Getty Images
Warga meminta bantuan di La Libertad dimana retakan besar lereng gunung telah terlihat | Foto: Ted Aljibe / AFP / Getty Images

Sedikitnya 10 orang dikonfirmasi tewas di Guihulngan , termasuk mahasiswa perguruan tinggi dan sekolah dasar serta penduduk yang berada di pasar kota yang runtuh, kata Reyes . Sekitar 100 orang terluka .

Gempa , yang terjadi pada pada 11:49 waktu setempat, memicu tanah longsor di desa pegunungan Solongon di kota La Libertad, juga di Negros Oriental. Tidak diketahui secara pasti berapa orang terperangkap, kata kepala polisi La Libertad Inspektur Eric Arrol Besario .

” Kami memakai sekop dan gergaji mesin untuk penyelamatan orang-orang terperangkap di dalamnya. Beberapa dari mereka berteriak minta bantuan sebelumnya, ” kata Besario kepada kantor berita The Associated Press melalui telepon. Tiga jembatan utama di kota retak dan tidak lagi bisa dilewati, tambahnya.

Pengungsi berboncengan melewati rumah roboh di La Libertad | Foto: Erik De Castro / Reuters
Pengungsi berboncengan melewati rumah roboh di La Libertad | Foto: Erik De Castro / Reuters

Bantuan makanan dan obat-obatan sedang menunggu untuk dikirimkan di ibukota provinsi Dumaguete , namun bantuan tersebut tidak bisa mencapai desa-desa yang membutuhkan karena akses jalan dan jembatan rusak.

” Ada seorang dokter India dan Kanada di sini sebelumnya dan mereka cukup membantu kami, ” kata Reyes. ” Mereka memiliki sejumlah obat-obatan tapi itu mungkin tidak cukup . ”

Sembilan jembatan rusak di Negros Oriental, empat diantaranya sudah tidak bisa dilewati, kata Gubernur Degamo. Kerusakan terparah terkonsentrasi di pegunungan di bagian utara provinsi, katanya .

Seismolog Filipina sempat mengeluarkan peringatan tsunami untuk pulau-pulau di bagian tengah. Gelombang besar menyapu lima pondok bambu dan kayu sebuah resor pantai di La Libertad, namun tidak ada laporan korban luka, kata Inspektur polisi Ernesto Tagle. Di tempat lain sepanjang pantai, orang-orang berhamburan keluar dari sekolah, mall dan kantor.

Warga memakai tangga untuk menyeberangi jembatan yang rusak di Tayasan | Foto: Reuters
Warga memakai tangga untuk menyeberangi jembatan yang rusak di Tayasan | Foto: Reuters

Dua orang tewas di kota yang dekat dengan pusat gempa, Tayasan, termasuk seorang anak ketika pagar beton rumah runtuh, kata Benito Ramos, kepala Kantor Pertahanan Sipil.

Seorang anak lain tewas dalam sebuah gereja ketika tembok gereja runtuh saat berlangsung upacara pemakaman di kota Jimalalud Negros Oriental , kata Walikota Reynaldo Tuanda .

Polisi Tayasan, Alfred Vicente Silvosa mengatakan kepada AP melalui telepon bahwa gempa susulan terjadi sehingga membuat warga takut kembali ke rumah mereka .

” Kami berada di luar, di alun-alun kota . Kita tidak bisa memeriksa bangunan karena masih berbahaya, ” kata Silvosa .
Sebuah gedung perkantoran tiga lantai juga runtuh di La Libertad , tapi penghuninya berhasil lolos dari maut.

Para pejabat di beberapa daerah diliburkan dan sekolah ditiadakan. Pembangkit listrik dan fasilitas telekomunikasi tak berfungsi di beberapa tempat .

Badan Survei Geologi AS mengatakan gempa itu berpusat 44 km sebelah utara dari Dumaguete di Negros dan pada kedalaman 29 kilometer. Wilayah ini sekitar 400 km sebelah tenggara dari ibukota , Manila .

Filipina berada di wilayah Pasifik ” Ring of Fire ” dimana gempa bumi dan aktivitas gunung berapi adalah hal yang umum. Sebuah gempa 7,7 Skala Richter menewaskan hampir 2.000 orang di Luzon pada tahun 1990 .

Negros pernah diguncang gempa 8,2 Skala Richter pada tahun 1948 tetapi tidak menyebabkan kerusakan besar tambahan karena wilayah itu masih belum pulih dari kehancuran akibat Perang Dunia II.

Gelombang Tsunami diperkirakan Capai Sulawesi

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho Selasa (15/10) mengatakan peringatan dini tsunami telah dikeluarkan. Peta penjalaran dan waktu tsunami juga telah dikeluarkan. “Beberapa kawasan di Filipina diperkirakan terlanda tsunami,” kata Sutopo.

Berdasarkan peringatan dini tsunami yang dikeluarkan Pacific Disaster Center yang diterima Posko BNPB, diperkirakan daerah Indonesia bagian utara juga terpengaruh oleh tsunami.

Diperkirakan tsunami akan mencapai Manado, Patani, Sorong, Tarakan, dan Jayapura sekitar 3-4 jam setelah kejadian gempa di Philipina tersebut.

“Diperkirakan tinggi tsunami tidak terlalu tinggi untuk wilayah di Indonesia tersebut. Masyarakat dihimbau tetap tenang dan tidak panik. Jauhi aktivitas di sekitar laut dan pesisir di daerah tersebut. Informasi akan terus disampaikan sesuai perkembangan yang ada,” ujar Sutopo.[AP/TGJ]

Sumber: usatoday.com

 

read more
1 3 4 5 6
Page 5 of 6