close

Ketika anda pulang ke rumah kemudian menemukan rumah hancur, kebun, tempat anda mencari nafkah sudah hilang diambil, maka apa yang anda rasakan. Pasti marah, kecewa, ngamuk atau bisa jadi berteriak-teriak mencari siapa pelaku yang tega merusak tempat anda hidup. Coba bayangkan hal yang sama terjadi pada hewan.

Tempat kediaman mereka yang nyaman (baca: hutan) telah lenyap perlahan-lahan. Rute yang biasa mereka lewati bersama keluarga dan handai tolan kini sudah terhalang oleh berbagai bangunan. Tumbuhan yang menjadi santapan mereka pun telah musnah. Tak terperikan rasa marah dan lapar yang mereka derita. Belum lagi jika hewan-hewan ini menjadi buruan lengkaplah sudah penderitaannya.

Ilustrasi di atas bisa menjadi pencerahan bagi kita bahwa tak ada makhluk di bumi ini yang rela kehilangan tempat tinggal dan tempat mencari nafkah. Namun manusia yang dikarunia akal untuk berpikir tentu saja menang dalam ‘menindas’ satwa-satwa tersebut. Tak ayal satwa pun semakin terpinggirkan, atau perlahan-lahan musnah dari muka bumi.

Konflik satwa dan manusia sudah semakin sering terjadi. Padahal kedua makhluk ciptaan Allah SWT ini telah mempunyai habitat masing-masing, manusia di pemukiman dan satwa di hutan. Namun seringkali manusia melanggar batas demarkasi ini sehingga mau tak mau memancing satwa melakukan tindakan serupa karena instinknya. Manusia semakin masuk ke dalam hutan, untuk berkebun atau pun menebang pohon ataupun mengambil hasil hutan lainnnya.

Hewan liar yang kehilangan tempat tinggal, secara instink tentu saja mempertahankan hidupnya. Mereka mencari makanan hingga masuk ke daerah pemukiman penduduk. Hal ini sebenarnya sangat jarang kita dengar dahulu. Sekarang, sangat sering kita dengar hewan masuk kampung, merusak kebun bahkan tak jarang menyebabkan kematian penduduk.

Penduduk juga akhirnya membalas. Mereka menganggap hewan liar tersebut adalah hama, merusak kebun dan mengancam keselamatan manusia. Jerat pun ditebarkan. Hewan yang terperangkap bisa sekarat atau mati, jika bernasib baik masih bisa diserahkan ke lembaga yang berwenang.

Seperti yang terjadi pada masyarakat Aceh Jaya yang menjerat gajah hingga mati. Mereka bukan tak beralasan, kebun dirusak, nyawa pun bisa-bisa terancam. Digelarlah musyawarah untuk mencari cara mengusir gajah. Karena mereka menganggap hama, maka wajar jika hama dibasmi saja alias di bunuh. Yang mereka tak pahami bahwa hewan-hewan liar yang mulai langka tersebut dilindungi Undang-undang sehingga siapapun yang melanggarnya bisa masuk bui yang dingin.

Disinilah manusia harus menjadi lebih bijak karena kita merupakan makhluk yang paling mulia di jagad ini. Manusia harus menggunakan akal pikiran agar sesama makhluk hidup tidak saling mengganggu. Pasti ada cara tanpa menyakiti jika memang ingin dicari dengan serius. Hingga kedepan, manusia dan satwa bisa hidup berdampingan secara damai karena bumi ini memang disediakan cukup bagi semuanya.[]

Tags : gajahsatwa

2 Comments

Leave a Response